Minggu, 31 Juli 2011

Manisnya Beternak Lebah Madu

Semanis produk yang dihasilkannya, usaha beternak lebah madu juga menjanjikan nilai ekonomi tinggi bagi peternaknya. Penuturan pengusaha ternak lebah, salah seorang perintis perlebahan di Tanah Air, Bambang Sukartiko, di tabloid Agro Indonesia 2005, dari kotak bersusun dua ia bisa memanen madu selama enam bulan musim produktif sebanyak 30-40 kg. Sementara jika kotak susun satu, madu yang dihasilkan hanya 10-15 kg. Jika memiliki 100 kotak super, berarti dalam satu musim produktif dia mampu menghasilkan 3 sampai 4 ton madu.

Harga madu bervariasi tergantung jenisnya. Di Indonesia sendiri jenis yang banyak dibiakkan adalah Apis cerana dan Apis mellifera. Dengan harga pasaran madu asli per botol ukuran 900 ml di Jakarta Rp40.000-Rp50.000, bisa dihitung berapa pendapatan. Belum lagi jika dicampur royal jelly dan pollenyang berkhasiat untuk obat, harganya bisa naik hingga dua kali lipat.

Investasi yang diperlukan untuk memulai bisnis yang satu ini juga bisa dimulai dari skala kecil. Masih menurut Bambang, satu kotak lebah madu yang berisi empat sisir (sarang) berharga Rp400.000. Satu kotak berisi satu ratu lebah dan 10.000 lebah pekerja. Dan akan masuk kategori produktif jika bersusun minimal dua kotak.

Sementara dalam analisis yang dirilis bagian humas Departemen Kehutanan, terdapat 2 (dua) macam modal yang diperlukan untuk investasi lebah madu yaitu modal investasi dan modal kerja.

Modal investasi merupakan modal tetap yang diperlukan dalam kegiatan budidaya lebah madu selama beberapa periode pemanenan termasuk penyusutan alat-alat produksi. Di dalam usaha perlebahan Apis mellifera modal investasi, terdiri dari : (1). perlengkapan koloni yang terdiri dari koloni lebah, kotak lebah (super), Bingkai sarang (frame), pondasi sarang, pollen trap, dan standar/tiang besi, (2). peralatan kerja yang terdiri dari pengungkit, pisau madu, ekstraktor, tong/drum plastik, alat pertukangan, pakaian kerja, dan sarung tangan.

Di dalam perhitungan modal investasi tidak dilakukan penyusutan karena peralatan berupa kotak lebah dan bingkai sarang dapat dipergunakan sampai 3 tahun. Dengan demikian pada tahun ke empat perlu dilaksanakan pengadaan baru, sedangkan peralatan lain berupa ekstraktor dan peralatan petugas dapat dipakai sampai dengan 10 tahun.

Modal kerja adalah biaya variabel yang digunakan dalam budidaya lebah madu untuk setiap periode pemanenan. Modal kerja terdiri dari seluruh biaya operasional yang habis dipergunakan selama satu tahun seperti makanan stimulasi, obat-obatan, sewa lahan dan transportasi.

Dalam perhitungan pendapatan untuk Apis mellifera dihitung produktifitas madu sebesar 24 kg per koloni per tahun, sedangkan untuk Apis cerana produktifitasnya sebesar 1 kg per koloni per tahun. Dalam analisis finansial tersebut, terlihat bahwa untuk budidaya Apis mellifera pada tahun pertama masih mengalami kerugian sebesar Rp 23.000,- yang disebabkan biaya investasi pengadaan koloni cukup tinggi yaitu sebesar Rp 25.000.000,-. Keuntungan baru dapat diperoleh pada tahun ke 2 yaitu sebesar Rp. 21.482.500,- dan terdapat penambahan jumlah koloni lebah menjadi 175. Pada tahun ke tiga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 40.381.000,- Dan penambahan jumlah koloni menjadi 306 koloni. Keuntungan tersebut dihitung atas dasar hasil madu yang diperoleh dengan harga jual per kilogram sebesar Rp.10.000,-, dan harga jual pollen sebesar Rp.50.000,- per kilogram serta royal jelly sebesar Rp.500,000,-.

Pada analisis finansial budidaya lebah Apis cerana tahun pertama masih mengalami kerugian yaitu sebesar Rp.1.700.000,-. Keuntungan sudah diperoleh pada tahun kedua yaitu sebesar Rp. 5.050.000,- dan terdapat penambahan jumlah koloni yang dipelihara menjadi 150 koloni. Pada tahun ke tiga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 7.865.000,- dan koloni lebah meningkat menjadi 225 koloni. Nilai tambah kegiatan budidaya lebah madu akan dapat ditingkatkan lagi bilamana peternak dapat memasarkan produknya dalam bentuk kemasan misalnya dalam botol atau sachet, bukan dipasarkan sebagai madu curah.

Syarat untuk berhasil dalam bisnis ini cukup dengan menimba ilmu dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang kehidupan koloni lebah. Misalnya suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masihberaktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 derajat C). Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya. (SH)

Sumber : http://cepiar.wordpress.com/2007/11/06/manisnya-beternak-lebah-madu/


www.jendelahewan.blogspot.com

Jumat, 29 Juli 2011

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN KOI

Koi termasuk ikan hias eksotis yang semakin banyak penggemarnya. Selain dipelihara sebagai hobi, koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan lekukannya yang indah, keistimewaan lain dari koi adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul dan melompat ke atas air.




Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi yang hobi memeliharanya.
Disisi lain koi sudah menjadi prestise . Salah satu ajang untuk mendongkrak prestise koi adalah lewat kontes. Koi yang berhasil menyabet gelar juara bakal terangkat pamornya sehingga harganya melambung. Si pemilik biasanya tidak rela melepaskan koi kesayangannya meski ditawar dengan harga 4-5 kga koi kali semula.
Tingginya harga koi menjadikan bisnis ikan yang menjadikan bisnis ikan yang menjadi kebanggaan masyarakat Jepang ini tidak pernah surut. Dalam perkembangannya , budidaya koi juga selalu melahirkan strain-strain baru . Bagaimana perkembangan koi di Indonesia?
Pada hakikatnya kondisi alam Indonesia sangat menunjang untuk budidaya koi. Sayangnya, usaha produksi koi masih terbatas. Para pengusaha koi di dalam negeri belum memanfaatkan peluang pasar koi secara optimal. Alasannya, membudidayakan koi membutuhkan lahan dan dana yang tidak sedikit. Padahal di sisi lain, budidaya koi di Indonesia berpeluang menyaingi Jepang. Sebab, budidaya koi di Jepang juga terhambat akibat beberapa persoalan, antara lain: terbatasnya lahan, mahalnya upah tenaga kerja, dan pengaruh empat musim yang menjadi kendala terbesar dalam budidaya koi di Jepang.
Adapun mengenai mutu, kualitas ikan koi sangat ditentukan oleh tipe bentuk badan yang sempurna, warna tubuh yang cemerlang, dan pola warna tubuh yang unik. Keindahannya merupakan perpaduan antara keelokan warna dan bentuk tubuh, disertai perlakuannya secara keseluruhan.

II. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN KOI
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika hendak memijahkan ikan koi adalah ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi yang ketat.
2.1. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 mdengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
2.2. Seleksi Induk
Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.
Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang , tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih.
Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan tak disangka jantannya ngadat, gagallah pemijahan. Dengan menyediakan stok jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa dihindari.
Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa dipilh mana yang bagus dan mana yang diafkir.
2.3. Persiapan Kolam
Pertama kali yang harus dipersiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam dikeringkan dibawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut.
Telur koi menempel (adesif) sifatnya. Biasanya koi akan bertelur dibawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa selamat.
Penempel telur bisa menggunakan kakaban, yang dipakai untuk memijahkan ikan mas. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata, panjang 120 cm lebar 40 cm. Jumlah kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4-6 buah untuk setiap 1 kg induk betina.
Agar bisa mengapung, kakaban disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Diataskakaban diberi bilah bambu dan diikat agar kumpulan kakaban tidak tercerai-berai ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang, kakaban dibersihkan, dicuci, dan dibilas agar terbebas dari lumpur.
Kakaban dipasang setelah kolam diisi air. Air selalu mengalir ke kolam pemijahan untuk merangasang pasangan koi yang akan memijah. Selain kakaban, tempat penempel telur bisa juga menggunakan tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia sebagai pengganti ijuk.
2.4. Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukkan sekitar pukul 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dengan diikuti induk jantan di belakangya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur uyang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dari telurnya. Jika terlambatm telur bisa habis dimakan induknya.
Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan.Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap membiarkan telur menetas di kolam tersenur. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetasan. Cara pertama lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).
Untuk mencegah agar tidak terserang jamur, telur-telur direndam dulu dalam larutan Malachyt green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit sebelum ditaruh di kolam penetasan. Ketika akan merendam telur-telur ini, sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar kotoran yang mungkin menutupi telur bisa terlepas.
2.5 Penetasan Telur
Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama. Jika suhu terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur bisa terendam semua, rangkaian kakaban harus “ditenggelamkan” ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong tiga buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu letakkan diatas kakaban dengan dua ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog diratakan salah atu sisinya.
Dalam tempo 2 – 3 hari telur koi sudah mulai menetas. Setelah menetas kakaban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Nantinya kakaban bisa dipakai lagi di lain kesempatan.
Benih koi umur seminggu masih lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam hapa yaitu kantong yang bermata lembut yang biasa untuk menampung benih. Di hapa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut terbawa aliran air. Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakan utama yang pertama.
Selama itu mereka belum membutuhkan pakan dari luar karena pencernaannya belum terbentuk sempurna. Dua atau tiga hari kemudian, mereka sudah mulai berenang. Saat ini sudah waktunya menyediakan pakan bagi benih. Benih ini harus dipindahkan ke kolam pembesaran yang banyak mengandung pakan alami.
2.6 Perawatan Benih
Benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam pembesaran. Kolam pembesaran ini harus dipersiapkan, agar ditumbuhi pakan alami, seminggu sebelum pemijahan. Adapun langkah – langkah persiapannya sebagai berikut.
Kolam dikeringkan selama dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak dikehendaki mati. Pestisida yang dipakai Dipherex atau Nogos dengan dosis 0,5 – 1,0 ppm. Kemudian untuk menyediakan pakan alami berupa binatang renik, kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. Jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut – sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m2. pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan.
Dalam beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Namun, beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jeramitepat, dalam beberapa hari kemudianakan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih – benih koi sudah bisa dimasukkan setelah kurang lebih sepuluh hari, daphnia akan tumbuh.
Jika tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah memberi pakan benih koi dengan pakan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk koi. Untuk menjaga agar air tidak busuk oleh sisa pakan buatan, di kolam dimasukkan air baru agar sisa pakan hanyut.

Budi Daya Bandeng Air Tawar

Ikan bandeng termasuk ikan yang paling populer di seluruh Indonesia, baik segar maupun sudah diolah duri lunak maupun pindang, orang dengan akrab mengonsumsinya. Bila dahulu hanya bisa dipelihara di tambak yang berair asin, kini bandeng sudah bisa dipelihara di kolam air tawar.
Taiwan adalah salah satu negara yang sudah mengembangkan bandeng di kolam air tawar karena jumlah kolam air tawar yang melimpah. Negara ini sebagai pelopor budi daya bandeng air tawar karena banyak yang belajar di Taiwan cara membudidayakan bandeng secara menguntungkan. Teknologi ini kini berkembang juga di Indonesia.


A. Pengenalan Jenis.
Bandeng dapat dipelihara di air tawar karena memiliki sifat euryhaline. Artinya, ikan mampu hidup di kisaran salinitas yang tinggi, meskipun untuk memijahkan induk dan larva masih membutuhkan air asin. Bahkan, di air yang salinitasnya o per mil, seperti banyak sawah Bonorowo di Jawa Timur yang airnya tawar, bandeng mampu hidup dan tumbuh besar.

Di waduk Saguling maupun Cirata, keramba apung sudah banyak diisi dengan bibit bandeng karena lebih menjanjikan daripada ikan mas yang boros pakannya dengan harga jual yang semakin merosot. Dengan demikian, tidak berlebihan bila bandeng dipelihara di kolam pekarangan. Rasa bandeng air tawar umumnya lebih lezat karena tidak mengandung rasa seperti Lumpur. Hal tersebut disebabkan karena air di kolam relatif lebih lancar sirkulasinya.
Bandeng yang dibudidayakan ada dua jenis yaitu bandeng hitam atau bandeng kepala besar dan bandeng rumput. Kedua strain ini terkenal merupakan strain yang cepat besar.



B. Kebiasaan Hidup di Alam


Bandeng dewasa umumnya memijah di laut dalam, kemudian nenernya terbawa ke pantai. Setelah ketika dewasa, bandeng hidup di air payau dan kembali ke laut untuk memijah.


1. Kebiasaan makan
Bandeng termasuk herbivore (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, kelekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk.


2. Kebiasaan berkembang biak
Bandeng akan memijah di tengah laut yang salinitasnya tinggi. Nener (benih bandeng) bisa ditangkap di daerah pantai dengan menggunakan rumpon (fishing ground) berupa daun kelapa. Nener tersebut diambil dengan cara diseser.


C. Memilih Induk


Memilih induk secara ekonomis untuk dipijahkan memang hanya bisa dilakukan dari persediaan kolam pemeliharaan sendiri. Adapun ciri induk yang berkualitas di antaranya sebagai berikut.


Ciri induk yang berkualitas
Betinajantan
Induk bandeng hitamInduk jantan bandeng hitam
Berumur 4 tahun dan perutnya membesar dan lembek.Berumur 3 tahun dan tidak terlalu besar ukurannya agar tetap lincah gerakannya.
Induk bandeng rumputInduk bandeng rumput
Berumur 5 tahun dan perutnya tebalBerumur 4 tahun dan tidak terlalu besar ukurannya agar tetap lincah gerakannya.





D. Pemijahan di Kolam


Pemijahan bandeng biasanya dilakukan secara buatan, yaitu dengan penyuntikan hormon. Adapun yang harus diperhatikan adalah konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahannya.



1. Konstruksi kolam


Kolam induk harus memiliki kedalaman 1-1,5 meter dan terbuka agar dapat menerima sinar matahari langsung, tetapi sejuk. Pematang harus cukup kuat dan diusahakan tidak bocor agar ketinggian air kolam dapat dipertahankan.
Kolam masing-masing memiliki pintu pemasukan dan pembuangan untuk menjamin sirkulasi air dengan baik. Hal ini berpengaruh positif terhadap percepatan kematangan induk bandeng.


2. Persiapan kolam


Kolam perlu dikapur agar pH air kolamnya naik dan menjadi idealsekitar 6,8-7,2. Sebelum dipergunakan, kolam juga harus diberi saponin(biji teh) untuk membunuh ikan-ikan liar dan siput yang sering mengganggu pertumbuhan kelekap. Kolam perlu dipupuk dengan urea untuk merangsang pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan biasanya berkisar 10-15 g/m2.
Pakan tambahan untuk induk diberikan juga untuk merangsang per­kembangan gonade. Pakan berupa campuran tepung kacang, dedak hales (bekatul), terigu, atau bubuk telur yang diberikan 3-5% dari berat ikan. Pemberian pakan dilakukan setup hari, pada pagi, siang, dan sore hari.



3. Pemijahan


Kepadatan penebaran induk sebaiknya 4-5 ekor/m2 untuk membantu proses pematangan gonade. Pemijahan ikan bandeng secara kawin suntik. Namun, kawin suntik pada bandeng l00% mengandalkan hormon sintetik (buatan). Hormon yang biasanya digunakan di antaranya Synahorin, Gona Hormon, atau Puberogen.

Penyuntikan induk betina dilakukan 2 kali agar efektif, sedangkan untuk jantan cukup sekali saja yaitu pada penyuntikan induk betina yang kedua. Penyuntikan pertama biasanya dilakukan pada pukul 17-00-18-00 sebanyak 200 IU (International Unit) pada induk betina. Penyuntikan kedua dilakukan setelah 6 jam dari penyuntikan pertama yaitu pukul 24.00 sebanyak 200 IU juga pada induk betina, demikian juga untuk induk jantan disuntik 200 IU.

Penyuntikan dilakukan pada otot daging bagian punggung (intrumus­culler), sekitar baris kedua atau ketiga yang sejajar dengan bagian kelamin. Ada juga tempat penyuntikan yang lebih efektif, tetapi harus hati-hati karena bisa melukai organ dalam bandeng, yaitu ruang rongga perut .
Setelah disuntik, kedua induk dimasukkan kembali ke tempat penam­pungan induk masing-masing dengan diberi aerasi dan sirkulasi air yang teratur. Setelah itu, diperhatikan tanda saat pengurutan yang tepat yaitu induk akan tampak gelisah yang dicirikan dari membuka dan menutupnya mulut lebih cepat dan sering muncul ke permukaan kolam. Menjelang akan bertelur, ikan berhenti berenang dan seluruh badannya mengejang. Saat itulah waktu yang tepat melakukan pengurutan. Ikan kemudian ditangkap dan bagian kepalanya ditutup dengan kelambu agar tidak berontak.


Stripping (pengurutan) biasanya dilakukan setelah 10-14 jam darisuntikan pertama bila suhu air 20-230 C, 7-8 jam bila suhu air 25— 260 C, atau 3-4 jam pada suhu air 300 C. Caranya, induk betina dipegang dengan tangan kiri di bagian punggung, sedangkan tangan kanan di bagian perut. Sementara ibu jari tangan kanan mengurut berulang-ulang pada bagian perut ke arah lubang pelepasan. Telur kemudian ditampung di dalam baskom bersih yang diberi sedikit air. Dengan cara yang sama pengurutan dilakukan pada induk jantan. Setelah sperma keluar, telur dan sperma diaduk perlahan-lahan dengan bulu ayam selama 0,5 menit. Telur yang sudah tercampur cairan sperma kemudian dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa cairan sperma, feses, dan darah.



E. Penetasan dan Perawatan Benih


Untuk keberhasilan penetasan telur-telur perlu dilakukan langkah-­langkah sebagai berikut.
a. Cuci bersih, lalu keringkan akuarium, hapa, bak penetasan, dan corong penetasan. Penetasan yang paling efektif dengan menggunakan corong penetasan karena memberikan jaminan pasokan oksigen yang terus-menerus dan mencegah penumpukan telur karena aliran air yang berputar terus menerus dari bawah corong penetasan.
b. Pasang tempat penetasan. Setiap, corong penetasan berdiameter 50 cm dapat dipergunakan untuk menetaskan 40.000-50.000 butir telur.
c. Tambahkan antijamur berupa Emolin atau Blitz Ich sebanyak 0,05 cc/liter air.
d. Telur bandeng akan menetas dalam waktu 28-36 jam pada suhu ruang 24-280 C. Prosentase penetasan biasanya mencapai 70-90%. Benih yang barn berumur 2 hari belum membutuhkan makanan tambahan karena masih mengandung kuning telur (yolk sack).
e. Setelah lewat dua hari, larva dipindahkan ke hapa yang dipasang di kolam pendederan yang telah dipersiapkan seminggu sebelumnya.



F. Pendederan


Pendederan dilakukan di hapa dan di kolam yang sudah dipupuk seminggu sebelumnya. Pupuk yang dimasukkan ke dalam kolam biasanya kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg/m2. Kolam juga diisi air agar tumbuh pakan alami yang dibutuhkan oleh burayak bandeng. Sementara pupuk buatan bisa diberikan TSP dengan dosis 10-15 g/m2 untuk melipat­gandakan produktivitas kolam.
Pemasukan air dilakukan secara bertahap. Pertama, air dimasukkan untuk menguraikan pupuk organik. Selanjutnya, air dinaikkan hingga 40-45 cm dan dibiarkan tergenang disinari matahari sampai 4-6 hari.

Benih tidak langsung ditebarkan di kolam, tetapi di dalam hapa berukuran panjang 4-5 meter, lebar 1-2 meter, dan dalam 1 meter dengan kepadatan penebaran benih antara 70-000-80.000 ekor/hapa. Pada bagian atas hapa diberi peneduh untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang terlalu terik dan melindungi dari terpaan air hujan.
Pemberian pakan tambahan dilakukan setelah 3-4 hari setelah penebaran benih karena diperkirakan persediaan pakan alarm di dalam hapa cepat berkurang karena padatnya nener di dalamnya. Pakan tambahan yang diberikan berupa campuran kuning telur, juice kedelai, bubuk ragi, dan Anemia. Frekuensi pemberian 5-6 kali sehari.

setelah berumur 10 hari, benih bandeng (nener) sudah siap dipindah­kan ke kolam tanah yang lebih lugs. Kolam seluas 1.000 m2 bisa ditebari 70.000-80.000 ekor nener. Sebulan kemudian nener dipindahkan lagi ke kolam lain, yang luasnya sama, tetapi padat penebarannya cukup 35.000-40.000 ekor saja.



G. Pembesaran


Pembesaran bandeng dilakukan di kolam yang memiliki pintu pema­sukan dan pembuangan air tersendiri. Kolam boleh dipupuk terlebih dahulu atau tidak. Untuk memperoleh hasil yang optimal, pembesaran bandeng membutuhkan pemberian pakan tambahan. Pakan tambahan yang dibutuhkan berupa dedak halus (bekatul), tepung benawa, dan lain-lain.


Saran
Pembenihan bandeng membutuhkan kesiapan, baik teknis maupun ketersediaan induk. Oleh karena itu, disarankan untuk memilih dan melakukan salah satu rantai budidaya saja yang cocok dan sesuai dengan lahan yang tersedia serta mudah, yaitu pembesaran saja. Itupun cukup menghasilkan benih seukuran sejari, tidak perlu sampai ukuran konsumsi.


Sumber : Budidaya Ikan di Pekarangan Heru Susanto

Teknik Pemijahan LELE DUMBO Sistem Induced Breeding (Kawin Suntik)

Ikan lele dumbo (Clariasgariep nus) telah banyak dikenal orang sebagai ikan peliharaan yang baik, mudah dipelihara dalam kolam dan genangan air biasa. Ikan lele dumbo juga merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki daging yang lezat, mudah dicerna dan bergizi. Selain itu lele dumbo dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Pada awal perkembangannya, tahun 1985 sd 1988, lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat mahal harganya, terutama yang berukuran benih. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu penyebarannya masih langka. Namun setelah penyebarannya meluas, harganya mulai menurun dan pada akhirnya mencapai kondisi harga normal yang tidak jauh berbeda dengan harga jenis ikan air tawar lainnya.
Dengan kondisi harga normal seperti sekarang ternyata usaha budidaya ikan lele dumbo ini masih menguntungkan, baik untuk tahap usaha pembenihan maupun pembesaran. Oleh karena itu masih layak dan perlu dibudidayakan.
Terlebih-lebih dengan adanya kemudahan dalam pembudidayaannya seperti teknologi yang tidak terlalu sulit, tidak memerlukan lahan yang luas serta tidak memerlukan air yang melimpah.
Kali ini disajikan petunjuk praktis mengenai teknik pemijahan lele dumbo melalui penyuntikan.
Pemijahan
Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
  1. Secara Alami
    Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan di alam terbuka sesuai dengan sifat hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia.
  2. Secara Disuntik Dengan Kelenjar Hipofisa
    Penyuntikan dengan kelenjar hipofisa adalah pemijahan yang dilakukan dengan bantuan atau penanganan manusia melalui pemberian kelenjar hormon hipofisa pada recipient (penerima) yang berguna untuk melancarkan proses kematangan gonad, sehingga mempercepat proses jalannya pemijahan ikan tersebut.
Ciri-ciri Induk Lele Dumbo Yang Siap Memijah
1. Induk Jantan
  • Umur telah mencapai 1 tahun
  • Warna tubuh agak kemerah-merahan
  • Alat kelamin tampak jelas meruncing
  • Tubuh tetap ramping dan gerakannya lebih lincah
2. Induk Betina
  • Perut tampak besar dan bila diraba terasa lembek
  • Alat kelamin berwarna kemerahan dan lubangnya agak membesar
  • Bila diurut kearah anus keluar telur berwarna kekuningan
3. Ciri-ciri Induk Yang Baik
  • Umur telah mencapai 1 tahun
  • Ukuran berkisar 300-1000 gram/ekor
  • Nampak sudah jinak
  • Badan mengkilat dan gemuk
  • Tubuh sehat dan tidak cacat
Menyiapkan Donor
Donor adalah ikan yang dikorbankan untuk diambil kelenjar hipofisanya untuk diberikan kepada ikan sebaga recipient (penerima donor).
Ikan sebagai ikan donor untuk ikan lele dumbo dapat diberikan ikan sejenis dan dari ikan mas tanpa mempertimbangkan jantan atau betina.
1. Cara Menyiapkan Kelenjar Hipofisa Dari Ikan Lele
  • Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
  • Potong bagian batas kepalanya
  • Dari arah bukaan mulut, kepala lele dibelah, bagian atas kepala diambil
  • Ambil kelenjar dengan menggunakan pinset, lalu digerus/dihancurkan dengan menggunakan alat penggerus sambil ditambah pelarut akuabides 1-2 cc
  • Ambil dengan menggunakan spuit dan kelenjar siap disuntikkan
2. Cara Menyiapkan Kelenjar Hipofisa Dari Ikan Mas
  • Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
  • Potong bagian batas kepalanya
Cara Penyuntikan dan Pelepasan Induk
  • Induk disuntik pada siang atau sore hari
  • Kelenjar hipofisa yang telah disiapkan , setengah disuntikkan pada induk jantan dan setengahnya lagi pada induk betina
  • Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung dengan memasukkan jarum suntik secara mirin 45 sedalam ± 2 cm
  • Induk yang telah disuntik, dilepas kedalam bak pemijahan
  • Kemudian bak pemijahan ditutup rapat
  • Pemijahan akan terjadi pada malam hari, 8-12 jam setelah penyuntikan
Penetasan Telur dan Perawatan Larva
  • Telur ditetaskan pada bak tembok atau pada bak yang terbuat dari plastik terpal
  • Telur menetas antara 20-24 jam dari pemijahan
  • Larva (benih) diberi makanan tambahan pada hari ke-3 setelah menetas berupa kutu air (Daphnia sp.) atau cacing sutera
  • Selama pemeliharaan usahakan air tetap bersih dan jernih
  • Selanjutnya benih didederkan di tempat lain
Sumber :
Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Diskan Jawa Barat
PO Box 2 Sukamandi, Subang 41256
Tel. 0260-520084

BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN PATIN : PANEN DAN KENDALA PRODUKSI

PANEN
Pada umumnya panen pada pembesaran ikan patin dapat dilakukan setelah 6 – 12 bulan pada saat ikan mencapai ukuran berat satu kilogram. Ikan patin yang dipelihara di karamba jaring apung dengan ukuran awal 5 inci membutuhkan waktu selama 6 – 8 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Sedangkan ikan patin yang dipelihara dengan sistem fence dengan ukuran awal 1,5 – 2 inci membutuhkan waktu selama 8 – 12 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Pemanenan dilakukan secara selektif karena pertumbuhan ikan tidak seragam.
Cara panen ikan patin adalah dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan. Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.
KENDALA PRODUKSI
Pada saat ini di daerah OKI belum ada UPR ikan patin dan produksi benih oleh UPR di Palembang belum mencukupi permintaan masyarakat Sumsel. Oleh karena itu benih ikan patin didatangkan dari Bogor dan daerah lain di Pulau Jawa. Walaupun keadaan transportasi cukup baik, namun keadaan ini dapat menjadi kendala di masa yang akan datang, yaitu harga benih menjadi lebih mahal dan jumlah pasokan benih sulit diprediksi, sehingga akan mempengaruhi usaha budidaya pembesaran ikan patin di daerah ini. Kendala lain yang dihadapi adalah usaha pembenihan ikan patin memerlukan biaya cukup tinggi karena usaha pembenihan memerlukan persyaratan teknologi budidaya tertentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah Pemerintah Daerah setempat bekerjasama dengan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di kecamatan Mariana dan dinas terkait, membantu pengadaan unit-unit pembenihan ikan patin.
Dalam budidaya ikan air tawar, pakan merupakan kebutuhan primer untuk mempercepat pertumbuhaan ikan. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang lahap dalam konsumsi pakan. Pakan buatan pabrik relatif mahal, sehingga masyarakat berusaha mengganti pakan pabrik dengan pakan buatan sendiri yang bahan bakunya diperoleh dari daerah sekitarnya. Masalahnya adalah dosis pakan buatan sendiri belum dapat dipastikan sesuai dengan kebutuhan ikan, sehingga efisiensi penggunaannya belum diketahui. Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dilakukannya penelitian, penyuluhan dan pelatihan oleh pihak yang berkepentingan kepada para pembudidaya dalam pembuatan pakan buatan yang memenuhi syarat teknis budidaya dan secara ekonomis menguntungkan.
Oleh karena sistem fence baru berkembang dalam tiga tahun terakhir, maka kendala utama yang dihadapi oleh calon pembudidaya ikan patin yang akan memakai sistem ini adalah dalam hal : penguasaan teknik konstruksi fence; penguasaan manajemen pemeliharaan ikan patin; dan belum adanya informasi mengenai rencana lokasi lahan budidaya. Kendala teknik konstruksi dan manajemen pemeliharaan dapat diatasi apabila lembaga terkait aktif memberikan penyuluhan dan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat calon pembudidaya. Lembaga terkait saat ini telah memberikan penyuluhan dan pelatihan, namun masih perlu ditingkatkan. Sedangkan kendala informasi dapat diatasi dengan keaktifan dua belah pihak yaitu Pemerintah dan calon pembudidaya untuk saling mencari dan menyebarluaskan informasi mengenai rencana peruntukan lokasi budidaya ikan patin. Ketepatan lokasi penting agar tidak merugikan seluruh pihak baik pembudidaya, pemerintah daerah maupun bank apabila proyek dibiayai oleh bank. Kerugian perlu dicegah karena budidaya ikan patin adalah usaha yang terkait erat dengan usaha pada sektor-sektor lain baik usaha-usaha disektor hulu maupun sektor hilir. Usaha ini mempunyai kaitan dengan sektor hulu karena:
  • dapat menghidupkan usaha penyediaan bahan baku lokal untuk pembuatan karamba dan fence serta peralatan perikanan
  • memanfaatkan limbah produk ikan olahan dan hasil sampingan industri kecil pengolahan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk pakan ikan
  • menghidupkan usaha produksi dan jasa penyediaan benih dan saprokan lainnya.
Sedangkan di sektor hilir usaha ini dapat menghidupkan kegiatan ekonomi yang mencakup usaha sektor pedagangan ikan, usaha rumah makan/restoran, usaha transportasi dan pelayanan kredit perbankan. Sektor usaha budidaya ikan patin juga memberikan sumbangan bagi pemerintah daerah berupa Pajak Bumi dan Bangunan dan retribusi usaha budidaya ikan.

BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN PATIN : PENGENDALIAN HAMA

Serangan hama pada umumnya lebih banyak terjadi pada pendederan dan pembesaran karena kegiatan tersebut dilakukan di alam terbuka, sedangkan pembenihan dilakukan di ruangan tertutup. Hama ikan patin berukuran lebih besar dari pada ikan patin dan bersifat memangsa (predator), sehingga secara fisik mudah dikenali. Jenis-jenis hama tersebut dan cara pemberantasannya telah dijelaskan dimuka.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit akibat infeksi :
  • Parasit adalah penyakit bintik putih (white spot), yang terjadi akibat infeksi Ichtyophthirius multifiliis yang biasanya menyerang benih berumur 1 – 6 minggu. Gejala serangan dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip dan lapisan insang dan berenangnya tidak normal. Penanggulangannya dengan menggunakan formalin yang mengandung Malachite Green Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air. Pencegahan pada ikan yang berukuran lebih besar adalah dengan perendaman selama 24 jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air seminggu sekali.
  • Bakteri yang menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Serangan terjadi pada bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai perdarahan. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan tubuhnya terasa kasar saat diraba. Pencegahannya adalah dengan memusnahkan ikan yang mendapat serangan cukup parah agar tidak menulari ikan yang lain. Jika serangan belum parah dapat dilakukan pengobatan dengan cara perendaman menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK) sebanyak 10-20 ppm selama 30-60 menit. Cara pengobatan lain adalah perendaman dalam larutan Nitrofuran sebanyak 5-10 ppm selama 12-24 jam atau dalam larutan Oksitetrasiklin sebanyak 5 ppm selama 24 jam. Selain perendaman, pengobatan dapat dilakukan dengan mencampurkan obat-obatan ke dalam makanan seperti Chloromycetin sebanyak 1-2 gram per kg makanan.
  • Jamur dapat menyerang ikan patin karena adanya luka-luka di badan ikan. Jamur yang sering menyerang adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Ciri-ciri ikan patin yang terserang jamur adalah adanya luka di bagian tubuh terutama di tutup insang, sirip dan bagian punggung. Bagian-bagian tersebut ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan. Pencegahannya adalah dengan menjaga kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan menjaga agar tubuh ikan tidak terluka. Cara pengobatannya adalah dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit, diulang sampai tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya di kabupaten OKI, serangan hama dan penyakit terhadap ikan patin yang dipelihara relatif sedikit. Gejala penyakit yang sering timbul adalah kurangnya nafsu makan ikan, terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya digunakan multivitamin Previta Fish P yang dicampur dalam makanan buatan sendiri atau pemberian makanan berupa pelet buatan pabrik yang sudah mengandung vitamin. Untuk serangan penyakit tertentu yang mengakibatkan kematian ikan digunakan obat Khemy dengan dosis pengobatan 1,5 sendok teh yang dicampur dalam pakan buatan sendiri.

BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN PATIN : PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5% dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang dan sore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam hari.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya ikan patin di kabupaten OKI, terdapat perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan pemberian pakan yang dilakukan baik dalam hal jenis, jumlah dan saat pemberian pakan selama pembesaran. Pemberian pakan pada sistem karamba dan fence yang dilakukan di kabupaten OKI adalah sebagai berikut :
- Sistem Karamba :
Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem karamba dilakukan sejak benih ditebar sampai saat ikan dipanen dengan jumlah pakan disesuaikan dengan umur ikan. Pemberian pakan dilakukan hanya satu kali pada sore hari. Dengan padat penebaran 1.250 ekor per karamba, pakan yang diberikan pada benih berumur 1-2 bulan adalah sebanyak 30 kg per bulan dan pada umur 3-6 bulan sebanyak 300 kg per bulan.
- Sistem fence :
Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem fence dilakukan sejak benih ditebar di transito sampai benih berumur 2 bulan. Pada umur ikan 3 bulan pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik ditambah dengan pakan ramuan sendiri. Dosis pakan per 12.500 ekor penebaran pada bulan pertama adalah 50 kg, pada bulan kedua 150 kg dan pada bulan ketiga 300 kg. Setelah umur ikan lebih dari 3 bulan pakan yang diberikan hanya pakan ramuan sendiri. Bahan baku untuk pembuatan pakan ramuan sendiri mudah diperoleh dan banyak terdapat di sekitar lokasi pembesaran ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri dilakukan setiap pagi dan pemberian pakan dilakukan sekali sehari pada sore hari. Ada dua cara pembuatan pakan ramuan sendiri, yaitu :
(a). Pakan rebus :
Bahan baku pembuatan pakan rebus terdiri atas ikan asin kualitas rendah (below standard = BS), tepung katul dan dedak halus dengan komposisi sebagaimana terdapat pada Tabel 3. Jumlah bahan baku yang disediakan adalah untuk pemberian pakan bagi 10 ribu ekor ikan.
Tabel 3.
Komposisi Bahan Baku Pakan Rebus Buatan Sendiri
Bahan Baku
Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)
4 bulan
5 bulan
6-7 bulan
8-10 bulan
a. Ikan asin BS
14
21
42
49
b. Tepung katul
30
45
90
105
c. Dedak halus
40
60
120
140
Jumlah
84
126
252
294
Sumber : Data primer
Adapun peralatan yang digunakan untuk pembuatan pakan adalah wadah dari tong (ukuran setengah drum), kompor pompa minyak tanah dan tungku masak. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Campuran bahan diramu di dalam tong dan ditambah air bersih, diaduk sampai rata dan direbus selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah dingin, pakan yang masih diwadahi dalam tong atau dimasukkan kedalam karung plastik diangkut dengan perahu ke lokasi fence. Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari pada sore hari dengan cara pakan dikepalkan dalam genggaman kemudian disebarkan di seluruh permukaan air. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini, hanya 75% pakan yang dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya 25% tidak termakan dan terbuang oleh arus air sungai yang mengalir.
Foto 4 : Pembuatan pakan rebus
Foto 5 : Hasil olahan pakan rebus
Sumber: Solider, Bank Indonesia
(b). Pakan tidak dimasak :
Bahan baku untuk pembuatan pakan tidak dimasak terdiri dari dedak, ikan asin BS, ampas singkong, bekatul dan ampas tahu. Komposisi dan jenis bahan baku pembuatan pakan tidak dimasak buatan sendiri adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Jumlah bahan baku pada tabel dipergunakan untuk memberikan pakan bagi 12,5 ribu ekor ikan.
Tabel 4.
Komposisi Bahan Baku Pakan Tidak Dimasak Buatan Sendiri
Bahan Baku
Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7-10 bulan
a. Ikan asin BS
12
24
30
40
60
b. Tepung katul
12
24
30
40
60
c. Dedak halus
5
10
30
40
60
d. Ampas ubi kayu
10
20
30
40
60
e. Ampas tahu
11
22
30
40
60
Jumlah
50
100
150
200
300
Sumber : Data primer
Foto 6. Pengolahan pakan menggunakan mesin
Foto 7. Hasil pakan menggunakan mesin
Sumber: Solider, Bank Indonesia
Pengolahan pakan menggunakan seperangkat alat-alat mekanis yang dirancang sendiri. Peralatannya terdiri dari generator diesel berkekuatan 15.000 watt, mesin cincang daging (molen) ukuran besar 4 buah dan dinamo sebagai tenaga penggerak. Cara pembuatan pakan adalah sebagai berikut: Masing-masing bahan baku pakan ditimbang sesuai kebutuhan dan dicampur di dalam wadah ukuran persegi empat yang terbuat dari papan serta diaduk sampai rata, kemudian dimasukkan kedalam molen untuk diproses menjadi pelet. Kemudian pelet di tampung dalam wadah plastik, dijemur beberapa jam di sinar matahari dan siap untuk diberikan kepada ikan. Hasil pakan olahan hampir sama dengan pakan buatan pabrik yaitu pelet berbentuk silindris ukuran diameter 5 mm dan panjang 4 – 5 cm. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini lebih efektif karena sebanyak 99% pakan dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya sebanyak 1% terbuang bersama arus air sungai yang mengalir.

BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN PATIN : PEMELIHARAAN

Sebagaimana telah dijelaskan pada awal Bab ini, tahapan kegiatan dalam budidaya ikan patin meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pada sistem karamba lazimnya hanya dilakukan pembesaran, sementara pada sistem fence pembudidaya juga melakukan pendederan.
Sistem Fence.
(1). Pendederan
Pendederan dilakukan di dalam fence dengan menggunakan jaring hapa yang berukuran halus atau yang biasa digunakan sebagai tempat penetasan telur pada pembenihan ikan mas. Keuntungan yang diperoleh jika penebaran benih dilakukan dalam jaring antara lain dapat menghindari serangan hama sehingga mortalitasnya rendah; mudah mengontrol dan memberi pakan; dan mudah memanen hasilnya. Ukuran mata jaring harus disesuaikan dengan ukuran benih patin yang ditebarkan untuk menghindari lolosnya benih patin dari dalam jaring. Ukuran mata jaring yang umum digunakan adalah 3 x 3,5 x 0,75 cm.
Jaring harus bersih dan tidak sobek. Jaring dipasang di pinggir fence dan setiap sudut jaring diikatkan ke bambu atau kayu sebagai penahan sehingga posisi jaring tetap. Ketinggian air didalam jaring berkisar antara 50 – 75 cm. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Agar benih yang ditebar tidak mengalami stres, penebaran dilakukan dengan aklimatisasi, yaitu melakukan penyesuaian suhu air di wadah pengangkutan terhadap suhu air di dalam jaring dengan cara menambahkan atau mencampur air di dalam wadah pengangkutan dengan air dalam jaring sedikit demi sedikit. Benih-benih patin yang ditebar dibiarkan keluar dengan sendirinya. Padat penebaran adalah antara 75 – 100 ekor/m3 air.
Selama pendederan benih diberi pakan tambahan karena benih patin berada dalam wadah yang terbatas sehingga tidak mungkin mendapat makanan alami. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk tepung sebanyak 3 – 5% dari berat total patin yang didederkan. Pemberian pakan diberikan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Lama pendederan sekitar satu bulan atau disesuaikan dengan kebutuhan atau ukuran untuk pembesaran. Mortalitas selama pendederan adalah sekitar 15%- 20% dari total benih yang didederkan.
Benih sudah dapat dilepaskan ke tempat pembesaran setelah mencapai ukuran untuk pembesaran atau berumur satu bulan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat ketiga sudut bagian bawah jaring secara perlahan-lahan. Benih akan terkumpul di sudut yang lain, kemudian benih di tangkap dengan menggunakan alat tangkap halus berupa scop net dan selanjutnya ditampung sementara di tempat penampungan atau langsung ditebar ke tempat pembesaran.
(2). Penebaran benih untuk pembesaran
Padat penebaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada saat menebarkan benih. Jika padat penebaran tinggi, dikhawatirkan terjadi kanibalisme terhadap ikan-ikan yang lebih lemah. Selain itu, ikan menjadi rentan terhadap penyakit akibat luka yang disebabkan oleh senggolan antar ikan atau senggolan dengan dinding karamba. Padat penebaran juga harus memperhatikan keterkaitan antara jumlah ikan yang ditebar dengan daya tampung optimal dari tempat pembesaran. Sebagai pedoman, jumlah ikan yang akan ditebar dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
PPI = (BTP) : (BRP x BRT), dimana
PPI = Padat penebaran ikan (kg/m3)
BTP = Berat total panen (kg/m3)
BRP = Berat rata-rata produksi akhir (kg/ekor)
BRT = Berat rata-rata penebaran (kg/ekor)
Penebaran benih ikan patin di sistem fence dapat dilakukan secara langsung dengan membiarkan benih keluar dari jaring apung dengan sendirinya, tanpa aklimatisasi karena jaring pendederan di tempatkan dalam fence. Padat penebaran benih menggunakan rumus sebagaimana dijelaskan di atas.
Sistem Karamba
Pada budidaya sistem karamba hanya dilakukan pembesaran, tanpa pendederan. Oleh karena itu pada buku ini tidak dijelaskan mengenai cara pendederan pada sistem karamba.
Pada tahap pembesaran, ukuran benih yang ditebar di karamba minimal telah mencapai berat 50 gr per ekor atau panjang 2,5 – 3,5 inci. Benih yang ditebar sebaiknya memiliki ukuran yang sama dan seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya dikhawatirkan akan mendominasi benih lainnya, baik dalam persaingan hidup maupun persaingan mendapat makanan. Padat penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5 kg/m2. Padat penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40 kg/m2.
Agar ikan patin yang ditebar di karamba jaring apung tidak mengalami stress, penebaran benih patin sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Penebaran dilakukan dengan aklimatisasi yaitu benih patin yang berada dalam kantong plastik pengangkutan di biarkan mengapung diatas air selama 5 – 10 menit. Selanjutnya kantong plastik dibuka dan ditambahkan air dari karamba jaring apung sedikit demi sedikit kedalam kantong sampai kondisi air di dalam kantong sama dengan kondisi air di dalam karamba jaring apung. Proses aklimatisasi ini selesai jika ikan patin di dalam kantong plastik keluar dengan sendirinya ke karamba.