Seperti halnya Dinosaurus yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, badak yang pada enam puluh juta tahun yang lalu ada 30 jenis yang hidup di bumi juga mengalami kepunahan. Pada saat ini hanya 5 jenis badak hidup di dunia diantaranya 3 jenis badak hidup di Asia, yaitu: Badak Sumatera (Sumatran rhino) bercula dua atau Dicerorhinus sumatrensis Fischer, Badak Jawa (Javan rhino) bercula satu atau Rhinocerus sondaicus Desmarest, Badak India (Indian rhino) bercula satu atau Rhinocerus unicornis Linnaeus. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
SEJARAH BADAK Badak muncul pada jaman tertier (± 65 juta tahun yang lalu) dan terdiri dari 5 periode : Periode Paleocene ( ± 60 - 50 juta tahun yang lalu) Periode Eocene (± 50 - 45 juta tahun yang lalu Periode Oligocene (± 35 - 25 juta tahun yang lalu) Periode Miocene (± 25 - 10 juta tahun yang lalu Periode Pleocene (± 10 juta tahun yang lalu) Seperti halnya Dinosaurus yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, badak yang pada enam puluh juta tahun yang lalu ada 30 jenis yang hidup di bumi juga mengalami kepunahan. Pada saat ini hanya 5 jenis badak hidup di dunia diantaranya 3 jenis badak hidup di Asia, yaitu:
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
KLASIFIKASI BADAK Badak Jawa Badak adalah binatang berkuku ganjil (perrisodactyla), pada tahun 1758 Linnaeus telah memberi nama marga (genus) Rhinoceros kepada badak jawa. Secara taksonomi badak Jawa diklasifikasikan sebagai berikut:
Rhinoceros: berasal dari bahasa Yunani yaitu rhino, berarti "hidung" dan ceros, berarti "cula" sondaicus: merujuk pada kepulauan Sunda di Indonesia. (Bahasa Latin -icus mengindikasikan lokasi); "Sunda" berarti "Jawa" Badak Sumatera Badak Asia cula dua yang kemudian oleh Fischer (1814) diberi nama ilmiah Rhinoceros sumatrensis (sumatranus), dengan berbagai nama sinonim: Ceratorhinus sumatrensis (sumatranus), Didermocerus sumatrensis (sumatranus), Ceratorhinus crosii, Rhinoceros crosii, Ceratorhinus lasiotis, Ceratorhinus niger, Ceratorhinus blythii. Klasifikasi sub spesies dan penyebarannya dapat di bedakan menjadi:
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
MORFOLOGI BADAK Badak Jawa
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
Badak Sumatera
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
HABITAT BADAK Habitat badak adalah hutan hujan dataran rendah dan rawa-rawa (tropical rainforest dan mountain moss forest), beberapa dijumpai pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Badak Jawa
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
POPULASI BADAK Badak Jawa Di Indonesia, badak Jawa dahulu diperkirakan tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Di Sumatera saat itu badak Jawa tersebar di Aceh sampai Lampung. Di Pulau Jawa, badak Jawa pernah tersebar luas diseluruh Jawa. Badak Jawa kini hanya terdapat di Ujung Kulon, Banten. Tahun 1833 masih ditemukan di Wonosobo, 1834 di Nusakambangan, 1866 di Telaga Warna, 1867 di Gunung Slamet, 1870 di Tangkuban Perahu, 1880 di sekitar Gunung Gede Pangrango, 1881 di Gunung Papandayan, 1897 di Gunung Ceremai dan pada tahun 1912 masih dijumpai di sekitar daerah Kerawang. Frank pada tahun 1934 telah menembak seekor badak Jawa jantan dari Karangnunggal di Tasikmalaya, sekarang specimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor. Menurut catatan merupakan individu terakhir yang dijumpai di luar daerah Ujung Kulon. Pada tahun 1910 badak Jawa sebagai binatang liar secara resmi telah dilindungi Undang-Undang oleh Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada tahun 1921 berdasarkan rekomendasi dari The Netherlands Indies Society for Protection of Nature, Ujung Kulon oleh pemerintah dinyatakan sebagai Cagar Alam. Keadaan ini masih berlangsung terus sampai status Ujung Kulon diubah menjadi Suaka Margasatwa di bawah pengelolaan Jawatan Kehutanan dan Taman Nasional pada tahun 1982. Di Ujung Kulon populasi badak pada tahun 1937 ditaksir ada 25 ekor (10 jantan dan 15 betina), dan pada tahun 1955 ada sekitar 30-35 ekor. Pada tahun 1967 di Ujung Kulon pertama kalinya diadakan sensus badak Jawa yang menyebutkan populasinya ada 21-28 ekor. Turun naiknya populasi badak selain adanya kelahiran anak, juga dipengaruhi oleh adanya perburuan. Setelah pengawasan yang ketat terhadap tempat hidup badak, populasi badak Jawa terus meningkat hingga kira-kira 45 ekor pada tahun 1975. Populasi badak Jawa menurut hasil sensus sampai tahun 1989 diperkirakan tinggal 52-62 ekor. Sensus pada Nopember 1999 yang dilaksanakan ole TNUK dan WWF diperkirakan 47 - 53 ekor. Sensus populasi badak Jawa yang dilaksanakan oleh Balai TNUK, WWF - IP dan YMR pada tahun 2001 memperkirakan jumlah populasi badak berkisar antara 50 - 60 ekor. Sensus terakhir yang dilaksanakan Balai TNUK tahun 2006 diperkirakan kisaran jumlah populasi badak Jawa adalah 20 - 27 ekor. Badak Sumatera Berdasarkan Analisa Viabilitas Populasi dan Habitat (PHVA) Badak Sumatera tahun 1993, populasi badak Sumatera di Sumatra berkisar antara 215 -319 ekor atau turun sekitar 50% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sebelumnya populasi badak Sumatera di pulau Sumatera berkisar antar 400-700 ekor. Sebagian besar terdapat di wilayah Gunung Kerinci Seblat (250-500 ekor), Gunung Leuser (130-250 ekor) dan Bukit Barisan Selatan (25-60 ekor). Sebagian yang lainnya tidak diketahui jumlahnya terdapat di wilayah Gunung Patah, Gunung Abong-Abong, Lesten-Lokop, Torgamba dan Berbak. Di Kalimantan satu kelompok populasi tersebar di wilayah Serawak, Sabah dan wilayah tengah Kalimantan. Di Malaysia jumlah populasi badak Sumatera diperkirakan berkisar antara 67-109 ekor. Menurut IUCN/SSC - African and Asian Rhino Specialist Group Maret 2001, jumlah populasi badak Sumatera berkisar kurang lebih 300 ekor dan tersebar di Sumatra dan Borneo yaitu Malaya/Sumatra Sumatran Rhino ~ 250 ekor dan Borneo Sumatran Rhino ~ 50 ekor. Taksiran jumlah populasi badak Sumatera menurut Program Konservasi Badak Indonesia tahun 2001 di wilayah kerja RPU adalah sebagai berikut: TNKS 5 - 7 ekor dengan kerapatan (density) 2500 - 3500 ha per ekor badak, TNBBS 60 - 85 dengan kerapatan 850 - 1200 ha per ekor badak, TNWK 30 - 40 ekor dengan kerapatan 700 - 1000 ha per ekor badak. Observasi Lapangan tahun 1997 s/d 2004, RPU - PKBI memperkirakan jumlah populasi badak Sumatera di TNBBS berkisar antara 60 - 85 ekor. Sementara di TNWK berkisar antara 15 - 25 ekor. Data RPU Yayasan Leuser tahun 2004 (dalam Outline Strategi Konservasi Badak Indonesia 2005) menunjukkan jumlah populasi badak Sumatera di lokasi survey RPU berkisar antara 60 - 80 ekor. (Selengkapnya silahkan kunjungi http://www.badak.or.id) |