Jumat, 25 Maret 2011

Cara Beternak Murai


Populasi murai batu kini hanya ditemukan di kawasan pedalaman hutan konservasi seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNB) dan Taman Nasional Berbak (TNB). Itupun jumlahnya tidak seberapa. Species Murai Batu mulai langka atau terjadi penurunan populasi yang cukup tajam selain kerusakan hutan juga tingginya penangkapan dan minat masyarakat penggemar burung berkicau.


Murai batu (Copsychus malabaricus) adalah jenis burung berkicau yang sangat populer dan memiliki habitat asli di seluruh pulau Sumatra, Semenanjung Malaysia, serta sebagian Pulau Jawa. Penangkaran burung murai batu belakangan ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
 Tentu kita tidak asing lagi denganburung ini. Ciri khasnya berupa bulu hitam di seluruh tubuh, kecuali pada badan bagian bawah yang memiliki warna merah cerah dan sebagian kusam, serta sedikit warna biru di kepala. Ekornya panjang menjuntai.
Murai batu pemakan serangga kecil seperti jangkrik, ulat, laron, dan sebagainya. Tapi murai yang dipelihara juga makan pelet kombinasi kroto, jangkrik, ulat hongkong, telur lebah, dan poer (voer) yang banyak dijual di toko. Para pengusaha penangkaran burung murai biasanya mengawinkan pasangan satu induk (incest).
 Jenis Murai Tangkar
Ada beberapa jenis murai batu yang ditangkarkan, antara lain:
  • Murai medanBurung Murai paling mahal berasal dari Medanciri khasnya berupa bulu berwarna cokelat dan ekor agak melengkung, kakinya model belimbing. 
  • Murai medan super, cirinya hampir sama dengan murai medan biasa, tapi ekornya lebih panjang dan kicaunya lebih bagus. 
  • Murai lampung, ciri khasnya berupa ekor lurus dan dada agak kekuningan. 
  • Murai kalimantan, ciri khasnya berupa kebiasaan mengembangkan bulu dada saat berkicau. 
  • Murai tanjung redep, ciri khasnya berupa garis putih di kepala.
Dari sekian jenis murai batu, yang paling banyak diminati adalah jenis murai medan super. Murai jenis ini memiliki kicauan yang lebih bervariasi dibanding jenis murai lain sehingga harganya cenderung lebihmahal. 

Peluang Usaha Penangkaran Burung Murai . Selama ini jenis murai yang paling banyak di cari orang dan penghobis adalah jenis murai Medan . Adapun cirinya antara lain : bulu – bulunya berwarana coklat tua , ekornya panjang agak melengkung . Murai Medan yang super mempunyai ekor panjang , sedangkan yang biasa berekor pendek . Selain Murai Medan yang juga di cari banyak pengobi adalah murai Lampung . Murai lampung mempunyai ciri ekornya yang lurus dan warna dada agak kuning .  Jenis Murai yang lain adalah murai Kalimantan dan Murai Lahat .
Tips Penangkaran Burung Murai Medan. Burung murai batu dari medan ini terkenal paling mahal. Penangkaran murai batu Berdasar teori harus di tempat sepi, ini di tempat lalu-lalang manusia. Teorinya kandang harus lega (ukuran rata-rata 1,2X1,5meter tinggi 2 meter) ini sempit (80 X 90 cm tinggi 2 meter). Teorinya dalam kandang harus kena sinar matahari, ini gelap.
“Tapi anehnya, justru burung-burung ini sangat produktif sekali. Padahal anda tahu kalau suasananya bisa dikatakan tidak memenuhi syarat, sangat sempit dan terlalu bising. Bahkan hampir semua kandang tidak mendapat sinar matahari secara langsung,” katanya sambil memperlihatkan kandang-kandang penangkaran yang ada di halaman depan rumahnya.
Kakek bercucu empat ini membangun kandang penangkarannya hanya berukuran 80 cm x 90 cm dengan tinggi 2 meter. Bahan kandang terbuat dari kawat ram ukuran 1 cm dan besi siku. Antar kandang diberi sekat penutup terbuat dari karet talang yang berfungsi agar burung yang diletakkan dalam kandang berjejer tersebut tidak saling melihat. Alas kandang masih berupa tanah yang diberi pasir.
“Pemberian pasir dimaksudkan agar ngasin atau makan batu-batu kecil. Dan kadang burung bisa kipu di pasir-pasir tersebut,” katanya beralasan.
Pakan dari burung-burung di penangkarannya adalah jangkrik, kroto dan ulat kandang. Voer tidak diberikan selain karena tidak pernah dimakan juga disebabkan kepercayaan bahwa burung dengan pakan alami dengan komposisi yang sesuai akan menghasilkan anakan yang lebih banyak dan lebih sehat.
“Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kondisi burung, tidak bisa disamaratakan. Burung yang bertelor berbeda menu pakannya dengan burung saat belum bertelor,” paparnya.
Pakan burung yang belum bertelor adalah kroto dua sendok, jangkrik 30 ekor pagi dan 10 ekor sore, ulat kandang dua sendok makan. Sedangkan saat bertelor kroto dihilangkan, jangkrik dikurangi menjadi 25 ekor dan ulat kandang tetap diberikan.
“Pengurangan pakan saat burung bertelor bertujuan untuk mengurangi birahi, karena jika burung birahi biasanya telor dibuang. Nah, saat burung menetas pakan ditambah menjadi dua kali lipatnya. Misalnya jangkrik menjadi 60 ekor, kroto full dan ulat kandang masih dikonsumsikan,” terangnya.
Burung biasanya akan menetas setelah dierami selama dua minggu, kemudian akan dipanen setelah piyikan menginjak usia seminggu dan piyik sudah bisa diberi ring. Setelah pemanenan sang induk diberi pakan biasa, yaitu kroto dua sendok, jangkrik 30 ekor pagi dan 10 ekor sore serta ulat kandang dua sendok. Begitu seterusnya hingga saat indukan bertelor lagi. “Biasanya seminggu kemudian si betina sudah bertelor lagi dan tentu pakannya disesuaikan lagi,” katanya.
Menurut Anton masa paling rawan adatah saat penyapihan piyikan dari sang induk hingga piyikan berumur sebulan, karena pada masa-masa itu sering terjadi kematian piyik. “Memang masa paling sulit adalah saat piyikan diambil dari induknya, apalagi jika cuaca dingin saat musim penghujan. Tapi setelah piyikan kita beri vitamin bayi dan diberi penghangat tingkat kematian sudah bisa dltekan,” terangnya.
Setelah kandang dibangun, langkah berikutnya siapkan indukan burung Murai Batu. Carilah burung dewasa jantan dan betina yang siap kawin dan sehat. Harga sepasang Murai Batu yang siap kawin berkisar antara 2,5 jt rupiah sampai 5 jt rupiah. Agak mahal memang, tapi dengan pemeliharaan yang tepat burung bisa langsung produktif. 

Telur dierami induknya selama dua minggu. Anakan burung biasanya dibiarkan dipelihara induknya sampai usia sekitar satu minggu. Pada saat itu, anakan burung dinilai sudah mampu untuk mencerna makanan sendiri dan bulu-bulunya pun sudah tumbuh sempurna. Anakan burung kemudian siap dipisahkan dari induknya.
Anakan burung tangkar biasanya diberi cincin pada kakinya. Lalu, anakan tersebut dipelihara dalam kandang terpisah. Perlu perhatian yang intensif agar anakan burung tersebut tidak kelaparan, sakit, atau bahkan mati. Untuk menurunkan risiko kematian anakan burung, biasanya penangkar memberikan tambahan vitamin bayi, dan penghangat kandang.
Sedangkan induknya, selepas dipisahkan dari anaknya, biasanya akan segera bertelur setelah sekitar satu atau dua minggu.

Pada saat usia seperti ini makanan yang diberikan hanya berupa kroto segar. Pemberian jangkrik dilakukan setelah piyikan berumur sekitar duapuluh hari.
Dalam hal pemasaran, murai batu yang mengenakan ring Kiara tersebut tidak pernah mengalami kendala yang berarti. “Pemasarannya cukup bagus, bahkan saya sangat kewalahan melayani pesanan. Tapi berhubung jumlah kandang saya terbatas maka mampunya hanya seperti ini saja, karena hampir semua kandang sudah diinden,” jelas Anton.
Kematian indukan bagi penangkar burung adalah momok yang ksangat menakutkan. Jika disuruh memilih antara kematian piyik dan kematian indukan mereka hampir sepakat memilih kematian piyikan. Hal ini merupakan pilihan yang wajar karena kematian indukan berarti pula adalah berhentinya proses produksi.
Hal demikian pernah dialami Anton saat dua tahun pertama menang-kar murai batu. Beberapa indukannya tiba-tiba terlihat kurang sehat, selang beberapa hari kemudian mati.
“Saya sempat kebingungan mengantisipasinya, padahal saya sudah menerapkan anjuran teman-teman penghobi dan penangkar. Mulai kebersihan dan kesegaran pakan, kebersihan kandang hingga pemberian vitamin. Tapi kematian indukan selalu saja terjadi. Kalau terjangkit virus kenapa piyikannya justru sehat dan tidak tertular dan indukan yang lain juga tidak tertular,” katanya dengan penuh tanda tanya.
la kemudian menduga-duga, apakah karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya? Dugaan tersebut muncul karena seluruh kandang yang dibangunnya tidak pernah terkena sinar matahari secara langsung. “Karena keterbatasan lahan mengakibatkan kandang penangkaran saya tidak bisa terkena sinar matahari langsung. Apa karena itu yang men-gakibatkan indukan-indukan tersebut cepat mati,” sambungnya.
Hingga suatu saat Anton mendapat nasehat dari sesama penghobi yang menyarankan agar seluruh indukan diberi ulat kandang atau ada juga yang menyebut ulat balap karena jalannya yang cepat. Ternyata setelah saran tersebut diterapkan, terjadi perubahan yang cukup positif di penangkarannya.
“Jarang terjadi ada indukan yang sakit, kalau toh ada, indukan tersebut diberi antibiotik yang diteteskan di mulutnya. Selang sehari sang induk pasti sembuh. Bahkan hasil produksinyapun semakin meningkat,” terang:nya mengenai khasiat ulat kandang.
Anton mengakui jika secara ilmiah dirinya belum mengetahui kaitan antara ulat kandang dan kesehatan indukan burung yang ditangkarkannya. Tapi dia sudah merasakan manfaat memberi pakan indukan murai batu-nya dengan ulat kandang.
“Semua indukan dalam setahun bisa berproduksi hingga sepuluh kali setelah saya beri konsumsi ulat kandang. Bahkan bila betina tidak ngurak dan pejantan ngurak, produksi tetap bisa berjalan. Tapi biasanya kalau ada salah satu yang ngurak, pasangannya akan saya gantikan dengan yang lain, karena saya selalu mempersiapkan pasangan pengganti untuk berjaga-jaga jika ada salah satu induk yang berhalangan,” paparnya.


www.jendelahewan.blogspot.com