Kamis, 11 Agustus 2011

BIBIT AYAM BURAS


Ayam buras/kampung mempunyai keragaman produktivitas yang tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk dilakukan seleksi pemilihan bibit ayam buras yang lebih tinggi produksi telur maupun laju pertumbuhannya.
Ayam buras sejak lama sudah dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di pedesaan. Pada umumnya ayam dipelihara secara diumbar di halaman dan di kebun sekitar rumah, sebagian dipelihara secara semi intensif dan lebih sedikit mengusahakan secara intensif.Permasalahan utama dalam budidaya ayam buras secara intensif adalah mahalnya harga pakan yang memenuhi syarat kebutuhan ayam untuk tumbuh secara optimal, sementara produktivitasnya rendah. Selain itu sulitnya memperoleh bibit unggul, karena memang belum banyak yang mengusahakan bibit ayam buras dalam jumlah banyak.
Dalam hal ini, ayam buras tergolong jenis ayam yang mempunyai produktivitas rendah jika dibandingkan dengan ayam ras impor, namun ayam buras mempunyai keragaman produktivitas yang tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk dilakukan seleksi pemilihan ayam yang lebih tinggi produksi telur maupun laju pertumbuhannya. Upaya seleksi ini tidaklah mudah dilaksanakan oleh para peternak biasa.
Guna perbaikan mutu ternak ayam buras dapat dilklakukan melalui seleksi dan breeding. Sumber bibit ayam yang dibudidayakan/dipelihara hendaknya dapat diandalkan tingkat produksi yang dapat diketahui serta sehat. Ayam yang digunakan berasal dari jenis yang seragam dan dipilih sebaik mungkin. Jika ayam dibeli dari luar, maka karantina diperlukan sebagai tindakan pencegahan penyakit. Sampai saat ini dipasaran belum tersedia bibit unggul ayam buras, sehingga kita harus pandai memilih berdasarkan pengalaman dan informasi yang sudah melakukan seleksi bibit ayam buras, anatara lain :
A) Untuk pemilihan calon bibit induk, yaitu : harus sehat dan tidak cacat, memiliki postur tubuh ideal, tidak terlalu gemuk ; perut lunak dan bulu halus; kepala relatif lebih kecil berbentuk lonjong dan halus; jenger/pial jatuh berwarna merah menyala dan halus; mata relatif lebih kecil bulat dan bersinar; gerakannya lincah dan gesit; jarak antara tulang dada dada dan tulang belakang ± 4 jari, jarak antra tulang pubis ± 2 jari; umur yang digunakan untuk induk sebaiknya sekitar 28 minggu; 
B) Untuk pemilihan calon bibit pejantan, yaitu : sehat dan kuat serta tidak cacat; badan langsing atau dan agak panjang dengan postur tubuh ideal; kepala relatif besar; dada membusung; paruh pendek dan kuat; jengger/pial tegak dan berwarna merah menyala; bulu mengilap dan bulu ekor tersusun rapi; kaki kokoh dan kuat; berdiri tegap dan gagah ; terdapat taji pada kaki; gerakan aktif dan agresif.
Untuk pencatatan dalam perbibitan sangat dianjurkan dan dilakukan dengan cara sederhana mungkin. Pencatatan sangat berguna untuk pelaksanaan perencanaan selanjutnya. Informasi yang perlu dicatat antara lain : 1) berapa ekor ayam induk dan jago/pejantan yang dimiliki; 2) berapa produksi setiap hari; 3) jenis pakan apa saja yang kita berikan setiap hari, dan berapa banyak; 4) jenis obat;, vaksin, program pencegahan dan pongobatan penyakit; 5) berapa biaya untuk pakan,obat, jenis vaksin, yang telah dikeluarkan; 6) berapa biaya untuk kandang; 7) kapan kandang dibangun dan diperbaiki; 8) induk mana saja yang bertelur banyak; 9) berapa banyak telur yang menetas; 10) berapa banyak anak ayam yang hidup sampai umur tertentu; dan 11) berapa bobot anak ayam dan bagaimana pertumbuhannya.
Perbandingan antara induk dan pejantan/jago dapat disesuaikan dengan kondisi. Apabila jantan berumur 8-12 bulan, perbandingannya 8 : 1 ( 8 ekor betina dicampur dengan 1 elor pejantan/jago ) sedangkan untuk jantan/jago berumur 8 - 20 bulan, perbandingannya 10 : 1 ( 10 ekor betina dicampur dengan 1 ekor pejantan/jago )
C ) Untuk memilih anak ayam buras, yaitu : tidak catat, bulu kering, dubur kering dan bersih, lincah dan sehat, mata bulat dan terang bercahaya, kaki kuat dan berdiri tegak. Penulis ;
Sumber : 1) Brosur Teknologi Budidaya Ayam Buran, Balai Besar Pengkasjian dan Pengembangan Teknogi Pertanian, Departemen Pertanian 2008; 2) Pedoman Beternak Ayam Buras, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian 1996; 3)  waterholio.blogspot.com (4/10 2010)
Penulis ; Sri Hartati ( Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian;