Senin, 15 Agustus 2011

Retensi plasenta


Fisiologi Normal Plasenta
Plasenta terdiri dari dua bagian, yaitu plasenta foetalis (allanto khorion) dan plasenta maternalis atau endometrium.
Pengertian Retensi Plasenta
Pada peristiwa kelahiran yang normal, selaput fetus (sekundinae) akan keluar dari alat kelamin induknya dalam waktu 1-12 jam setelah kelahiran anaknya. 
 

Penyebab retensi plasenta
1.Gangguan mekanis (kasus 0.3%), yaitu selaput fetus yang sudah terlepas dari dinding uterus tetapi tidak dapat terlepas dan keluar dari alat kelamin karena masuk ke dalam kornu uteri yang tidak bunting, atau kanalis cervikalis yang terlalu cepat menutup, sehingga selaput fetus terjepit.
2.Selaput fetus tersangkut pada tangkai karunkula yang besar, mungkin juga karena celah pada mukosa uterus cepat mengecil sehingga jonjot khorion makin terjepit.
3.Induknya kekurangan kekuatan untuk mengeluarkan plasenta setelah melahirkan disebabkan adanya atoni uteri pasca melahirkan dan defisiensi hormon yang menstimulir kontraksi uterus pada waktu melahirkan, seperti oksitosin dan estrogen.
4.Gangguan pelepasan sekundinae dari karunkula induknya. Ini adalah kasus yang paling sering terjadi 
 
Gangguan pelepasan sekundinae, dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:
1.Retensi plasenta disebabkan adanya radang yang akut, disertai adanya infiltrasi lemak dalam plasenta, misalnya plasentitis atau kotiledonitis.
Brucella abortus
Tubercullosis
Campylobacter foetus
Berbagai jamur
Menyebabkan plasentitis dan kotiledonitis yang mengakibatkan abortus atau kelahiran patologik dengan retensi plasenta
2.Retensi plasenta dapat disebabkan faktor yang bukan peradangan, (non infection). Termasuk golongan penyebab ini adalah:
a. Terlalu cepat melahirkan (partus prematura)
b. Faktor alergi
c. Induk yang kekurangan vitamin dan mineral selama bunting
d. Pemberian obat penguat yang diberikan menjelang partus
Akibat retensi plasenta pada ternak khususnya pada sapi:
30% akan mati atau dipotong
20% induknya menjadi steril terutama pada retensi plasenta yang pertolongannya terlambat
50% induknya menderita steril sementara pada pertolongan yang lebih cepat dilakukan, yang kemudian dapat sembuh dengan kesuburan yang normal.
Gejala
1.    selaput fetus yang menggantung di luar alat kelamin
2.    Bibir vulva menjadi bengkak dan berwarna kemerah merahan, ada titik-titik merah pada mukosanya.
3.    Plasenta dapat menutupi pintu ke luar saluran kencing (meatus urinarius), sehingga induk susah kencing.
4.    Plasenta dapat menutupi pintu ke luar saluran kencing, sehingga induk susah kencing
5.    Kadang kadang ada rasa sakit perut, ekor di gerak gerakkan, bagian belakang kaki menjadi kotor, terlihat adanya kontraksi uterus yang lemah
6.    bau yang spesifik dari alat kelaminnya (bau plasenta yang mulai busuk)
7.    Kesehatan induk terganggu dan kelihatan depresi, produksi air susu dapat menurun karena nafsu makan menurun, respirasi cepat, suhu tubuh menjadi meningkat
8.    kotoran berwarna coklat keluar dari alat kelamin sehingga mengotori ekor, pantat, dan kaki bagian belakang
Komplikasi yang sering terjadi antara lain:
1.    Metritis atau metro-peritonotis bila terjadi luka besar atau robeknya dinding uterus sewaktu pertolongan retensi plasenta.
2.    Vaginitis kronis atau vagina berisi kotoran (leukorue) bila terjadi peradangan atau luka pada vagina.
3.    Tetanus dapat terjadi akibat masuknya kuman tetanus dari lantai kandang, melalui plasenta yang keluar masuk alat kelamin sewaktu induk berbaring dan berdiri.
Diagnosa
1.    Berdasarkan adanya plasenta yang keluar dari alat kelamin. Bila plasenta hanya tinggal sedikit dalam alat kelamin, diagnosa dilakukan dengan eksplorasi vaginal memakai tangan dengan terabanya sisa-sisa plasenta atau kotiledon yang teraba licin karena masih terbungkus oleh selaput fetus
2.    Karunkula yang sudah terbebas dari dari lapisan plasenta, akan teraba seperti beludru.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mendorong terjadi kontraksi uterus sehingga menyebabkan keluarnya plasenta.
Penyuntikan sub kutan atau intra muskuler hormon oksitosin dengan dosis 100 IU adalah untuk pengobatan pada hewan besar
domba, kambing, dan babi dosisnya 30-50 IU, disuntikkan subkutan
Anjing, kucing dengan dosis 5-30 IU (menurut berat badan anjing dan kucing), disuntikkan subkutan.
Pengobatan lain pada sapi dengan preparat dietilstibestrol dalam larutan minyak sebanyak 15-60 mg secara intramuskuler dan diulangi selama 4 hari.
Domba, kambing dan babi dosisnya adalah 0,5 mg suntikan intramuskuler.
Pertolongan lain dapat dilakukan dengan pengeluaran plasenta secara manual. Pelepasan plasenta dilakukan bila hubungan antara selaput fetus dan karunkula mudah dipisahkan. Dianjurkan pelepesan dilakukan sebelum 48 jam pasca lahir.
Bila ada infeksi, maka setelah mengeluarkan plasenta diadakan pencucian dengan larutan antiseptis intra uterina seperti rivanol 1% atau larutan antiseptis lain.
Untuk mencegah metritis setelah plasenta di keluarkan, pada sapi dapat diberikan kombinasi penicillin sebanyak 1 juta IU dan dihirostreptoimicin 1 gram yang dilarutkan dalam akuades sebanyak 50 ml, selanjutnya larutan antibiotika ini dimasukkan ke dalam uterus.
Obat antibiotika lain pada retensi plasenta karena infeksi, adalah klortetrasiklin (aureomicin) dari 500 mg dalam bentuk bolus dan dimasukkan 2 bolus dalam uterus, oksitetrasiklin (terramisin) dalam kapsul sebanyak 250 mg, dimasukkan empat kapsul dalam uterus.