Tampilkan postingan dengan label Budidaya Ikan Gabus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Ikan Gabus. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Agustus 2012

Produksi Ikan Gabus Skala Komersial

Harga ikan asin gabus, tergolong paling tinggi di antara ikan asin lainnya. Gabus dan sepat, merupakan dua ikan air tawar yang lazim diasinkan. Sepat yang diasinkan, paling banyak berasal dari Kalimantan. Baik sepat kecil, sedang, maupun ukuran besar. Sedagkan gabus asin, bisa berasal dari mana-mana. Tetapi kebanyakan dari Jawa dan Sumatera. Selain dikenal sebagai ikan asin, gabus juga biasa dipanggang seperti halnya tuna dan tongkol, sebelum dipasarkan. Di kota-kota kecamatan di sekitar waduk, danau, setu dan rawa diJawa, akan kita jumpai ikan nila (mujair), lele, sepat, betik, wader, belut, lele, dan gabus. Di Jawa Tengah, gabus biasa disebut kotes, kutuk, atau deleg. Di Kalimantan dinamakan ikan toman.

Daging ikan gabus tergolong bercitarasa sangat lezat. Jauh lebih lezat dibanding ikan lele. Sayangnya, daging ikan gabus berduri kecil-kecil, seperti halnya daging bandeng dan ikan mas. Meskipun duri lembut dalam daging gabus, tidak sebanyak pada ikan mas dan bandeng, karena terkonsentrasi hanya pada bagian atas. Duri dalam daging ikan gabus yang akan mengganggu ketika disantap ini, tetap tidak mengurangi minat para penggemarnya. Hingga permintaan gabus asin terus saja tetap tinggi, dibanding dengan ikan asin lainnya. Di pasar tradisional maupunpasar swalayan, ikan asin gabus tergolong paling tinggi harganya dibanding dengan ikan asin lain.

Selama ini, produksi gabus asin masih mengandalkan tangkapan dari alam, terutama dari sungai, waduk, danau, setu dan rawa-rawa di Jawa serta Sumatera. Penangkapan gabus dari alam ini masih dilakukan secara manual dengan jaring, jala dan pancing. Ikan gabus ukuran di atas 0,5 kg bobot segar (ketika belum diasin), umumnya berasal dari hasil pancingan. Sementara yang kecil-kecil berasal dari jaring dan jala. Proses pengasinan gabus, selalu dilakukan di lokasi penangkapan. Terlebih bila volume ikan yang ditangkap cukup besar. Harga ikan asin gabus ini sedemikian tingginya, hingga para pedagang sering mengasinkan ikan tangkapan ini, meskipun dalam jumlah satu atau dua ekor saja.

Selain merupakan tangkapan dari alam, gabus juga merupakan produk sampingan dalam budidaya ikan air tawar maupun payau. Sebagai predator, gabus akan makan apa saja. Mulai dari kodok, udang, belut, ikan kecil, bahkan kadang-kadang tikus pun ditangkapnya. Sebab gabus bisa tahan berada di daratan dalam jangka waktu agak lama, karena adanya “labirin” yang bisa menangkap oksigen langsung dari udara, selain tentu saja punya insang. Ikan “hama” ini biasanya dijumpai dalam volume yang cukup besar, terutama di tambak udang. Baik udang air tawar (udang galah) maupun udang air payau (udang putih dan windu). Kadang-kadang para petambak membiarkan gabus ini tetap ada di tambak sebagai ikan hama, sebab nilai ekonomisnya juga cukup baik.

Gabus belum bisa diproduksi secara massal sebagaimana halnya lele, ikan mas, nila dan gurami, karena belum bisa dipijahkan secara buatan. Secara teknis, pemijahan buatan pada gabus sama saja dengan ikan lain, terutama sangat mirip dengan lele. Namun secara aplikatif, teknologi pemijahan ini belum bisa diterapkan, karena belum didukung oleh ketersediaan induk, terutama induk betina. Juga belum didukung oleh kesiapan pasar, yakni para peternak yang akan membesarkannya. Sebab beda dengan lele dumbo yang sudah bisa mengkonsumsi pelet, maka gabus sama dengan lele lokal, hanya mau pakan alami. Baik berupa hewan hidup, maupun yang sudah mati. Inilah yang menjadi penyebab, mengapa gabus masih belum bisa dimassalkan sebagaiana lele dumbo.

Meskipun pemijahan gabus secara buatan masih belum dilakukan secara massal untuk tujuan komersial, namun pemijahan secara alami tetap bisa dilakukan. Sebelum teknik pemijahan buatan bisa diaplikasikan ke ikan mas, maka pemijahan secara alami tetap bisa dilakukan untuk tujuan komersial. Bahkan teknik pemijahan buatan pada lele, baru bisa dilakukan setelah kedatangan lele dumbo. Sementara lele lokal sampai sekaranf tetap belum bisa dibudidayakan. Hingga pemijahan gabus secara alami tetap bisa dikembangkan, selain tetap mengandalkan upaya penangkapan benih dari alam secara manual.

Karena di alam aslinya gabus hidup di perairan dengan lubuk-lubuk yang dalam dan gelap, maka kolam tempat pemijahan gabus memerlukan lubang-lubang buatan. Pemijahan lele lokal yang dikembangkan pada awal tahun 1980an, menggunakan gentong-gentong yang ditaruh miring di dalam kolam. Gentong yang dimiringkan inilah yang dijadikan sarang untuk berpijah bagi lele. Upaya ini relatif berhasil digunakan untuk lele lokal. Tetapi teknik tersebut kemudian tidak berkembang, karena tidak lama kemudian diintroduksi lele dumbo yang bisa dipijahkan secara buatan, serta mau diberi pelet. Sejak itu lele lokal tersisihkan seperti halnya mujair.

Gabus adalah ikan air tawar dari keluarga Channidae. Barangkali karena sosoknya mirip ular, maka gabus juga disebut sebagai snakeheads. Ada dua genera snakeheads, yakni genera Channa yang hidup di Asia dan Parachanna yang terdapat di Afrika. Dari dua genera itu, diperkirakan ada sekitar 30 spesies ikan gabus dengan perbedaan ukuran yang sangat mencolok.Yang paling kecil adalah Channa gachua dengan panjang 25 cm, dan digolongkan sebagai “dwarf snakehead”. Kebanyakan spesies gabus berukuran 60 sd. 100 cm. Dan hanya dua spesies yang mencapai ukuran di atas 1 m. dengan bobot 6 kg, yakni Channa marulius dan Channa micropeltes.

Dari 30 spesies snackhead tersebut, diantaranya adalah: Borna snackhead (Channa amphibeus), Northern snackhead (Channa argus), Channa asiatica, Channa aurantimaculata, Channa bankanensis, Barca snackhead (Channa barca), Rainbow snackhead (Channa bleheri), Channa burmanica, Channa cyanospilos, Channa gachua, Channa harcourtbutleri, Forest snackhead (Channa lucius), Channa maculata, Channa marulioides, Great snackhead (Channa marulius), Channa melanoptera, Black snackhead (Channa melasoma), Giant snackhead (Channa micropeltes), Channa nox, Walking snackhead (Channa orientalis), Channa panaw, Channa pleurophthalmus, Spotted snackhead (Channa stewartii), Snackhead murrel (Channa striata), Parachanna africana, Parachanna insignis, Obscure snackhead (Parachanna obscura).

Selama ini masyarakat menyebut semua snakehead dengan nama gabus. Padahal, gabus kita sebenarnya terdiri dari beberapa spesies. Mulai dari Great snackehead (Channa marulius), Snackhead murrel (Channa striata), Giant snackhead (Channa micropetes), Forest snackhead (Channa lucius) dan Channa gacua. Tiga spesies gabus yang hidup di perairan Indonesia, Great snackehead, Snackhead murrel, dan Giant snackhead, bisa mencapai panjang 1 m. Forest snackhead hanya bisa mencapai panjang 40 cm, dan Channa gacua merupakan snakehead paling kecil, dengan panjang maksimun 20 cm. Channa gacua inilah yang di Jawa Tengah disebut “kotes”.

Great snackehead, pernah diberi nama Ophiocephalus striatus (Bloch, 1793) serta Ophiocephalus vagus (Peters, 1868). Namun nama yang sampai sekarang digunakan adalah Channa marulius (Hamilton, 1822). Dengan panjang bisa mencapai lebih dari 1 m, dan bobor lebih dari 6 kg, Channa striata, Channa marulius, dan Channa micropetes, potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya. Sifatnya sebagai ikan predator, bukan merupakan halangan untuk menjinakkannya hingga mau mengkonsumsi pakan buatan. Sebab lele dumbo dan patin pun, sebenarnya juga ikan carnifora. Demikian pula sidat jepang dan kodok Bullfrog dari AS, yang sekarang sudah bisa dibudidayakan secara intensif.

Sebelum upaya pemijahan serta penciptaan pakan buatan berhasil dilakukan, gabus tetap bisa dibudidayakan secara semi intensif. Caranya, pemijahan dilakukan secara alami, dengan kolam mendekati habitat asli gabus. Selanjutnya burayak gabus dikumpulkan, untuk dibudidayakan secara khusus dalam bak, dengan pakan intensif, aerator, serta sirkulasi air. Setelah mencapai ukuran di atas 10 cm, barulah anak gabus ini dibesarkan di kolam yang airnya mengalir. Sebab meskipun gabus mampu bernapas dengan labirinnya dalam lumpur, namun lumpur sungai, danau atau rawa, beda dengan lumpur kolam yang penuh dengan endapan sisa pakan serta kotoran.

Hingga kolam pembesaran gabus, mutlak memerlukan sirkulasi air. Pakan dalam produksi gabus semi intensif, bisa berupa limbah peternakan. Misalnya ayam atau itik yang mati, usus, jeroan ikan dll. Bisa pula agroindustri pembesaran gabus ini dikombinasikan dengan peternakan cacing atau bekicot. Limbah organik akan diolah oleh cacing dan bekicot menjadi kompos, sementara cacing dan bekicotnya akan menjadi makanan gabus. Cara lain adalah, dengan memelihara nila atau mujair biasa. Bukan nila yang 100% jantan. Sebab nila akan mudah sekali berkembangbiak. Anak-anak nila inilah yang akan menjadi pakan alami gabus.

Ikan mas pun, sebenarnya bisa menjadi pakan gabus. Sebab harga ikan mas, jauh lebih murah dibanding gabus. Caranya, kita bisa mengambil benih ikan mas ukuran 10 cm, kemudian dimasukkan ke kolam gabus. Secara periodik, ke dalam kolam gabus itu dimasukan anak ikan mas. Kalau harga ikan mas tidak terpaut banyan dibanding gabus, maka bisa dicari alternatif pakan lainnya. Bisa tawes, karper, patin, jambal air tawar dan lain-lain, yang harganya jauh di bawah gabus. Dengan cara seperti ini, petani ikan akan bisa meraih keuntungan lebih besar.Kalau hasil panen gabus melimpah dan harganya jatuh, masih bisa diasinkan, dengan nilai tambah bagi petani ikan.

Sumber : http://foragri.wordpress.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Rabu, 23 Mei 2012

Cara Ternak Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan dan sejenisnya).

Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus.

Kelas: Pisces
Subkelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Channidaeae
Genus: Channa
Species: Channa sriata/ Ophiocephalus striatus
Ada beberapa jenis gabus. Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang banyak ditemui dan memiliki ukuran tubuh relatif kecil. Jenis lain adalah gabus toman Channa micropeltes dan Channa pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis gabus yang berukuran tubuh besar, mencapai panjang 1 meter dengan berat 5 kg.

Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata).Warna ini sering kali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.

Ikan gabus biasa ditemukan di perairan umum sebagai ikan liar. Banyak ditangkap di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Di Indonesia, ikan gabus awalnya hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan). Namun dalam perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan) ke wilayah Indonesia Timur.

Pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai besar seperti di Sumatera dan Kalimantan, ikan gabus seringkali terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui "berjalan" di daratan—khususnya di malam hari di musim kemarau—mencari tempat lain yang masih berair. Ikan gabus bisa bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas menyerap oksigen bebas menggunakan alat bantu pernapasan berupa "labirin".

Pengendalian
Biasanya ikan ini menyambar mangsa di permukaan sehingga jika masuk ke kolam ikan yang lain kehadirannya dapat segera diketahui. lkan gabus yang akan menyambar mangsa biasanya berdiam diri di sekitar tanaman air (sehingga tidak terlihat oleh mangsanya) dan secara tiba-tiba meluncur cepat ke arah mangsanya dan langsung menelannya. Mulutnya yang besar memungkinkan untuk itu.

Pada musim kawin, ikan gabus jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan di tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijaga oleh induknya. Ini merupakan saat yang paling baik untuk menangkap/mengusir gabus dari kolam.

Untuk mencegah masuknya gabus ke kolam, pada saat pengolahan, dasar kolam harus benar-benar kering sampai retak-retak sehingga tidak memungkinkan gabus bertahan hidup. Biarkan dasar kolam dijemur sinar matahari selama beberapa hari. Pada bagian saluran pemasukan, dipasang saringan dari ijuk yang sangat rapat sehingga benih dan telur gabus tidak ikut masuk ke kolam bersama aliran air.

Jika di dalam kolam sudah terdapat ikan gabus, harus segera ditangkap. Biasanya populasinya tidak begitu banyak. Gabus dapat dipancing dengan mengggunakan umpan berupa ikan kecil, anak kodok atau eating. Cara pemancingannya cukup unik, yaitu dengan menggerak-gerakkan umpan di permukaan air. Umpan yang bergerak biasanya disambar gabus karena disangka mangsanya. Gabus yang tertangkap dapat dikonsumsi karena memang rasanya enak dan menjadi makanan favorit di beberapa daerah baik dalam bentuk segar maupun kering/asin.

Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di warung-warung sekitar tempat tinggal. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu saja tidak semua orang tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas dalam artikel ini.

Soal asal usul.
Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun ikan gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan besar dari Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar untuk pasar-pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu dikembangkan.

Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata ikan inipun tidak susah. Tidak perlu dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu saja hal ini disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita. Salah satu instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah satu leafletnya.

Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya kita tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan makan dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat carnivor atau pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember.

Secara sistematika, seorang ahli perikanan, Kottelat (1993) memasukan kedalam : Kelas : Pisces; Ordo : Labyrinthycy; Famili : Chanidae; Genus : Channa; Spesies : Channa striata; sinonim dengan Ophiochephalus striatus. Ikan gabus memiliki nama lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan. Sedangkan dalam Bahasa Inggeri disebut Snaka Head Fish.

BEDA JANTAN DAN BETINA IKAN GABUS
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg.

PEMIJAHAN IKAN GABUS
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk ditetaskan.

Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.

PENETASAN TELUR IKAN GABUS
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air.

PENDEDERAN IKAN GABUS
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Sumber : http://budidayanews.blogspot.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Budidaya Ikan Gabus

Hampir semua orang tahu tentang ikan gabus. Karena mereka sudah merasakan kelezatan masakan ikan gabus. Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di warung-warung sekitar tempat tinggalnya. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu saja tidak semua orang tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas dalam artikel ini.

Soal asal usul.
Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun ikan gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan besar dari Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar untuk pasar-pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budidaya ikan ini perlu dikembangkan.

Lalu soal cara bagaimana budidaya ikan gabus? Ternyata budidaya ikan gabus tidak susah. Tidak perlu dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu saja hal ini disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita. Salah satu instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah satu leafletnya.

Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya kita tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan makan dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat carnivor atau pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember.

Secara sistematika, seorang ahli perikanan, Kottelat (1993) memasukan ikan gabus ke dalam :
Kelas : Pisces;
Ordo : Labyrinthycy;
Famili : Chanidae;
Genus : Channa;
Spesies : Channa striata; sinonim dengan Ophiochephalus striatus.
Ikan gabus memiliki nama lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut Snake Head Fish.

Beda jantan dan betina
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg.

Pemijahan
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak; masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk ditetaskan.

Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.

Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.

Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air.

Pendederan
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Sumber : http://world-aquaculture.blogspot.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Selasa, 22 Mei 2012

Agribisnis Ikan Gabus, Potensi Usaha yang Masih Terpendam

Entah mengapa agribisnis ikan gabus tak sepopuler dengan usaha budidaya ikan lele yang bahkan sudah berkembang di berbagai daerah. Padahal potensi pasarnya cukup besar karena selain enak dikonsumsi, ikan ini merupakan bahan baku obat berbagai jenis penyakit yang sangat manjur sementara budidaya ikan ini sangat mudah.

Berdasarkan hasil penelitian Ikan dengan nama latin Ophiocephalus striatus ini mengandung albumin (bagian protein yang sangat penting bagi tubuh manusia) yang sangat tinggi. Sehingga ekstrak ikan ini sangat ampuh untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit misalnya hepatitis, infeksi paru, stroke. Memperbaiki gizi buruk pada bayi, anak-anak dan ibu hamil serta mempercepat penyembuhan luka.

Karena kandungan dan kelebihannya sejumlah ahli gizi menganjurkan masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ikan yang biasa hidup di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah ini.

Sejumlah ahli gizi di antaranya dari Center for Food, Nutrition, and Health (CFNH) Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar Sulawesi Selatan, Prof. DR. dr. Nurpudji A.Taslim, MPH, SpGK, Dr. dr. Sri Adiningsih MS MCN dari Departemen Nutrisi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, hingga peneliti dari Universitas Loma Linda California mengatakan, ikan gabus memiliki nilai asam amino yang sangat lengkap, baik esensial maupun non esensial. Selain itu, ikan gabus juga mengandung Allisin, Allil Sulfida dan Furostanol Glicosida.

Karena itu Prof Nurpudji A.Taslin mengatakan seseorang memiliki kandungan albumin rendah disarankan mengkonsumsi ikan ini, atau ekstrak kapsul ikan gabus maupun biskuit albumin ikan gabus. Dia mencontohkan, jika anak-anak yang berkadar albuminnya rendah harus diberi infus seharga Rp1,4 juta per botol, dengan minimal pemberian 3 botol.

Tetapi jika mengkonsumsi ikan gabus atau kapsul albumin harganya cukup terjangkau, hanya Rp3 ribu per butir. “Bila pemberiannya 2 kapsul sekali minum sehari 3 kali selama 10 hari, biayanya hanya Rp180 ribu,” kata akademisi yang sudah lama memproduksi kapsul ekstrak ikan gabus tersebut.

Sejumlah pengusaha di Semarang, Jawa Tengah saat ini juga sedang giat mengembangkan produksi ekstrak ikan gabus ini. Sayangnya para produsen ekstrak ikan gabus sering terkendala pasokan bahan baku. Karena untuk memproduksi ekstrak kualitas baik dibutukan ikan bagus yang berukuran 1 kg per ekor. Karena kadar protein yang diperoleh dari 1 ekor gabus ukuran 1 kg, lebih tinggi dibandingkan 2 ekor ukuran 500 gram.

Menurut Florentinus, salah seorang pengusaha ekstrak ikan gabus, dalam satu kali produksi dibutuhkan 70-100 kg ikan gabus. Setiap kilogram ikan akan menghasilkan 170-200 cc ekstrak.

Tapi banyaknya manfaat ikan gabus tidak dibarengi dengan kegiatan budidaya sehingga produk ekstrak ikan gabus pun masih sulit diperoleh di pasaran. Padahal budidaya ikan ini tidaklah sulit, cukup dengan pemijahan alami yang dilakukan di dalam bak beton atau fibreglass.

Pemijahan dilakukan di bak betol panjang 5 m dengan air setinggi 50 cm. Sebagai perangsang pemijahan, dimasukan eceng gondok. Masukan pula 30 ekor indukan, kemudian dibiarkan memijah. Setelah itu diambil telurnya. Satu ekor induk bisa menghasilkan telur 10 ribu butir hingga 11 ribu butir, lalu penetasan telur dilakukan di akuarium. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.

Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari, dengan diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari,larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyimpanan, dengan membuang kotoran dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen.

Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah ukuran 200 m2 yang diisi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan). Tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari, setelah 2 hari beri 2 kg tepung pellet. Selanjutnya panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Sumber : http://www.inspirasi-usaha.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Cara Budidaya Ikan Gabus Malas

Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah: kabos (Mhs.), aruan, haruan (Mly.,Bjn), bogo (Sd.), kocolan (Btw.), kutuk (Jw.), bayong, bogo, licingan (Bms.), dll. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti snakehead murrel, common snakehead , striped snakehead, chevron snakehead, dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah (Channa striata).

Peluang usaha budidaya ikan gabus terbuka bagi siapa saja yang ingin mengembangkan usaha perikanan. Minimnya pasokan tak seimbang dengan besarnya permintaan dari konsumen ikan gabus, maka harga ikan gabus pun terbilang cukup mahal.
Ikan gabus malas bila sudah masuk ke restoran maka harganya bisa mencapai Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg. Cara budidaya ikan gabus malas dapat anda simak di bawah ini.

Kebiasaan Hidup Ikan Gabus di Alam

Benih ikan gabus tampak seperti serombongan ikan cere (Lebistes reticulates) di kolam. Gabus malas ini berasal dari Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Ikan ini hidup di sungai, rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal.

Ikan ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, atau wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Di Indonesia, ikan ini ditemukan di Palembang, Muara Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi, Danau Koto, Sungai Russu, Bua-bua, Banjarmasin, Sintang, Montrado, Batu Pangal, Smitau,Danau Boran, Pontianak, Sungai Kapuas, Serawak dan Ternate, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, dan beberapa sungai besar lainnya.

1. Kebiasaan makan

Di alam, ikan gabus menangkap makanan yang jaraknya sangat dekat. Dengan bentuk mulut yang sangat lebar, bukan halangan bagi ikan ini untuk mengenyangkan perutnya.
ikan gabus termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah cacing, ikan-ikan kecil, atau organisme lainnya, asalkan masih hidup. Setiap harinya ikan ini bisa menyantap pakan ini dalam jumlah yang besar.

2. Kebiasaan berkembang biak

Di alam, ikan gabus kawin pada musim penghujan di tempat yang berpasir bersih. Ikan ini kawin secara berpasangan. Telurnya akan diletakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat, pinggiran batu, atau akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.

Pengenalan Jenis

Awalnya, ikan gabus malas adalah hama yang mengusik ketenangan ikan-ikan peliharaan di kolam, sama seperti belut. Namanya sesuai dengan kebiasaan hidupnya. Ikan ini hampir-hampir tidak bergerak saking malasnya. Oleh karena itu, ikan ini harus diberi pakan hidup agar bereaksi. Ikan gabus malas dikenal juga dengan nama betutu.

Ikan ini memiliki sisik tipe ctenoid. Artinya, bentuk sisik kecil2 dan menyelimuti sekujur badannya. Pada bagian kepala sisik, terdapat moncong, pipi, dan operculum. Bagian operculum sisik ini lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung kedua. Ikan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena mempunyai warna tubuh cokelat kehitaman. Pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap, sedangkan warna bagian perutnya lebih terang. Bagian kepala memiliki tanda berwarna merah muda.

Panjangnya bisa mencapai 45 cm. Badannya berbentuk bulat panjang. Mulutnya lebar, Sirip ekor berbentuk membulat (rounded) dengan kulit tubuh dihiasi belang-belang kecokelatan.

Pemijahan di Kolam

1. Konstruksi kolam

Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 M2, tergantung ketersediaan lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran 2 m X 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2 m X 1 m.

2. Persiapan kolam

Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang.
Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mengetahui keberadaannya.
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memper*oleh pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.

3. Pemijahan

Tingkah laku pemijahan ikan gabus meliputi 5 tahap, yaitu membentuk daerah kekuasaan, membuat sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan menjaga telurnya.

Memilih Induk

Induk ikan gabus umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam.

Ciri induk ikan gabus yang berkualitas

Betina : Badannya berwana lebih gelap. Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar, membundar, warnanya memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan pada umur yang sama. Berbadan sehat. Dewasa.

Jantan : Badannya berwana lebih terang. Bercak hitam lebih sedikit. Papila orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil. Pada umur yang sama ukurannya lebih besar daripada betina. Berbadan sehat. Dewasa.

Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur meningkat sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm.

Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes

Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera disifon agar tidak menulari telur yang lain.
Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%.

Pendederan

Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II.
Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.

Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup mencapai 20%.

Untuk pendederan II, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan benih ikan berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa mencapai 100%.

Pembesaran

Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2.usahakan kolam memperoleh air barn dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena ikan gabus menghendaki lingkungan yang agak remang-remang.

Terlebih dahulu kolam dipupuk dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah lewat saringan. Untuk benih berukuran 100 g dapat ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor, sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.

Sumber : http://peluangusaha-oke.com/

www.jendelahewan.blogspot.com