Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kambing Potong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kambing Potong. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Mei 2012

Obat Tradisional untuk Penyakit Kambing

Ternak kambing atau domba merupakan ternak yang banyak dipelihara di pedesaan. Masalah yang sering dijumpai dan dirasakan oleh peternak adalah serangan penyakit yang sangat merugikan peternak karena dapat menghambat pertumbuhan, reproduksi, bahkan kematian ternak.

Bagi peternak di pedesaan untuk mengobati ternak yang sakit sering mengalami kesulitan, karena keterbatasan persediaan obat ternak yang ada di toko obat ternak dan harga obat yang terlalu mahal, sehingga sulit terjangkau oleh peternak.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu pengobatan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan obat tradisional yang ada dan dapat dilakukan peternak serta harganya murah.

Namun demikian usaha pencegahan juga perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan ternak dan lingkungannya, pemberian pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas), bersih dan tidak beracun.

Ada beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan penyakit ini dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Scabies (Kudis)

Penyebab:
Parasit yang terdapat pada kotoran yang terjadi karena kandang kotor dan ternak tidak pernah dimandikan.

Tanda- tanda:
* Kerak – kerak pada permukaan kulit terutama kulit yang jarang bulunya
* Ternak selalu menggesekan bagian kulit yang terserang kudis
* Kerontokan bulu, kulit menjadi tebal dan kaku

Pengobatan :
* Dengan melaksanakan pencukuran bulu sekitar daerah terserang,
* Mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering.
* Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan:
a. Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit
b. Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit.
c. Kamper / kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.

Pencegahan:
* Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat.
* Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis
* Mandikan ternak dua minggu sekali.
* Bersihkan kandang seminggu sekali.

2. Belatungan (Myasis)

Penyebab:
Luka daerah yang berdarah diinfeksi oleh lalat sehingga lalat berkembangbiak (bertelur) dan menghasilkan larva belatung.

Tanda-tanda:
* Adanya belatung yang bergerak-gerak pada bagian yang luka
* Bila belatungan pada kaki/teracak maka ternak terlihat pincang.

Pengobatan:
* Bersihkan luka dari belatung, kemudian obati dengan gerusan kapur barus atau tembakau.
* Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka baru atau kotoran.
* Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali.
* Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tinctur dapat dipakai untuk mempercepat pertumbuhan

3. Cacingan

Penyebab:
Bermacam-macam cacing terjadi karena kandang yang kotor atau padang pengembalaan yang kotor.

Tanda-tanda:
- Kurus, bulu agak berdiri dan tidak mengkilap
- Sembelit atau mencret
- Lesu dan pucat
- Daerah rahang terlihat membengkak
- Mati mendadak

Pengobatan:
* Tepung buah pinang dicampur dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian dipaksakan untuk dimakan ternak. Ternak dianjurkan untuk dipuasakan terlebih dahulu.
* Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air dan diminumkan. Pengobatan diulangi satu minggu kemudian.

Pencegahan:
* Kandang dibuat panggung dan bersih
* Pengaritan rumput setelah panas yaitu pada jam 12.00-15.00 atau pengembalaan ternak pada siang hari jam 10.00-15.00.
* Jangan menggembalakan ternak pada daerah rawa, sungai dan sawah.

4. Keracunan Tanaman

Penyebab:
Ternak memakan rumput-rumputan atau daun-daunan yang mengandung zat racun.

Tanda-tanda:
Mati mendadak, mulut berbusa, kebiruan pada selaput lendir, pengelupasan kulit/eksim atau terjadi pendarahan.

Pengobatan:
Cekoklah ternak dengan air kelapa muda.

Pencegahan:
Tidak memberikan tanaman beracun atau menggembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.

Sumber : http://epetani.deptan.go.id/

www.jendelahewan.blogspot.com

Selasa, 08 November 2011

Peternakan Kambing & Domba Potong

I. Pendahuluan

Peternakan kambing dan domba Potong di Indonesia masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sekitar 1,234% dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan daging selama ini belum mencukupi permintaan, ± 400.000 ton/tahun, sehingga masih mengandalkan impor daging. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya menbantu budidaya kambing dan domba potong dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas daging.

II. Jenis-jenis kambing dan domba potong

A. Kambing kacang
Cirinya adalah badannya kecil dan relatif pendek, telinga pendek dan tegak, jantan dan betina memiliki tanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu bervariasi, ada yang hitam, coklat, merah atau belang hitam-putih.

B. Kambing Peranakan Etawah (PE)
Sasaran utama dari kambing PE pada dasarnya adalah penghasil susu, tetapi dapat digunakan juga sebagai penghasil daging, terutama setelah masa afkir. Ciri dari kambing ini adalah bagian hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm, menggantung ke bawah dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam dan coklat, memiliki bulu tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak (jantan), di bagian bawah ekor (betina)

C. Domba Ekor Gemuk
Memiliki ciri bentuk ekor yang panjang, tebal, besar dan semakin ke ujung makin kecil; tidak mempunyai tanduk; sebagian besar berwarna putih, tetapi ada anaknya yang berwarna hitam atau kecoklatan

D. Domba Ekor Tipis
Memiliki ciri tubuh yang kecil, ekor relatif kecil dan tipis, bulu bewarna putih, tidak bertanduk (betina), bertanduk kecil dan melingkar (jantan).

III. Pemilihan bibit

Bibit yang baik mempunyai ciri: ukuran badan normal, sehat, bulu bersih dan mengkilap, garis punggung dan pinggang lurus, keempat kaki lurus, kokoh dan tumit terlihat tinggi, tidak ada cacat pada bagian tubuhnya, tidak buta, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta anus bersih

IV. Tata Laksana Pemeliharaan

4.1 Perkandangan
Pada umumnya tipe kandang pada ternak Kado adalah berbentuk panggung, konstruksinya dibuat panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Adanya kolong dapat menghindari kebecekan dan kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit. Lantai kandang ditinggikan antara 0,5 – 2 m. Bak pakan dapat ditempelkan pada dinding. Ketinggian bak pakan untuk kambing dan domba berbeda. Bak pakan untuk kambing dibuat agak tinggi, kira-kira sebahunya karena kebiasaan kambing memakan daun-daun perdu. Untuk Domba, dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Dengan demikian, kotoran dan air kencing mudah jatuh pada kolong, sementara tracak/kaki kado tidak terpelosok/terjepit.

Dasar kolong kandang digali sedalam ±20 cm dibagian pinggirnya dan 30-50 cm pada bagian tengah serta dibuatkan saluran yang menuju bak penampung kotoran. Kotoran kemudian dapat diproses untuk menjadi pupuk kandang. Jagalah selalu kebersihan kandang.

4.2 Pakan
Pakan sangat penting diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan kesehatan ternak karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan ternak. Oleh karena itu, pakan harus tersedia terus. Pakan utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti rumput, legum(daun lamtoro dan turi) atau aneka hijauan (daun singkong (protein cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan sebelum diberi pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut. Untuk Kado yang bunting, dianjurkan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Untuk Kado yang beru menyusui, komposisinya dalah 50% rumput dan 50% legum.

Selain pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut mudah dan murah dibeli dengan sumbangan yang cukup lumayan untuk kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela pohon.

Tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang maka perlu dilakukan pengawetan atau penambahan pakan penguat/konsentrat. Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan. Pemberian pakan konsentrat tidak perlu diberikan setiap hari karena harga konsentrat relatif mahal.

Selain pemberian rumput dan konsentrat sebagai pakan utama, masih dibutuhkan pakan pelengkap yang mengandung gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada pakan utama untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi ternak. Sehingga tujuan atau target dari budidaya ternak yaitu memiliki ternak dengan pertumbuhan optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh Kambing/Domba, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :

• Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.

• Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.

• Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K, Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat dengan dosis : 7,5 cc atau ¾ tutup botol VITERNA /ekor/hari. Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama.

V. Pengendalian Penyakit

Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan Kado adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :
• Lahan yang digunakan untuk memelihara Kado harus bebas dari penyakit menular.

• Kandang Kado harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan kandang bekas kado yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila kandang tersebut bekas kado sehat cukup dicuci dengan air biasa.

• Kado yang baru masuk sebaiknya dimasukkan ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus. Ternak yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun karbol, Neguvon, Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3 liter air. Untuk membasmi kutu, Kado dapat juga dimandikan larutan Asuntol berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.

• Kandang dan lingkungan tidak boleh lembap dan bebas dari genangan air. Kelembapan yang tinggi dan genangan air mengakibatkan perkembangan nyamuk atau hewan sejenis yang menggigit dan menghisap darak ternak.

• Dilakukan vaksinasi secara teratur. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit oleh Virus.

Beberapa penyakit yang dapat menyerang Kado adalah:
1) Penyakit parasit (kudis, kutu, cacingan)

2) Penyakit Bakterial (Antarks, Cacar mulut, Busuk Kuku)

3) Penyakit Virus (Orf)

4) Penyakit lain (Keracunan sianida, Kembung Perut, Keguguran).
Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan cara pencegahan dan pengobatannya.

Sumber :
http://naturalnusantara.co.id
http://makmurbumi.wordpress.com/2009/04/19/peternakan-kambing-domba-potong/


www.jendelahewan.blogspot.com

Rabu, 02 November 2011

Teknis Melakukan Usaha Budidaya Penggemukan Domba Potong

Usaha penggemukan domba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Untuk memperoleh hasil yang diharapkan pemilihan domba bakalan (bibit) perlu dilakukan dengan selektif.

1. Pemilihan Domba bakalan (bibit)
a. Bibit domba baru berusia pasca sapih (6-8 bulan) atau kurang dari satu tahun.
Domba yang umurnya 12 bulan atau sedang tanggal gigi, biasanya mengaIami masa stress dan bobotnya juga turun, sehingga menggangu proses penggemukan.
Ciri-ciri domba yang usianya kurang dari 1 tahun yaitu: giginya masih rapat dan belum tanggal, dan berat rata-ratanya 20 kg.

b. Bibit harus domba jantan
- Domba jantan pertumbuhannya lebih cepat dari pada yang betina.
- Domba jantan yang akan dijadikan bibit harus yang tidak bertanduk dan sifatnya tenang, karena domba yang bertanduk mempunyai naluri berkelahi yang tinggi dan pertumbuhannya cenderung lebih lambat. Pada akhir masa penggemukan, berat domba bertanduk bisa berbeda 1-2 kg lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak bertanduk: Kerugian lain, domba bertanduk sering merusak kandang.

c. Bibit domba sehat dan tidak cacat
Domba yang sehat dan tidak cacat memiliki ciri
- penampilan fisik yang baik
- bulunya tampak seperti basah (kelimis)
- kakinya tegak dan besar
- moncongnya tumpul.

2. Kandang
Kandang yang digunakan dapat menggunakan system panggung dan sistem lantai, namun system panggung dapat memberikan keuntung lebih yaitu kotoran domba tidak perlu dibersihkan, karena langsung jatuh ke dalam penampungan yang diletakan di bawah kandang. Kotoran ini dapat menjadi penghasilan tambahan setelah menjadi pupuk (tidom).

a. Panjang kandang dibuat 1m, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm. Satu lokasi ( satu atap) terdiri dari 2 baris kandang yang tidak saling berhadapan tiap barisnya. Satu kandang dihuni satu domba.

b. Untuk menambah napsu makan domba, setiap wadah pakan sebaiknya digunakan untuk 2 domba.
Wadah pakan itu diletakan disisi luar dan tidak saling berhadapan dengan barisan kandang lainnya.
Wadah pakan itu bisa dibuat dari bambu atau bahan lain.

c. Atap kandang dibuat dari alang-alang atau rumbia dengan kemiringan 45 . Penggunaan atap rumbia lebih baik dibandingkan dengan atap seng atau asbes karena pada siang hari kandang tidak terlalu panas dan pada malam harinya menjadi hangat. Penggunaan atap seng sering menyebabkan domba stress, karena kalau siang terlalu panas dan kalau malam terlalu dingin

3. PEMBERIAN PAKAN
Pemberian pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga domba tidak kelaparan atau kekenyangan. Pengaturan pakan domba dapat dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut:

a. Minggu pertama, yaitu pada saat domba datang beri konsentrat 1/5-2 ons per hari/ekor domba tambahkan 7 ons ampas tahu dan 3 kg rumput sampai, berikan pada waktu-waktu berikut:
- Jam 05.00 beri makan ampas tahu dan konsentrat
- Jam 09.30 beri makan rumput
- Jam 15.00 beri makan rumput kembali dalam kadar/jumlah yang sama
- Beri air minum setiapkali domba habis makan rumput
Pada fase ini, 2-3 hari domba akan terlihat kurang napsu makan, namun hal itu dikarenakan domba belum terbiasa, hari berikutnya pakan yng diberikan akan dimakan sampai habis.

b. Minggu kedua, tambah dosis konsentrat menjadi 2/5-3 ons. Pakan dan waktu pemberiannya tetap.

c. Minggu ketiga, tambah dosis konsentrat menjadi 4 ons. Pakan dan waktu pemberiannya tetap

d. Minggu berikutnya sampai masa penggemukkan berakhir (panen), tambah dosis konsentrat menjadi 5 ons. Pakan dan waktu pemberiannya tetap.

4. MENJAGA KESEHATAN
Sejak awal kedatangan domba perlu dijaga kesehatannya dengan melakukan pemeliharaan yang baik, pemeliharaan domba agar terjaga kesehatannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menghindarkan lingkungan dari hal-hal yang dapat menyebabkan domba stress
b. Lakukan pengobatan pencegahan pada saat bibit baru datang sebelum dimasukkan kedalam kandang.
c. Cukur bulu domba yang baru datang agar bibit penyakit, kutu, dan parasit lain bisa segera terbasmi. Dengan pencukuran ini, hasil dari penggemukanpun langsung terlihat mahal.
d. Mandikan domba setelah dicukur, sampai semua kotoran yang melekat hilang
e. Berikan suntikan antibiotik dan obat cacing
f. Terakhir, berikan obat anti stress untuk mencegah stress

5. PERIODE (WAKTU) PEMELIHARAAN
Penggemukan domba biasa dilakukan pada domba selesai sapih (pasca sapih) atau pada saat usia domba kurang dari satu tahun maka penggemukan yang efektif adalah selama 45 hari. Jika penggemukan dilakukan sampai masa tanggal gigi maka hal ini justru akan menurunkan bobot badan domba. Oleh karena diperlukan perhitungan yang teliti sebelum melakukan pembelian bibit.
Hal pertama yang harus menjadi pertimbangan adalah kapan masa panen akan dilakukan? Misalnya menjelang hari raya idul kurban, maka pembelian bibit dilakukan 45 hari sebelum perayaan idul kurban tersebut.

Sumber : http://www.sentrakukm.com/skim/WUB/Domba/teknis.php


www.jendelahewan.blogspot.com

Senin, 31 Oktober 2011

Budidaya Kambing Potong

Ternak Kambing adalah hewan ruminansia kecil yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari hijauan seperti rumput-rumputan, daun-daunan, sisa hasil pertanian.

Kemampuan beradaptasi yang cukup baik membuat ternak tersebut begitu mudah berkembang hampir diseluruh wilayah Propinsi Jawa Timur. Namun demikian keberadaan ternak kambing dalam keluarga petani belumlah memberi penghasilan yang baik bila faktor-faktor panca usaha ternak kambing seperti : pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan yang memenuhi gizi dan pencegahan terhadap penyakit belum dilaksanakan secara maksimal.

JENIS KAMBING
Jenis Kambing yang tersebar luas di wilayah Jawa Timur adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawah. Kedua jenis kambing tersebut sangat cocok dipelihara di wilayah lahan kering dan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Beberapa waktu lalu telah diperkenalkan jenis kambing yang baru yaitu kambing Boer yang merupakan jenis pedaging. Jenis ini sudah disiap untuk diperkenalkan di masyarakat Banyuwangi dengan program inseminasi buatan.

PEMILIHAN BIBIT KAMBING
Menentukan calon bibit kambing betina ataupun jantan sebagai calon bibit untuk keperluan budidaya perlu dipenuhi kriteria antara lain : Memiliki kemampuan pertambahan berat badan yang cepat dan konversi pakan makanan yang baik. Memiliki sifat genetic yang baik untuk menghasilkan keturunan kembar dalam satu kali melahirkan. Sedangkan untuk ciri karakteristik dapat dilihat mata yang bersinar cerah, tajam, tidak cacat tubuh, bulu halus dan mengkilat. Ciri khusus betina harus memiliki sifat keibuan, umur kurang dari 3 tahun, putting susu berjumlah dua dan sama besar. Sedangkan untuk pejantan memiliki sifat mengawinkan cukup besar, buah zakar berjumlah dua dan sama besar serta umur kurang dari 3 tahun.

PAKAN
Ternak kambing dalam kehidupannya memerlukan pakan hijau-hijauan seperti rumput, bungkil kedelai, daun-daunan, sisa produksi pertanian, dedak, dan lain-lain. Komposisi masing-masing sangat tergantung pada kebutuhan ternak, yaitu antara kambing menyusui, pemacek, dan dewasa berbeda. Untuk kambing dewasa kebutuhan makanan 10% dari berat badannya, dimana kebutuhannya yaitu ¾ bagian berupa rumput dan hijauan segar, ¼ bagian terdiri dari daun-daunan. Untuk kambing pemacek kebutuhan makanan hamper sama, akan tetapi peru ditambahkan dedak padi halus sebanyak 200-250 gram. Untuk kambing bunting menjelang melahirkan komposisi makanan untuk hijauan lebih banyak yaitu 3/5 bagian dan 2/5 bagian daun-daunan dan hijauan harus seimbang dan perlu ditambahkan dedak halus padi sebanyak 200-250 gram.

PERKAWINAN
Kambing betina dewasa yang sudah siap kawin umumnya berusia antara 6-8 bulan. Tanda birahinya antara lain : Gelisah, ribut dan nafsu makan menurun. Mencoba untuk menaiki ternak lainnya. Menggerak-gerakkan ekornya. Bagian vulva memerah, bila diraba terasa hangat. Keluar sedikit lendir bening kambing betina dewasa dikawinkan paling bagus berumur 10 bulan, dan jantan sebagai pemacek berumur 1 tahun. Waktu yang tepat untuk mengawinkan kambing pada pertengahan birahi yaitu 12-18 jam sejak birahi pertama muncul.

Selain menggunakan pejantan pemacek, dapat juga kambing betina dikawinkan dengan menggunakan metode kawin suntik (Inseminasi Buatan). Tujuannya adalah untuk menghasilkan keturunan yang mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Untuk saat ini kawin suntik (IB) kambing dapat menggunakan jenis kambing peranakan Etawah (PE).

KANDANG
Pembuatan kandang diupayakan harus memiliki sirkulasi udara yang cukup bagus dan dijaga tingkat kebersihannya. Untuk budidaya kambing, kandang yang bagus adalah jenis panggung, karena akan memberikan kenyamanan pada ternak dan terjaga kebersihannya.

PENGOLAHAN USAHA
Pada umumnya pengelolaan usaha ternak kambing dapat dilakukan secara tradisional maupun secara intensif. Untuk menghindari kerugian dalam usaha, langkah pertama harus ditempuh harus membiasakan dengan memperbaiki managemen usaha, yaitu selalu melakukan pencatatan setiap kejadian mengenai ternaknya. Langkah selanjutnya adalah dengan melihat pangsa pasar. Waktu penjualan ternak kambing yang bagus adalah bila ternak telah berusia 12-18 bulan, dan berat badannya tidak bertambah lagi.

PENYAKIT
Salah satu hal yang penting dalam usaha ternak kambing adalah memperhatikan kesehatan ternak. Sanitasi kandang dan lingkungan merupakan cara termudah untuk mencegah terjadinya kejadian penyakit. Adapun kejadian penyakit yang paling sering adalah kembung (tympani), kudis (scabies), diare dan sebagainya. Untuk pertolongan pertama dapat menggunakan obat-obatan tradisional dan untuk selanjutnya dapat menghubungi petugas kesehatan terdekat.

Sumber : http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-kambing-potong-104


www.jendelahewan.blogspot.com