Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kepiting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kepiting. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Maret 2012

Bisnis Kepiting

Kepiting merupakan salah satu komoditi perikanan yang perlu mendapat perhatian, karena disamping harganya yang cukup mahal di pasaran lokal, juga memberi peluang untuk pasaran ekspor. Di pasaran dalam negeri pun kepiting masih terbatas pada pasar swalayan di kota-kota besar.

Produk kepiting saat ini masih mengandalkan hasil tangkapan para pemancing, kemudian ditampung oleh para pedagang dan seterusnya oleh pedagang tersebut dipasarkan ke pasar-pasar swalayan atau ke konsumen langsung.

Namun ada kendala yang dihadapi oleh pedagang kepiting bahwasanya ada persyaratan yang harus dipenuhi agar kepiting laku dipasaran dengan harga yang tinggi.

Persyaratan agar kepiting laku baik adalah :
* Kepiting yang sudah matang telur (Kriteria ini merupakan kepiting yang mempunyai harga cukup tinggi).
* Kepiting gemuk (kriteria ini harganya lebih rendah dibandingkan dengan yang matang telur).

Sejalan dengan hal tersebut diatas, perlulah kiranya diadakan usaha agar kepiting yang dipasarkan mempunyai kriteria yang diinginkan para konsumen.

Salah satu usaha yang paling tepat saat ini adalah usaha budidaya penggemukan kepiting. Masa yang diperlukan untuk budidaya ini cukup 1- 3 minggu sudah bisa dipanen dengan cara selektif.

METODE BUDIDAYA

Metode budidaya kepiting ada beberapa cara diantaranya adalah :
* Dengan sistem hamparan tambak, ukuran antara 5000 m2. Pada penebaran 5 ekor/m3, namun untuk mencari bibit yang jumlahnya sampai ribuan sekaligus tidak mungkin. Umumnya penebaran bibit dilakukan secara bertahap dan cara memanennyapun secara selektif pula.
* Dengan sistem karamba bamboo. Ukuran panjang 2,5 m, lebar 2 m dan tinggi 1,75 m. Padat penebaran 25 - 30 ekor/m3. Karamba ini dipasang pada saluran sungai yang tidak terlalu deras, misalnya di muara. Pemasangan dilakukan sehingga 1/4 bagian tidak terendam air.

TEKNIK BUDIDAYA

1. Pemilihan Lokasi
Seperti halnya pada usaha budidaya perikanan yang lain, pada usaha budidaya kepiting ini juga memerlukan persyaratan lokasi yang harus dipenuhi. Hal ini agar dapat mencapai keberhasilan yang diimpikan.

Persyaratan lokasi budidaya kepiting antara lain :
* Aliran sungai yang tidak deras
* Banyak ditumbuhi pohon bakau atau api-api
* Kedalaman tidak lebih dari 75 cm
* Sumber air tersedia sepanjang tahun
* Kadar garam antara 15 - 30 ‰
* Suhu bervariasi antara 24 - 32oC
* pH antara 7,0 - 8,5
* Air tidak tercemar limbah racun

2. Cara Memperoleh Bibit
Keberhasilan suatu budidaya perikanan disamping ditunjang teknik budidaya yang handal, tersedianya bibit juga sangat menentukan. Untuk usaha budidaya penggemukan kepiting ada cara untuk memperoleh bibit yaitu : Para pemancing menjual kepada pedagang pengumpul, yang kemudian oleh pedagang pengumpul diseleksi sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan, untuk ukuran konsumsi langsung dijual kepada petani pembudidaya. Biasanya ukuran bibit kepiting bervariasi antara 100 - 200 gr.

3. Pemberian Pakan
Kepiting termasuk hewan Carnivora (pemakan daging). Bahan pakan untuk kepiting mudah didapat. Pakan kepiting berupa ikan rucah, siput, wideng. Pemberian pakan dilakukan 2 - 3 kali sehari, yaitu : pagi, sore dan malam hari. Adapun dosis pemberian pakan antara 5 - 15% dari perkiraan berat badan kepiting yang dipelihara.

4. Pemanenan
Masa pemeliharaan penggemukan kepiting relatif singkat atau juga tergantung dari awal penebaran bibit. Untuk bibit ukuran 100 gram dalam masa pemeliharaan 1,5 - 2 bulan sudah bisa mencapai ukuran konsumsi (3 - 4 ekor/kg). Namun apabila awal sudah mempunyai berat lebih dari 200 gram, maka masa pemeliharaan bisa lebih singkat. Petani memanen kepiting dilakukan secara selektif yaitu dengan cara memancing dan memisahkannya antara kepiting yang gemuk dan matang telur. Kepiting yang sedang matang telur mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kemudian kepiting diikat kakinya dengan tali raffia atau karet kemudian dimasukkan ke dalam keranjang.

5. Pemasaran
Pemasaran kepiting konsumsi belum ada permasalahan, bahkan permintaan pasar belum terpenuhi karena produksi kepiting sampai saat ini masih mengandalkan hasil tangkapan. Pemasaran kepiting bisa dilakukan di pasar, toko swalayan, pedagang pengumpul (depot) atau pengusaha rumah makan yang
menyediakan sea food.

Sumber : http://nuansabisnis.blogspot.com/2008/04/nuansa-bisnis-bisnis-kepiting.html

www.jendelahewan.blogspot.com

Kamis, 07 Juli 2011

Kepiting Soka, Bisnis Berdarah

Siapa yang pernah menyantap kepiting soka? harap angkat tangan. Ya, kepiting soka atau kepiting lemburi atau bahasa bule nya disebut “soft shell crab” adalah sebutan untuk kepiting yang dikonsumsi dalam keadaan kulit yang masih lunak karena baru berganti kulit / moulting. Tentu saja sebelum dikonsumsi harus di masak terlebih dahulu sesuai selera.

Daging kepiting rendah lemak, tinggi protein, serta sumber mineral dan vitamin. Meski mengandung kolesterol, daging hewan ini rendah kandungan lemak jenuh. Selain juga merupakan sumber niacin, folate, dan potasium, vitamin B12, phosporous, zinc, copper, dan selenium. Selenium berperan mencegah kanker dan perusakan kromosom, serta meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan bakteri. Selain itu, Fisheries Research and Development Corporation di Australia melaporkan bahwa dalam 100 gram daging kepiting bakau mengandung 22 mg Omega-3 (EPA), 58 mg Omega-3 (DHA), dan 15 mg Omega-6 (AA) yang begitu penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Kepiting soka sangat digemari oleh pecinta kuliner sea food, karena kepiting lunak/soka, selain tidak repot memakannya karena kulitnya tidak perlu disisihkan, nilai nutrisinya juga lebih tinggi, terutama kandungan chitosan dan karotenoid yang biasanya banyak terdapat pada kulit kepiting berfungsi menyerap lemak dan kolesterol, selain racun-racun lain , semuanya dapat dimakan .

Soft shell crab adalah salah satu produk andalan usaha perikanan laut di Indonesia . Permintaan pasar lokal maupun luar negeri yang terus meningkat untuk produk kepiting yang satu ini, membuat banyak penduduk pesisir Indonesia mengadu nasib untuk memproduksinya.

Bahan baku yang berlimpah dan geografis Indonesia yang ditaburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada , dan di sepanjang pantai tersebut, yang potensi sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha , dan yang digunakan sebagai tambak udang baru 300.000 Ha. (Dahuri, 2005) , membuat bisnis kepiting soka semakin menggeliat di Indonesia, dan yang pasti harga jualnya yang menggiurkan dan permintaan yang terus meningkat adalah faktor utama yang merangsang masyarakat perikanan untuk rela bekerja keras diiringi dengan tetesan keringat , air mata dan bahkan juga cucuran darah. Berdarah bukan karena kasus rebutan lahan yang menyulut pertikaian lho, tetapi karena proses budidaya kepiting nya yang memang memerlukan kombinasi pengorbanan tersebut di atas.

Empat bulan yang lalu, berbekal dengan modal seadanya dan sedikit pengetahuan tentang budidaya kepiting soka, saya nekad mengajak teman saya untuk berpatungan membuat uasaha budidaya kepiting soka. Dengan sedikit penjelasan dan kalkulasi akhirnya teman saya tergiur juga untuk bergabung. Hal ini saya lakukan karena jam terbang saya yang tinggi sehingga tak mungkin bagi saya untuk menjalankan usaha ini sendirian, ha ha ha… memang saya ini termasuk orang yang sok sibuk, maklumlah orang ganteng memang banyak urusan.

Persiapan pun dengan cepat kami buat , dimulai dari pembuatan keramba kepiting berbahan bambu. Pekerjaan ini cukup sulit karena tidak ada contoh khusus , dan di Sampit belum pernah ada yang memproduksi. Akhirnya dengan sedikit penerangan , dan rayuan pulau kelapa , serta harga yang lumayan tinggi , kami berhasil membujuk beberapa orang pengrajin untuk memproduksinya. Setelah memakan waktu 1 bulan akhirnya keramba pun siap dengan kapasitas mampu menampung 500 kg kepiting bakau jenis Scylla serrata.

Setelah survey selama beberapa hari , akhirnya kami pun menemukan lokasi tambak yang tepat untuk memulai budidaya kepiting. Cukup jauh , sekitar 4 jam perjalanan dari kota Sampit dengan mengendarai kendaraan roda empat dan baru mencapai ibukota kabupaten Seruyan. Untuk mencapai lokasi tambak cukup memeras keringat dan sedikit air mata, karena jalan terobosan untuk mencapai areal pertambakan tak jauh beda dengan kubangan kerbau , sehingga beberapa kali mobil kami harus amblas terperosok dalam kubangan lumpur.

Setelah sampai dan menghampar semua keramba pada posisinya , keesokan harinya kami pun mulai berburu bibit kepiting soka yang berukuran 50 gram – 200 gram / ekor. Untuk percobaan pertama 60 kg kepiting berhasil kami dapatkan dari tangan pengepul di kampung nelayan. Karena sudah tak sabar untuk segera menikmati keuntungan menggiurkan dari kepiting soka, maka bibit kepiting langsung kami proses sesuai teori yang saya dapatkan dari hasil browsing di internet. Kaki kepiting kami mutilasi alias kami potong habis dan hanya meninggalkan satu kaki renangnya saja , dengan tujuan untuk membuat kepiting stress. Memang terlihat sedikit kejam tapi apa boleh buat the show must be go on , sesuai dengan petunjuk dari bapak ahli perikanan yang sudah tak diragukan lagi ilmunya. Dan pada proses inilah yang menuntut pengorbanan darah , karena kepiting yang bertemperamen galak tidak diam begitu saja ketika kaki kaki nya kita mutilasi , sesekali mereka membalas mencapit jari tangan kita , Auwww….sepotong capit menjepit erat jari telunjukku , hebat karena yang terlihat hanya capitnya saja , sementara kepitingnya sendiri terlempar entah kemana. Hal ini biasa terjadi karena kepiting memiliki insting untuk melepas kaki dan tangannya apabila sedang dalam keadaan terancam , falsafah kepiting “capit orang sembunyi badan”, memang mirip dengan kebiasaan buruk manusia yaitu “lempar batu sembunyi tangan”.

Selesai memutilasi kepiting langsung kami sebarkan ke dalam keramba , dan kemudian beristirahat sambil memimpikan masa depan bersama kepiting soka. Keesokan pagi kami langsung kembali mengontrol untuk melihat keadaan kepiting yang sudah kami mutilasi tanpa belas kasihan. Dan…, sungguh ajaib ternyata kepiting kami mati semua !!! , lho kok bisa ?? , kan udah riset ??. Selidik punya selidik ternyata kami terlalu bernafsu untuk cepat kaya. Beberapa prosedur penting yang terlihat sepele telah kami abaikan . Ternyata sebelum di mutilasi kepiting harus di adaptasi dulu , biar stress nya gak kelewatan , dan tidak semua kualitas air cocok untuk kepiting. Kesimpulannya kondisi air tambak tidak cocok. Terpaksa kami harus mencari lagi lokasi yang memiliki kualitas air yang sesuai dengan yang di harapkan. Akhirnya kami pun harus menggantungkan mimpi kami sementara.

Sebulan kemudian , jalan keluar telah didapatkan , tanpa buang waktu kami pun kembali memproses bibit kepiting , hanya saja sedikit mengurangi nafsu . Belajar dari pengalaman masa lalu , maka kami pun hanya mencoba sebanyak 10 kg kepiting , biar kalau mati lagi namun tidak rugi terlalu banyak. Al hasil , sehari , dua hari , tiga hari , sampai dengan 20 hari. Sekarang kami baru mulai bisa tersenyum , tingkat kematian hanya 10% , dan kepiting mulai terlihat moulting / berganti kulit satu persatu .

Dengan persiapan yang matang dan perhitungan yang cermat , sekarang semua keramba sudah hampir terisi penuh . Panen kecil kecilan pun sudah dimulai . dan sekarang sudah dalam tahap penambahan jumlah keramba untuk mengejar omzet 1 ton per bulan .

Sambil menyelam minum air , selain daripada produksi kepiting soka kami juga memulai usaha penggemukan kepiting . Kepiting kosong yang dikenal dengan sebutan kepiting BS dipelihara dalam keramba yang proporsional , diberi makan yang cukup , dan dalam tempo 20 hari kepiting pun sudah berpindah grade dari BS yang berharga murah menjadi SUPER yang berharga wah .

Harga pasaran kepiting soka ditingkat supplier Jakarta untuk saat ini berkisar antara Rp 50.000 – Rp 65.000 /kg . Dengan total biaya bibit , perawatan , cargo ke Jakarta mencapai Rp 35.000 /kg , maka akan didapat keuntungan bersih rata rata Rp 20.000/kg . Kalau di kali 1ton perbulan maka akan menjadi Rp 20 juta/bulan. Bayangkan kalau dalam satu bulan kita bisa memproduksi 10 ton kepiting soka , maka hasilnya fantastic Rp 200 juta/bulan . Hah..!!!??? , mimpi apa bukan ya..?? , maaf selain ganteng saya juga pemimpi.

Tapi tenang dulu , jangan terlalu bernafsu karena ini hanyalah perhitungan di atas kertas . Apa pun bisa terjadi , mulai dari kaya mendadak dan akhirnya kena serangan jantung lalu mati mendadak , dan tak tertutup kemungkinan juga menjadi miskin mendadak karena proyek yang gagal, yang akhirnya mati bunuh diri karena kebanyakan hutang. Pada akhirnya semua berujung pada kematian .

Yang penting kita berusaha semaksimal mungkin dengan jalan yang halal , dan jangan lupa berdoa pada Tuhan . Karena rezeki manusia ada di tangan Tuhan .

Kalau anda memerlukan kepiting soka , harap segera ke swalayan atau ke pasar ikan, karena tujuan saya disini hanya menulis untuk berbagi pengalaman dan bukan untuk berjualan .

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/01/30/kepiting-soka-bisnis-berdarah/


www.jendelahewan.blogspot.com

Selasa, 31 Mei 2011

Budidaya Kepiting Bakau

Berkembangnya pangsa pasar kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan jelas sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Usaha budidaya kepiting bakau harus didukung oleh tersedianya lahan yang bebas polusi, benih dan kemampuan pengelolaan secara teknis maupun manajemen. Lahan pemeliharaan dapat menggunakan tambak tradisional sebagaimana dipakai untuk memelihara udang atau bandeng.

Jenis Kepiting Bakau

Jenis kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain :
1. Scylla serrata, jenis ini mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan.
2. Scylla oceanica, berwarna kehijauandan terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut.
3. Scylla transquebarica, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis berwarna coklat pada kaki renangnya.

Dari ketiga jenis kepiting tersebut diatas, Scylla serrata pada umur yang sama umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan kedua jenis lainnya. Tetapi dari segi harga dan minta pembeli, jenis pertama tadi lebih unggul.

Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau

Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb:
1. Suka berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin.
2. Kanibalisme dan saling menyerang, sifat inilah yang paling menyolok pada kepiting sehingga dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktivitas tambak. Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monosex pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik.
3. Molting atau ganti kulit. Sebagaimana hewan jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacea yang lain, yaitu molting atau ganti kulit. Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulit perlu tempat yang cukup luas.
Pertumbuhan kepiting akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut. Periode dan tipe frekuensi ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan konstruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaanya.
4. Kepekaan terhadap Polutan
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.

Lokasi Budidaya

Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam) dan perbedaan pasang surut antara 1,5-2 meter. Disamping syarat seperti tersebut diatas, pada prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng maupun udang tradisional dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan kepiting.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain :
1. Air yang digunakan bebas dari pencemaran dan jumlahnya cukup.
2. Tersedia pakan yang cukup dan terjamin kontinyuitasnya.
3. Terdapat sarana dan prasaranaproduksi dan pemasarannya.
4. Tenaga yang terampil dan menguasai teknis budidaya kepiting.

Disain dan Konstruksi Tambak

Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti : mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menghindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini akan mnegurangi kemungkinan lolosnya kepiting.

Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak yang pematangnya tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi minimal 1 meter.

Penebaran

Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih unyuk budiadaya tradisional petani hanya mengandalkan benih kepiting benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut dilepas kembali ke dalam petak pembesaran untuk memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar.

Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.

Budidaya Kepiting Bertelur

Kepiting yang baru saja dipanen dari tambak, dapat dibudidaya lebih lanjut untuk meningkatkan mutu kepiting betina tidak bertelur atau bertelur belum penuh menjadi bertelur penuh dengan cara budidaya yang lebih intensif. Dengan kondisi betelur maka akan menaikkan nilai tambahnya. Karena harga kepiting betina bertelur dapat mencapai 2-3 kali harga kepiting tidak bertelur, sehingga hal ini akan sangat membantu menaikkan pendapatan petani nelayan.

Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam, yakni : dengan sistim kurungan dan sistim karamba apung.

1. Sistim Kurungan

Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air yang cukup.

Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 cm dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran tersebut dan agar tidak mengganggu kelancaran aliran saluran tambak tersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 hektar dengan pagar keliling dari kere bambu ataupun dari waring. pagar bambu ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan diusahakan bagian yang halus menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting tidak dapat memanjat karena bagian ini licin.

2. Karamba Apung

Selain menggunakan kurungan, untuk budidaya kepiting bertelur dapat juga menggunakan karamba apung. Karamba apung dibuat dari rangkaian bilah bambu seperti pada pembuatan kere, kemudian kere yang sudah dirangkai menjadi kotak, yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan. Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada tempat bergantian airnya terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas. Pada usaha budidaya dengan karamba apung ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting bertelur sekitar 200 gr/ekor.

Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.

Usaha Penggemukan

Usaha budidaya selain dijadikan kepiting bertelur adalah usaha penggemukan. proses usaha penggemukan sama dengan budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya dapat dengan menggunakan kurungan bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara pada usaha penggemukan ini adalah kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin jantan maupun betina yang masih keropos. Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik. Apabila dilanjutkan pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina, bahkan akan menjadi kepiting bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat perkelahian antara jantan dan betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara monosex.

Pakan

Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.

Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat kepiting yang dipelihara.

Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa.

Pasca Panen Kepiting Bakau

Salah satu hal yang menguntungkan dalam penanganan kepiting setelah dipanen adalah kemampuannya bertahan hidup cukup lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian, penanganan yang kurang baik tetap saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan dapat menyebabkan kematian.

Apabila kepiting setelah dipanen langsung dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat capit, kaki jalan dan kaki renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat, maka kepiting tersebut akan saling capit satu dengan yang lainnya.

Kondisi demikian akan menimbulkan kerusakan secara fisik pada tubuh kepiting dan mempengaruhi kondisi fisiologis yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi keadaan tersebut kepiting yang baru ditangkap harus segera diikat sebelum dimasukkan ke dalam keranjang.

Cara pengikatan kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti dibawah ini :
1. Pengikatan kedua capit dan seluruh kaki-kakinya
2. Pengikatan capitnya saja dengan satu tali
3. Pengikatan masing-masing capit dengan tali terpisah

tali pengikat dapat menggunakan tali rafia atau jenis tali lainnya yang cukup kuat. Setelah kepiting diikat, baik pengikatan capitnya saja maupun pengikatan seluruh kaki-kakinya akan mempermudah penanganan dan pengangkutannya

Penanganan kepiting yang telah disusun dalam keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah tetap menjaga suhu dan kelembaban. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26 C dan kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan ialah : elupkan kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25‰) selama kurang lebih 5 menit sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas. Setalah kepiting disusun kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung goni basah.

Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/


www.jendelahewan.blogspot.com

Kamis, 26 Mei 2011

Prospek Cerah Budidaya Kepiting di Tanah Air

Budidaya kepiting sangat prospektif untuk di kembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Selama wilayah tersebut memiliki lahan tambak air payau. Wilayah Sulawesi Selatan misalnya. Yang luas lahan tambak air payaunya kurang lebih 150.000 ha.

Dengan garis pantai sepanjang 2500 km yang tepinya ditutupi hutan mangrove ini sangat potensial menjadi lahan budidaya, baik kepiting bakau maupun rajungan. Selain itu, salah satu faktor pendukung budidaya di Sulsel yakni tersedianya bibit yang cukup memadai.

Dari hasil kajian yang dilakukan bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005, terungkap bahwa kabupaten Wajo, terutama di kecamatan Keera adalah salah satu daerah penghasil bibit kepiting bakau.

Bibit kepiting dari daerah ini banyak terdistribusi ke berbagai sentra produksi yang melakukan budidaya kepiting. Upaya penyediaan bibit dari hatchery pun sudah mulai digalakkan. Baik kepiting bakau maupun rajungan telah berhasil dibenihkan secara buatan, meskipun disana sini masih perlu disempurnakan untuk dapat menyamai keberhasilan pembibitan udang yang telah berlangsung lama.

Di desa Pallime, daerah yang menjadi indikator perkepitingan Sulawesi Selatan, budidaya kepiting bakau di tambak umumnya masih dilakukan secara sederhana tanpa sentuhan teknologi. Bibit kepiting ditebar di tambak atau sawah kemudian dibiarkan begitu saja tanpa atau dengan suplai pakan seadanya.

Makanan kepiting pada pembesaran sederhana ini hanyalah ikan-ikan liar yang ikut masuk ke dalam tambak atau tanaman-tanaman air yang tumbuh secara tidak sengaja atau daun-daun bakau yang terjatuh ke dalam tambak.

Akibatnya, tingkat kematian atau yang kabur dari tambak cukup besar, yakni sekitar 50%. Namun demikian, petani masih dapat meraup keuntungan yang cukup lumayan. Jadi bisa dibayangkan bila budidaya kepiting itu dilakukan dengan sistem semi atau full intensif maka bisa dipastikan pembudidaya kepiting akan semakin banyak mendapatkan rejeki.

Biasanya, setiap hektar tambak dapat ditebari 1000 ekor bibit dengan ukuran lebar karapas 4-6 cm yang dibeli dari nelayan pengumpul seharga Rp.350 – 500. Setelah 3 – 4 bulan pemeliharaan, kepiting sudah mencapai ukuran minimal 250 g (size 4, empat kepiting per kilogram).

Untuk ukuran tersebut, kepiting laku dijual di kalangan pengumpul seharga Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kg. Jadi dengan modal kurang lebih Rp 500 ribu, petani dapat meraup hasil kurang lebih Rp 6 juta.

Sumber : http://bisnisukm.com/


www.jendelahewan.blogspot.com

Rabu, 25 Mei 2011

Analisa Budidaya Kepiting Bakau, Prospek Cerah Dan Peluang Luas

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau banyak dijumpai di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Begitu banyak hasil laut dan air tawar yang merupakan komoditas andalan suatu daerah bahkan suatu negara seperti, ikan, kerang, udang, lobster dan kepiting. Khusus untuk kepiting sangat jarang masyarakat kita yang membudidayakan kepiting secara khusus, padahal jika dikelola dan dikembangkan secara terpadu, maka kepiting ini sangat menjanjikan.

Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat dipertahankan.

Saat ini budidaya kepiting bakau ini tidak harus di laut dan di daerah bakau, namun dapat juga dan telah berhasil dibenihkan pada bak-bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan laut maupun udang windu. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan kepiting lumpur merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bila dikembangkan dan dibudidayakan. Pembudidayaan atau pemanfaatan secara komersil dari komoditas ini semakin meningkatkan baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor.

Di dalam negeri kepiting bakau ini juga telah banyak dijual di pasaran-pasaran tradisional hingga ke swalayan mewah (supermarket), dan disajikan di rumah makan kecil di pinggiran jalan sampai restoran bahkan sampai hotel berbintang. Untuk pangsa pasar eksport kepiting bakau Indonesia ini antara lain Jepang, Malaysia, Prancis sampai ke Amerika Serikat (AS), sehingga sangat wajar jika peminat kepiting tersebut sangat tinggi, karena binatang yang berkulit keras ini selain memiliki rasa gurih, enak dan juga bergizi tinggi. Dengan alasan tersebut, pihaknya berharap kepada Pemkab agar dapat memprogramkan bantuan untuk budidaya kepiting para nelayan khususnya di pesisir, karena hal tersebut jelas akan membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama nelayan serta penurunan angka pengangguran yang ada di Lampung Barat.

Budidaya kepiting ini tentunya akan menyerap tenaga kerja yang lumayan banyak jika hal ini dikelola dan dikembangkan secara terpadu dan dalam skala besar. Oleh karena itu komoditi ini sangat menjanjikan untuk dilaksanakan dan dicoba di Lampung Barat, terutama di daerah pesisir barat. Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di beberapa daerah.

Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun, karena ketersediaan benih di alam saat ini cukup banyak juga lahan tambak pembesaran dapat disiapkan dengan mudah dan cepat.
Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak akan menambah lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang idle serta dapat menyerap tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya.

KONSTRUKSI TAMBAK
Tambak kepiting harus mempunyai konstruksi yang berorientasi pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan secara normal, sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat pemeliharaan. Secara prinsip, bangunan tambak harus kuat & kedap air.

Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba bambu atau kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m hingga membentuk kare yang ditancapkan. Karamba dipasang pada 30 cm±saluran tambak dengan kedalaman air

TEKNIK BUDIDAYA
Persiapan Tambak
Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk meningkatkan daya dukung lahan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran. Pembalikan tanah bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-gas beracun, yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 – 30 cm. Penjemuran bertujuan untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang dilakukan dengan sinar matahari hingga warna tanah coklat alami. Lama penjemuran selama 5 – 7 hari. Pengapuran bertujuan memperbaiki dan menstabilkan pH tanah hingga kisaran normal (pH 7 – 8). Jenis kapur yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanah dasar setempat.

PEMELIHARAAN
a. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar cangkang (karapas) 3-4 cm. Ciri-ciri benih yang baik adalah :
Ø Anggota tubuh yang lengkap
Ø Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang
Ø Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar antara 1 -2 ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam dengan desinfektan (formalin 200 ppm selama 30 menit). Kemudian benih disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.

b. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan, (4) teknik sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau pellet.
Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah.

c. Pengendalian hama dan penyakit
Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara pergantian air yang cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok dan pemberian feed aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan secara periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan alternatif paling akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.

PANEN DAN PASCA PANEN
Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan mencapai 4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara panen kepiting dari kurungan bambu dengan menggunakan seser atau rakkang. Pasca panen dengan mengikat kaki dan capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi pelepah pisang yang dibasahi air laut guna mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya kepiting dapat dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan hidup.

Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik di pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting (ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan waktu yang cukup pendek yaitu 10 - 20 hari. Harga jual kepiting gemuk menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani.


1. TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN

Faktor teknik yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya pembesaran kepiting, antara lain :

a. Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis operasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :
1. Mutu air cukup baik
- Salinitas 15 - 30 ppt
- pHair 7 - 8
- Suhu 25 - 30 C
- Kandungan O >3 ppm
2. Mudah diawasi
3. Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir
4. Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh banjir dan mudah terjangkau oleh pasang surut.
5. Merupakan wilayah penangkapan kepiting

b. Tempat Pemeliharaan
Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan bambu, waring, maupun bak beton. Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu (karamba) disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini bertujuan memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu mengangkat karamba di waktu panen.

c. Pemilihan Benih
Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya capit akan berpengaruh pada kemampuan untuk memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh tetapi hal ini memerlukan waktu, belum lagi adanya sifat kanibalisme kepiting, sehingga kepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi mangsa kepiting lainnya. Untuk itu maka harus dipilih benih yang mempunyai kaki masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan dan pudar serta pergerakannya lamban.

d. Pengangkutan Benih
Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan namun cara pengangkutan yang salah bisa menyebabkan kematian dalam jumlah banyak atau mengurangi sintasan. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar matahari. Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan dehidrasi yang pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga menyebabkan kematian. Tingginya kematian benih setelah sampai tempat tujuan biasanya disebabkan karena benih yang dibeli memang sudah lemah akibat sudah ditampung beberapa hari oleh pedagang pengumpul. Biasanya kematian kepiting terjadi setelah hari ke-4 dalam penampungan tanpa air. Wadah yang dipakai dalam pengangkutan kepiting sebaiknya tidak menyebabkan panas dan letakkan kepiting dalam posisi hidup. Wadah sterofoam dengan panjang 1 m dan lebar 60 cm dapat menyimpan benih sebanyak 100 - 150 ekor untuk benih yang diikat.Lakukan penyiraman sebanyak 2 - 3 kali penyiraman dengan air berkadar garam 10 - 25 ppt, selama pengangkutan 5 - 6 jam.

2. PENEBARAN

Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba. Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 - 300 gram per ekor. Untuk ukuran karamba 1,5 - 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih 15 - 25 kg atau sebanyak 60 - 70 ekor.

3. PEMELIHARAAN

Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu masuk/keluar air. Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan tidak mengendap di dalam karamba. Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah dari posisi semula hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi / pergantian air. Kegiatan dalam pemeliharaan setelah penebaran dilakukan :

- Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10% dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam hari.
- Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
- Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.

Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok dan tepat jumlah maka dalam tempo 10 hari
pertumbuhan kepiting bisa diketahui.

4. PEMANENAN

Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15 hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap dan kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 - 4% dapat menyebabkan kematian.

5. ANALISA USAHA

Beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung biaya dan pendapatan dalam usaha penggemukan kepiting :
- Lama pemeliharaan 15 hari.
- Harga jual kepiting jantan Rp. 27.000,- dan kepiting betina Rp. 50.000,-
- Benih yang dibutuhkan 20 kg atau 60 ekor/keramba
- SR 75% atau 88 ekor, jantan 44 ekor atau 22 kg dan betina 44 ekor atau 22 kg dengan ukuran 1-2 ekor/kg.

ANALISA LABA-RUGI

A. Biaya Investasi
-Pembuatan Karamba 2bh @ Rp.250.000 : Rp. 550.000
-Pembelian Peralatan : 50.000
Sub total A : Rp. 550.000

B. Biaya Operasional
- Benih 40 kg @ Rp. 19.000 : Rp. 760.000
-Pakan 150 kg @ Rp. 1.000 : Rp. 150.000
-Tenaga Kerja : 150.000
Sub total B : Rp.1.060.000

C. Penyusutan Modal 10% x A : Rp. 55.000

D. Total Biaya (B+C) : Rp.1.115.000

E. HasilPenerimaan
-Kepiting jantan 44 kg @ Rp. 27.000 : Rp. 594.000
-Kepiting betina44 kg @ Rp. 50.000 : Rp.1.100.000
Sub total E : Rp.1.694.000

F. Laba Operasional (E-D) : Rp. 579.000
G. Laba dalam 1 tahun (Fx12bln) : Rp.6.948.000

ANALISA BIAYA

1. Cash Flow{G+A} : Rp.7.498.000
2. Rentabilitas {F:(A+B)*100%)} : 46%
3. B/C Rati0 {E :D} : 1,5
4. Pay BackPeriod {(A+B) : (G+A) x 1tahun} : 3 bulan
5. Break EvenPoint {(C:(1 - (B:E)} : Rp. 146.956

Cara lama menyantap kepiting telah berakhir. Anda tak perlu berjuang mengkorek-korek cangkangnya demi mengeluarkan dagingnya. Alih-alih, cangkang tersebut bisa dimakan.
Kepiting inilah yang kerap disebut sebagai kepiting soka/lunak (soft shell). Semua bagian tubuh kepiting tersebut bisa dimakan, termasuk cangkangnya yang keras. Fakta itu tak ayal membuat popularitas kepiting soka naik.
Permintaannya terus melonjak meski harganya cukup tinggi. Harga per kilonya bisa mencapai sekitar Rp 60 ribu. Namun, hidangan ini belum banyak tersedia di restoran-restoran penyaji makanan akuatik.
Pasokan kepiting soka masih rendah karena usaha budidayanya belum berkembang. Alasannya terkendala oleh bibit yang selama ini hanya mengandalkan tangkapan alam. Kendati demikian, usaha budidaya kepiting soka tetap menyimpan peluang besar. Apalagi dengan kian bertambahnya penggemar Mr. crab dari hari ke hari. (fn/jp/lb/sc/tb)

Sumber : www.suaramedia.com


www.jendelahewan.blogspot.com