Tampilkan postingan dengan label Budidaya Petsai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Petsai. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Mei 2012

Budidaya Tanaman Petsai

Petsai yang dianjurkan ditanam adalah varietas granat denmark, amiliore, dan beberapa hybrid seperti Naga Oka, Waka, Wong Bok, dan lain-lain. Tanaman petsai sukar berbunga.

Petsai banyak ditanam di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1.000 m dpl. Tanaman ini jarang ditanam di daerah dataran rendah karena tidak mau membentuk krop.

Kalaupun membentuk krop, kropnya kecil sekali atau keropos. Adapun syarat-syarat yang penting agar petsai tumbuh adalah tanahnya gembur, subur, dan pH tanahnya 6-7. Petsai banyak diusahakan di Cipanas, Lembang, Pangalengan, Malang, Tosari, Baturiti, Pancasari (Bali), dan lain-lain. Waktu tanam petsai adalah menjelang akhir musim hujan (Maret) atau awal musim hujan (Oktober).

Tetapi perawatan tanaman pada musim hujan akan lebih berat daripada musim kemarau karena serangan ulat daun.

a. Cara Tanam Petsai atau kubis cina dikembangkan dengan biji. Biji petsai masih saat ini masih diimpor.

Untuk 1 ha lahan diperlukan biji kubis cina sebanyak 500-700 gr. Namun menurut teori, 1 ha lahan hanya diperlukan 350 gr biji kubis cina dengan daya kecambah 75 %. Sebelum ditanam, biji disemai dahulu. Untuk membungakan (agar berbiji), biji disemaikan dalam suhu rendah 10 derajat C (suhu kulkas).

Selama 2 bulan. Sebaiknya biji-biji petsai yang akan ditanam itu disemaikan dalam kantong-kantong plastik berukuran diameter 6 cm. Kantong tersebut berisi tanah steril agar timbulnya penyakit busuk akar (damping off) dapat dicegah.

Biji akan tumbuh rata-rata setelah 5 hari disemai. Lahan yang akan ditanami dicangkul sedalam 30-40 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Setelah tanahnya diratakan, dibuatkan bedengan-bedengan yang lebarnya 100 cm, sedangkan lebar paritnya 20 cm.

Setelah berumur 1 bulan sejak semai (kira-kira berdaun 4-5 helai) bibit dipindahkan ke bedengan. Tiap bedengan dibuat 3 baris tanaman. Bibit tersebut ditanam menurut barisan dengan jarak tanam 40 cm dan jarak antarbaris 40 cm. Bibit yang ditanam hanyalah yang sehat, kuat, dan subur tumbuhnya. Penanamannya satu per satu dan secara hati-hati. Sebaiknya akar tanaman disertai sedikit tanah agar tidak layu.

Tanaman diberi pupuk buatan 2 kali berupa urea dan TSP dengan perbandaingan 2:1. Untuk tanaman seluar 1 ha diperlukan 350 kg urea dan 180 kg STP. Pupuk diberikan bersamaan waktu tanah didangir sedalam 5 cm dari batang tanaman dengan ketentuan TSP diberikan sekaligus, sedangkan urea diberikan 2 kali. Urea pertama kali diberikan 180 kg/ha saat tanaman umur 1,5 bulan. Sementara pemberian ke-2 kali setelah tanaman umur 2 bulan sebanyak 180 kg/ha.

b. Pemeliharaan Tanaman
Memelihara tanaman petsai di antaranya memberantas ulat daun dan cendawan sehingga tidak merusak tanaman. Serangan ulat perusak daun (Plutella maculipennis) dan cendawan (Altenaria solani) menyebabkan daun berbintik-bintik dan berbentuk lingkaran kosentris merah yang akhirnya menjadi kehitam-hitaman. Ulat daun banyak berkeliaran pada waktu hujan rintik-rintik mulai turun.

Jika belum terlambat, ulat daun itu dapat diberantas dengan semprotan insektisida 0,2% tiap minggu. Sementara cendawan Altenaria dapat diberantas dengan semproptan fungisida Dithane-45 0,2%. Akan tetapi, jika terlambat pengobatan akan sia-sia belaka.

Selain hama dan penyakit di atas terdapat penyakit yang disebabkan bakteri. Bakteri busuk daun Xanthomonas campentris dan bakteri busuk batang Erwinia carotovarus pada tanaman kubis juga mengancam petsai. Penyakit busuk batang ini sering mengancurkan tanaman petsai.

c. Pemanenan
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berkrop besar (penuh) yakni kira-kira umur 2,5 bulan dari waktu sebar. Tanaman yang terawat dengan baik dapat menghasilkan krop 15-20 ton/ha. Hasil produksi petsai saat ini masih untuk konsumsi pasar local. *cip/berbagai sumber

Sumber : http://www.bisnisbali.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Tanaman Petsai

1. Persiapan dan pengolahan lahan.
Lakukan pengolahan lahan dengan cara dicangkul atau ditraktor, seperti yang biasa dilakukan, hingga lahan siap tanam dengan menggunakan jarak tanam (40x40) cm. Lalu buat bedengan dengan lebar 100 cm, panjang (6–12) m, dengan jarak antar bedengan sekitar 30 cm, dengan kedalaman saluran air 20 cm.

2. Penanaman.
Benih disemaikan terlebih dahulu dalam kokeran atau kantung plastik dengan media tanah dan pupuk kandang, dengan perbandingan 3:1.sampai 1:1. Untuk mencegah terjadinya penyakit rebah semai (dumping off), bengkak akar (puru akar), dan untuk meningkatkan kesehatan tanaman campurkan secara merata (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak kedalam (20–25) kg media semai di atas, Siram dengan air hingga lembab, lalu simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, baru dipakai. Atau dengan cara disiramkan yaitu larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D, dalam 10 liter air, aduk merata, biarkan selama (2-4) jam, kemudian siramkan pada media persemaian (1–2) hari sebelum penyemaian. Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur sekitar 30 hari, ditanam 1 bibit/lubang tanam.

3. Pemupukan.
a. Pupuk dasar.
Pupuk dasar yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (1–2) ton pupuk kandang + (100–200) kg ABG-Bios + 50 kg Urea + 25 kg SP-36 + 25 kg KCl + (20-25) kg campuran pupuk kandang, dedak dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan sekitar (3–7) hari sebelum tanam. Setelah pemberian pupuk dasar, dilakukan pencampuran tanah (diaduk) secara merata.

b. Pupuk susulan.
Sebagai pupuk susulan gunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl + (100–150) kg ABG-Bios, atau sekitar (15–20) gram/tanaman, diberikan pada (30-35) HST, atau campuran 200 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk ditempatkan di sekeliling tanaman dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.

c. Pupuk ABG.
Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 10 HST, 20 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk mencegah penyakit bengkak akar dan meningkatkan kesehatan tanaman berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-D, dalam (50–100) liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2-4) jam. Lalu siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman dengan emrat.

4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
• Penyiangan (weeding) dilakukan (2–3) kali, dengan menyingkirkan gulma di sekitar daerah perakaran.
• Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak dianjurkan menggunakan pestisida untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

5. Panen.
• Panen dilakukan mulai umur 70 HST dengan ciri tanaman ber-krop besar (penuh).
• Cara pemanenan dengan memotong batang yang ada di atas tanah.

Sumber : http://pupuk-abg.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Sabtu, 12 Mei 2012

Teknik Budidaya Petsai

Daerah Asal Tanaman Petsai
Petsai merupakan tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah sub tropis maupun tropis. Petsai diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Philipina dan Taiwan.

Taksonomi Tanaman Petsai
Menurut klasifikasi dalam tatanama tumbuhan, petsai termasuk ke dalam :
Divisi : Spermatophyta
Kelas: Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili: Cruciferae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies: Brassica chinensis L. atau B.campestris var. chinensis

Morfologi Tanaman Petsai
Sistem perakaran tanaman petsai adalah akar tunggang (Radix primaria) , berdaun lebar dan berkerut-kerut serta membentuk krop terutama pada petsai B. Pekinensis.B. Chinensis atau pak choi, struktur daun agak halus, tidak berbulu dan tidak membentuk telur. Sedangkan pada

Syarat Tumbuh
Petsai merupakan tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) dan saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman petsai adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60C dan suhu siang hari 21,10C, serta lama penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa varietas dapat tumbuh danberproduksi di daerah yang memiliki suhu antara 270-320C.

Media Tanam
Media tanam merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya sistem perakaran tanaman. Sebagian besar unsur hara mineral dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman dapat ditemukan dalam keadaan yang tersedia bagi tanaman dan dapat diserap melalui akar. Perkembangan akar ditentukan oleh komposisi media tanam yang digunakan.

Sterilisasi media
Media tanam mengandung banyak sekali mikroorganisme, baik yang bersifat menguntungkan bagi tanaman maupun merugikan. Agar media tanam yang akan digunakan terbebas dari mikroorganisme yang merugikan, maka dilakukan sterilisasi sehingga media tanam menjadi steril.Steriliasi media tanam dapat dilakukan dengan cara melakukan pemanasan atau memberi bahan kimia. Pada umumnya cara yang biasa dilakukan adalah dengan pemanasan, karena lebih mudah dilakukan.

Penyiapan benih dan pembibitan
Benih petsai dapat disemai di lahan maupun dengan menggunakan kokeran atau tray. Benih yang akan disemai dilakukan grading atau pemilihan benih yang bagus. Bibit petsai yang sudah berumur 10-15 hari sejak semai, sebaiknya disapih (dijarangkan) pada lahan persemaian atau dipindahsemaikan jika disemai dalam kokeran.

Penanaman
Masa tanam petsai dengan menggunakan teknik vertikutur tidak menjadi masalah, karena teknik budidaya ini tidak terlalu tergantung pada kondisi iklim. Tahapan dalam penanaman bibit petsai dilakukan sebagai berikut :
* Bibit di persemaian yang telah berdaun 4-5 helai siap untuk dipindahkan
* Sebelum bibit petsai ditanam, wadah yang akan digunakan telah diisi terlebih dulu dengan menggunakan media tanam dan telah dilubangi pada bagian bawahnya.
* Wadah yang telah berisi bibit dimasukan ke dalam rak vertikultur yang sesuai. Ada beragam bahan rak vertikultur, diantaranya pipa paralon PVC, bambu betung, kawat ayam maupun gelas bekas air mineral. Danbentuk rak pun bermacam-macam, yaitu : segi tiga bersusun, segi empat bersusun, model gantung, maupun model timbangan.
* Kemudian disiram hingga lembab.
* Waktu penanaman sebaiknya pagi atau sore hari, bertujuan untuk menghindari suhu udara dan temperatur serta penguapan yang terlalu tinggi.

Penyiraman
Kualitas hasil tanaman petsai selain dipengaruhi oleh waktu, juga dipengaruhi volume dancara penyiraman. Sistem pengairan pada tanaman petsai yang dibudidayakan dengan vertikultur dapat menggunakan sistem manual dengan menggunakan embrat, dan dapat pula digunakan sistem pengairan otomatis dengan irigasi tetes atau penyiraman dengan sprinkle.

Pemupukan
Jumlah dan jenis pupuk yang diperlukan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman tersebut. Pada fase vegetatif, tanaman lebih banyak membutuhkan pupuk dengan kadar nitrogen tinggi. Pada fase generatif, unsur fosfor dibutuhkan lebih banyak daripada unsur makro lainnya. Penggunaan jenis unsur hara disesuaikan dengan usia tanaman petsai.

Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama tanaman yang sering menyerang tanaman petsai antara lain : ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn), ulat plutella (Plutella xylostellaL) dan ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp dan C.orichalcea L). Penyakit yang serincg menyerang tanaman petsai adalah bercak daun (Alternaria brassicae Berk Sacc), busuk hitam(Xanthomonas campetris Down), busuk lunak (Erwinia carotovora), akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor), dan rebah semai (damping off).

Sumber : http://bengkeltip.wordpress.com/

www.jendelahewan.blogspot.com