Tampilkan postingan dengan label Usaha Dagang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Usaha Dagang. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 November 2010

Dari Bakul Ikan Jadi Pemilik Maskapai Penerbangan

Pendakian terjal ditempuh oleh Susi Pudjiastuti. Perempuan kelahiran Pangandaran tahun 1965 ini pada awal tahun 1980-an gagal menamatkan SMA-nya di Cilacap, Jawa Tengah. Ia pulang ke Pangandaran dan mencoba berjualan aneka barang seperti baju, bedcover, dan sebagainya.

Namun akhirnya ia menemukan potensi Pangandaran, yaitu ikan. Dengan modal Rp 750 ribu hasil penjualan perhiasan miliknya, ia mulai berjualan ikan dengan cara membeli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan menjualnya ke restoran-restoran. Hari pertamanya ia hanya berhasil menjual 1 kg ikan. Itupun ke restoran kenalannya.

Keuletan, tak membuatnya mundur. Ia terus mencoba lagi hari-hari berikutnya. Meski tak mudah, akhirnya ia bia menguasai pasar Pangandaran setahun kemudian. Lalu ia mencoba menjual ikan-ikan dari Pangandaran ke Jakarta dengan menyewa truk. Berangkat jam tiga sore sampai di Jakarta tengah malam menjadi kegiatan sehari-harinya.

Dari semula menyewa truk akhirnya Susi bisa membeli truk. Usahanya terus berkembang. Sampai-sampai ia bisa mengekspor udang ke Jepang. Meskipun sempat jatuh bangun, alat transportasi ikannya berubah drastis dari truk hingga menggunakan pesawat terbang.

Ceritanya, setelah menikah dengan pilot asal Jerman, Susi berangan-angan mengangkut ikannya menggunakan pesawat. Angan-angan itu timbul karena dengan menggunakan truk yang memakan waktu sembilan jam perjalanan, dan ikan-ikannya mati sesampai di Jakarta. Itulah yang membuat harga ikannya jatuh. Dengan pesawat cuma diperlukan satu jam sehingga harga ikannya pasti tinggi karena lebih segar.

Tahun 2000, Susi mencoba mengajukan pinjaman ke bank untuk merealisasikan rencana itu. Namun rencananya itu ditertawakan pihak bank dan sudah tentu pengajuan kreditnya ditolak. Baru pada tahun 2004, ada bank yang mau mengabulkan kreditnya. Dari Bank Mandiri, ia mendapat pinjaman Rp 47 miliar yang ia gunakan untuk membuat landasan di Pangandaran dan membeli dua pesawat Cessna.

Namun sebulan setelah pengoperasian pesawatnya, terjadi bencana tsunami di Aceh. Naluri kemanusiaannya terusik. Ia terbang ke Aceh untuk memberi bantuan. Pesawat Susilah, pesawat pertama yang mendarat di Aceh setelah bencana itu. Besoknya ia membawa barang-barang bantuan seperti beras, mi instan, dan sebagainya. Susi dan pesawatnya pun berkutat di Aceh mendistribusikan barang-barang bantuan.

Rencananya, ia "hanya" memberi bantuan sarana angkutan gratis selama 2 minggu,namun banyak LSM dalam dan luar negeri yang memintanya tetap di sana dan mereka bersedia menyewa pesawat Susi. Dari sanalah lahir nama Susi Air sebagai usaha penyewaan pesawat.

Kini Susi Air sudah memiliki 50-an pesawat dan nama Susi Air pun dikenal sebagai maskapai penerbangan carteran yang populer di Indonesia saat ini. Sungguh suatu pendakian nasib yang menakjubkan dari seorang ibu yang tak tamat SMA. Keuletan dan keberaniannya mengantarkannya ke puncak sukses bisnis. Luar Biasa!!

Sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/Success_Story/3707/Dari_Bakul_Ikan_Jadi_Pemilik_Maskapai_Penerbangan/


www.jendelahewan.blogspot.com

Minggu, 08 Agustus 2010

Awalnya Pedagang Asongan, Kini Mempekerjakan 20

Banyak pengusaha sukses yang lahir karena disokong orang tuanya atau karena punya koneksi luas sehingga dipercaya mengelola usaha. Namun tidak demikian dengan Iwan Herawan, 41 tahun, sukses menjadi pengusaha benar-benar dari NOL karena masa kecilnya habis untuk berdagang asongan di objek wisata Tangkubanparahu. Karena kepintarannya membaca pasarlah yang mengantar Iwan Herawan, sukses sebagai pengusaha miniatur binatang.

Cerita keberhasilan pengusaha muda kelahiran Bandung, 4 Desember 1969 ini tidak bisa lepas dari keberadaan Tangkubanparahu di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kabupaten Subang. Sedari SMP dia sudah memberanikan diri berjualan, khususnya pada hari-hari libur sekolah. Atau ketika sekolah siang, dia terlebih dahulu berjualan di pagi harinya.

Begitu pun sebaliknya, ketika sekolah pagi maka sore harinya digunakan untuk berjualan. Walaupun harus kehilangan waktu bermain yang lumrah dirasakan anak-anak seangkatannya, Iwan kecil merasa senang menjalani pekerjaannya. Hal itu terpaksa dia lakukan karena ekonomi keluarga yang pas-pasan. Tapi siapa sangka, dari jualan asongan itulah cikal bakal dia menjadi pengusaha sukses yang bisa mempekerjakan 20 karyawan dengan omzet usaha puluhan hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya.

Pelajaran hidup dan kepintarannya membaca situasi mengantarnya merengkuh cita-cita sebagai pengusaha. Dari seorang pedagang asongan, kini telah memiliki shoowroom di Tangkubanparahu tempat memajangkan lebih dari 50 item berbagai produk miniatur binatang hasil kreasinya. Iwan menuturkan, usahanya mulai dirintis pada 1990 dengan modal alakadarnya, sekira Rp300 ribu hasil usaha berdagang. Modal itu dia belanjakan perkakas seperti solder, kayu, dan ampelas.

Saat itu dia tidak punya pilihan selain membuka usaha sendiri karena keinginannya untuk kuliah tidak kesampaian. Dia sempat mengecap bangku kuliah beberapa bulan di Universitas Padjadjaran namun terpaksa ditinggalkan karena tidak ada biaya. Ide awal membuat miniatur binatang kayu didapatkannya dari sang paman. Ketika itu Iwan disarankan mengolah kayu lame menjadi benda bernilai jual tinggi. Dengan kreativitas dan imajinasi, ditunjang darah seni, Iwan pun bisa menyulap kayu lame menjadi miniatur binatang yang bernilai seni tinggi.

“Saya percaya, ketika niatnya baik, dijalankan dengan baik, maka hasilnya pun pasti baik. Terbukti, ketika ada keinginan untuk membuat miniatur binatang maka saya selalu diberi jalan kendati saya tidak pernah belajar seni ukir sebelumnya,” kata ayah dua anak bernama Tedy Heriyadi, 18, dan Chandra Kuswendi,11. Seiring perjalanan waktu, usahanya semakin berkembang. Dia pun mulai mempekerjakan dua orang karyawan yang merupakan tetangganya.

Usahanya yang berlokasi di Kampung Pondok, RT 2/3, Pasar Ahad Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), diberi nama Handycraft Karya Cipta. Kian lama produknya banyak diminati pasar lokal ataupun mancanegara seperti dari Iran, Singapura, Jepang, China, Korea, dan Yunani. Bahkan, dalam sebulan dia bisa mengirimkan 30 ribu miniatur ke luar negeri. Mau tak mau dia pun terus menambah karyawannya hingga sekarang menjadi 20 orang dan bisa bertambah jika pesanan barang membludak.

Dia merasa bangga dapat menjadi orang yang mampu membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran. Meski kini sudah meraup sukses, bukan berarti semuanya berjalan tanpa usaha keras. Tidak jarang ada kendala yang mengiringi perjalanan usahanya selama hampir 20 tahun. Iwan sadar, hidup ini ibarat roda, kadang di atas tapi kadang pula di bawah. Begitu pun dengan usahanya, ada saatnya banyak pesanan tapi ada juga musim paceklik (sepi pesanan).

Menurut dia, itu adalah sebuah risiko dan konsekuensi menjadi seorang entrepreneur agar bisa mengolah kesulitan menjadi kemudahan. Dia berusaha tidak pernah memperlihatkan raut wajah panik atau putus asa manakala pemasukan usahanya sedang berkurang. Dengan begitu, berarti dia mengangkat motivasi karyawannya agar tidak pernah malas untuk bekerja.

“Menjadi pengusaha artinya bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup para karyawan, dan hal itu yang selalu saya jaga agar bagaimana usaha bisa maju sehingga dampaknya bisa menyejahterakan seluruh karyawan,” tegasnya. Kendala lain yang dihadapi suami Neneng Hermawati, 40, ini terkait dengan promosi dan pemasaran. Karena itu, dia selalu berharap kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan para penggerak usaha kecil dan menengah. Kalaupun tidak bisa memberikan bantuan materi, paling tidak informasi agenda pameran-pameran.

Ditanya tentang falsafah hidupnya hingga bisa sukses, Iwan menjawab: kegigihan dan kerja keras. Dia yakin, setiap orang punya potensi dan tergantung dari masing-masing individu menggalinya untuk menjadikan modal berharga guna meraih hidup yang jauh lebih baik. Dia tidak khawatir bahkan mendorong agar karyawannya bisa membuka usahanya secara mandiri.

Hal itu menjadi kebanggaan karena pertanda dia telah berhasil menularkan keahlian dan jiwa entreprenuer kepada orang lain.Tak pernah terbesit akan merasa tersaingi sebab dia pun akan terus belajar mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan produk-produk yang lebih inovatif lagi.

Sumber : okezone.com
http://www.successkid.com/awalnya-pedagang-asongan-kini-mempekerjakan-20-karyawan

www.jendelahewan.blogspot.com