AJANG Indonesian Idol atau AFI sudah pasti mampu melahirkan bintang-bintang atau idola baru berbakat. Selain melambungkan popularitas, ajang tersebut ternyata mampu pula mendongkrak popularitas sekaligus kesejahteraan para pemenangnya. Sebut saja Delon atau Dirly yang hidupnya mendadak berubah setelah menjadi idola Indonesia.
Rupanya kondisi yang hampir serupa terjadi pula pada kontes ayam pelung, seperti pada kontes “Suara Alam 4″ yang digelar dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kab. Cianjur. Pada kontes yang digagas para pehobi ayam pelung yang tergabung dalam Hippapi (Himpunan Peternak Penggemar Ayam Pelung Indonesia) ini, telah melahirkan sederetan “bintang” ayam yang menjadi juara baru setiap tahunnya.
Kemenangan sang ayam dalam setiap kontes, tidak hanya memberikan kebanggaan atau prestise bagi pemiliknya, tetapi juga mendatangkan berkah bagi pemiliknya. Biasanya, pemilik ayam juara ini mendapat sejumlah keuntungan. Selain harga jual ayam juaranya melangit, berbarengan dengan itu, ayam keturunan juga ikut terdongkrak nama ataupun harga pasarannya.
Jadi, jangan heran bila umumnya ayam kampung biasa sebagus apa pun kualitasnya, dipastikan harga jualnya tidak akan pernah lebih dari Rp 100.000,00. Sedangkan ayam pelung yang merupakan jenis ayam khas Cianjur, bisa laku dengan angka yang sangat fantastis, mencapai jutaan rupiah. Apalagi ayam yang sudah sering menjuarai kontes, harganya bisa belasan hingga puluhan juta rupiah.
Hal itu diakui Ketua Hippapi Kab. Cianjur Agus Abdurahman. Menurut dia, keturunan ayam pelung yang kualitasnya bagus dipastikan banyak peminatnya sehingga harga jualnya menjadi tinggi. Apalagi ayam keturunan juara, harganya bisa mencapai kisaran Rp 5 juta – Rp 10 juta.
Harga ayam pelung bisa lebih mahal lagi bila namanya sudah terkenal dan telah berkali-kali menjuarai kontes. Malahan bisa mencapai puluhan juta rupiah. “Grandong” dan “Lembayung” miliknya yang sudah delapan kali juara kontes nasional, sempat ditawar Rp 20 juta dan Rp 30 juta. Hal ini dikemukakan Agus saat ditemui di sela-sela acara Kontes Ayam Pelung Suara Alam 4 di lapangan Kantor Pemkab Cianjur, Minggu (15/7).
Dikatakan Agus, dari tiga kali kontes ayam pelung Suara Alam yang pernah digelar, telah tercatat tiga nama juara. Awalnya pada Suara Alam 1, juaranya diraih ayam bernama “Sugih”. Kemudian tahun berikutnya, diraih “Si Goyong” dan terakhir “Si Layar”. “Sekarang ini kontes ke-4, akan melahirkan juara baru atau diraih juara bertahan, ini masih dalam penilaian. Dari tiga pemenang juara di tahun berbeda, paling mahal harga jualya ‘Si Goyong’. Harganya puluhan juta rupiah,” ungkapnya.
Berbagai karakteristik khusus yang dimiliki ayam pelung, memang membuat harganya menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ayam lokal biasa. Apalagi di kalangan pehobi, harga jual yang dipatok bisa mencengangkan, di luar perkiraan, dan menembus angka sangat fantastis. Oleh karena itu, hampir dipastikan masyarakat umum atau awam akan berpikir berkali-kali untuk membeli ayam dengan harga semahal itu.
Bagaimana tidak, untuk jenis ayam keturunan bagus, berkualitas, apalagi telah menjuarai kontes, bisa sebanding atau lebih mahal dari harga sepeda motor baru. Namun, tidak demikian dengan kalangan pehobi. Bagi mereka, harga sepertinya bukan halangan untuk memiliki ayam kesayangan. Apabila sudah srek (cocok) dengan kualitas ayam, seperti tongkrongan ataupun suaranya, mereka berani dan rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli ayam idaman dengan harga belasan hingga puluhan juta rupiah sekalipun. (dikutip dari www.lintasberita.com)
Sumber : http://www.ayamania.com/index.php?option=com_content&view=article&id=64&Itemid=88
www.jendelahewan.blogspot.com