Beda Jenis, Beda Perlakuan
Aglaonema terkenal dengan tanaman ‘manja’. Untuk itulah ia butuh perlakuan khusus, sehingga penting mengetahui bagaimana merawat aglonema berdasarkan jenisnya. Sebab, setiap jenis – beda pula perlakuannya.
Ini hanya salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi pada pecinta aglaonema Tanah Air. Katakan Susi, ia pecinta aglaonema yang membeli jenis anjamnee dari teman di Thailand. Jenis ini memiliki warna sempurna, dengan kemilau gradasi cantik. Namun naaasnya, tak berselang beberapa minggu koleksi kebanggaannya perlahan menunjukkan gejala kurang enak.
Setelah terserang penyakit – daun yang dulu indah – kini berubah jadi layu. Begitu pun warnanya – kemilau daun yang berwarna-warni – kian memudar dan pucat. Bahkan di beberapa bagian, sudah terjadi gejala pembusukan dengan perubahan warna coklat. Anehnya hampir bersamaan, si Susi juga membeli sebuah aglaonema lokal dengan warna yang juga tak kalah menarik.
Mengalami perawatan dan intensitas pemberian nutrisi yang selalu bersamaan, namun justru aglaonema lokal Susi yang berjenis lipstik ini bisa bertahan dan malah jadi cantik. Jadi, apa latar belakang yang sedang dialami pada kasus ini? Apakah jenis berbeda juga membuat aglaonema harus mendapatkan perawatan yang berbeda pula?
Beda pabrik, ternyata beda pula barang yang dihasilkan, sehingga dalam hal penanganan tentu jelas berbeda satu dengan yang lain. Itu dikatakan Pakar Aglaonema Indonesia, Gregori Garnadi Hambali. Sebab umumnya, orang sering membeli aglaonema tanpa memikirkan perawatannya. Bila dibandingkan dengan jenis lokal, jenis impor biasanya lebih sensitif dan sering sakit-sakitan.
Banyak aglaonema yang cantik, tapi ‘manja’. Namun tak sedikit pula aglaonema cantik yang tahan banting. Beruntung bagi kita, produk lokal memiliki daya tahan lebih daripada impor,” ujar pria asal Bogor ini.
Tak sedikit dari pedagang asing yang memanfaatkan dan terlalu mengeksploitasi kultur jaringan kasar. Jadi, hasilnya jelek. Jika tidak jeli, kejadian penipuan tak urung akan sering tejadi. Namun tak mendeskreditkan produk impor, tak jarang banyak juga barang berkualitas yang akhirnya sampai ke Indonesia.
Namun di luar kontek itu, beberapa jenis aglaonema lokal dan impor tertentu juga sering terserang penyakit. Misalnya, jenis dona carmen dan lady valentine, sehingga sebelum membelinya, sebaiknya tanya diri Anda, apakah siap menghadapi masalah yang akan timbul kelak?
Jurus Jitu Kembangkan Potensi Aglaonema
Baik impor maupun lokal – dalam merawat aglaonema – tampilan tanaman jadi prioritas utama. Pasalnya, bagus dan semahal apapun tanaman – sampai sejauh mana didapatkannya – akan jadi sesuatu yang mubadzir jika tampilannya tidak prima. Seperti halnya tanaman hias yang lain pada umumnya, kesan pertama jadi penting dalam hal penilaian dan standarisasi kualitas.
“Maka untuk membangun kesan positif, beberapa hal perlu diperlihatkan. Misalnya, kesehatan bagian daun dan kerumpunan tumbuh kembang daun,” ungkap Kolektor Aglaonema di Banjarbaru Kalimantan Selatan (Kalsel), M Zainudin.
Lalu, bagaimana cara membuat daun agar terlihat sehat dan enak dilihat? Pada dasarnya, menurut Zainudin, ada dua macam perawatan mendasar untuk mencemerlangkan daun. Sebab, daun sehat atau sedap dipandang mata biasanya memiliki struktur mengkilap. Bahkan tak jarang, terlihat seperti daun yang terbuat dari plastik. Cara ini biasa dilakukan dengan manual atau tahapan perawatan.
Cara manual biasanya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, mengelap daun agar daun terlihat berkilau dan kinclong, sehingga bisa menarik mata setiap orang, bahkan juri kontes. Caranya, bisa dengan air atau bahan pengkilap yang lain, seperti leaf shiner (pengkilap daun instan yang banyak dijual di pasar) sampai bahan pengkilap manual. Misalnya susu dan santan, seperti melakukan pembersihan daun pada anthurium.
“Untuk hasil maksimal, terutama jika untuk keperluan kontes, persiapan atau pengkilapan daun dilakukan 3 hari sebelum acara diadakan. Dan biasanya, perawatan ini dilakukan berulang-ulang setiap harinya, tergantung kapan kita ingin memunculkan kecantikan si daun,” jelas Zainudin.
Cara lain adalah paket keperluan nutrisi. Umumnya seperti manusia, jika kebutuhan makanan cukup dan tak berlebih, maka orang tersebut akan sehat. Begitu juga dengan daun pada aglaonema, semakin baik dan berkualitas nutrisi yang diberikan, maka makin optimal pula struktur daunnya.
Hal ini bisa berupa media tanam, jenis dan intensitas pemupukan, sampai stimulasi lingkungan. Media tanam yang tepat umumnya tak terlalu asam. Dan jika terpaksa, menggunakan tanah yang bersifat asam, kapur bisa ditambahkan dengan ukuran tepat.
“Jika tak ingin susah, penggunaan pakis penuh yang dicampur pupuk organik, bisa jadi solusi tepat,” imbuh Zainudin.
Kelebihan air bagi tanaman, juga kabar buruk. Kesalahan pemilihan media tanam dengan porositas rendah dan penyiraman yang terlalu sering, akan mengakibatkan tanaman tak sehat. Umumnya, ini terjadi secara bertahap. Biasanya tanaman tak akan langsung mati, tapi bagian bawah mengalami kerusakan perlahan-lahan. Dan jika tak segera ditangani, seluruh bagian pun akan mengalami kerusakan, bahkan kematian.
Pemilihan pupuk dengan kandungan tertentu, juga bisa membuat daun kian cantik. Menurut Pakar Tanaman Hias di Jogjakarta, Arie W Purwanto, pupuk dengan kandungan P dan K tinggi, akan mempercepat dan membuat daun kian sehat, cantik, dan mengkilap. Jenis ini bisa didapat, karena dijual bebas di pasaran. Pada dasarnya, mengetahui karakter tanaman adalah hal utama. Sebab, ini berkaitan dalam hal perawatan ke depannya. [adi]
Di Luar Negeri, Aglaonema tak Boleh Diperbanyak
Jangan mencoba memperbanyak atau membudidaya aglaonema, jika Anda ada di luar negeri, seperti Belanda dan Amerika. Pasalnya bukan keuntungan didapat, justru penjara yang kemungkinan menanti Anda.
Bukan karena tanaman ini membahayakan atau karena tanaman ini bisa jadi bahan pembuat narkoba seperti daun ganja, tapi apreasiasi yang tinggi terhadap silangan jenis aglaonema masyarakat luar yang tinggi. Seperti membeli barang langka, aglaonema silangan yang keluar dan di-share ke pecinta aglaonema lain, sering juga disertai sertifikat.
Isinya, selain memberi tahukan nama penyilang serta indukan aglaonema ini berasal, dalam nota kesepahaman ini juga terdapat larangan bagi si pemilik baru untuk memperbanyak.
“Biasanya penduduk Belanda, sering melakukan hal tersebut. Selain bisa menjaga stabilitas harga aglaonema di pasaran, tindakan ini juga bisa menekan produksi yang berlebih. Itu juga disamping standarisasi kualitas yang tetap terjaga,” jelas Greg.
Menurut Greg, apresiasi dan penghormatan masyarakat luar sangat tinggi. Bahkan setiap kali ada orang yang berhasil menciptakan silangan, selalu diabadikan dalam bentuk sertifikat.
Sumber : http://tabloidgallery.wordpress.com/
www.jendelahewan.blogspot.com