Tampilkan postingan dengan label Budidaya Bunga Anggrek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Bunga Anggrek. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Juni 2011

Jalur Emas Budidaya Anggrek Di Pekarangan

Dilihat dari aspek lingkungan, secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.

Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2 C dengan temperatur minimum 15 C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.

Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga keluar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain: Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp.,dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.

Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain: Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.

Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
* Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30%, dan Oncidium sp. 60 – 75%.
* Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp., dan Arachnis sp. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100%, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
* Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
* Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.

Persilangan

Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi.

Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :
* Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.
* Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur.
* Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.
* Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
* Setiap mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan pada "Royal Horticultural Society" di London, dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa persyaratan lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi) adalah sebagai berikut :
* Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi atau sejenisnya yang bersih.
* Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka, dimana akan terlihat di dalamnya polinia yang berwarna kuning.
* Ujung lidi / tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam lubang putih atau dengan sedikit air.
* Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu diambil.
* Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).
* Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang diambil polinianya.

Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.

Dalam memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan sebagai berikut :
* Biji yang berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang kurang baik.
* Biji yang baik yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan.

Pembibitan

Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :

- Perbanyakan vegetatif
Yaitu melalui pemecahan / pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata.

Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.

- Perbanyakan generatif yaitu dengan biji
Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.

Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830.

Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).

Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.

Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.

Penanaman dan pemeliharaan

1. Persiapan Lahan
Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan mengurangi intensitas serangan OPT.

2. Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.

Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.

Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik.

Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula.

Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.

Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.

Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.

Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.

Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek.

Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sebagai berikut :
* Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas.
* Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.

3. Penyiraman
Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari, terutama pada musim kemarau.

4. Pemupukan
Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat.

Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro.

Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30.

Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium sp.

Pengamatan dan pengendalian hama penyakit

1. Hama

a. Tungau merah (Tennuipalvus orchidarum Parf.)
Ordo : Acarina
Famili : Tetranychidae

1) Tanaman inang :
Jenis-jenis yang dapat diserang hama ini adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. dan Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, dan gulma terutama golongan dikotil.

2) Gejala serangan :
Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terdapat titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning.

Pada permukaan bawah berwarna putih perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan dapat terjadi mulai dari pembibitan.

3) Biologi :
Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaitu 0,2 mm sehingga sukar untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau dapat dijumpai pada daun, pelepah daun dan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat dan diletakkan membujur pada permukaan atas daun.

b. Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus) (= Acythopeus aterrimus Wat.)
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae

1) Tanaman inang :
Jenis anggrek yang diserang adalah anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Serangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba.

3) Biologi :
Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap dengan ukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup dan tangkai sampai menjadi pupa.

Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva yang baru menetas menggerek pseudobulb, makan dan tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus oleh sisa makanan dan terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb.

c. Kumbang penggerek Omobaris calanthes Mshl.
Ordo : Colepotera
Famili : Curculionidae

1) Tanaman inang :
Jenis anggrek yang diserang terutama adalah anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. dan Phajus sp.

2) Gejala serangan :
Berbeda dengan kumbang gajah, larva kumbang ini menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk dan tangkai bunga sehingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang dapat dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun dan juga tunas utama yang masih terlipat yang kemudian dapat patah dan mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman dan pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana dan dapat mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan.

3) Biologi :
Pertumbuhan larva dapat mencapai panjang 5 mm.

d. Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis Fish.
Ordo : Coleoptera
Famili : Cerambycidae

1) Tanaman inang :
Larva maupun kumbang ini dapat menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. dan lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp.

2) Gejala serangan :
Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan.

3) Biologi :
Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2,4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut / berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan.

e. Kumbang penggerek Oulema (= Lema) pectoralis Baly.
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae

1) Tanaman inang :
Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. dan kadang-kadang menyerang Dendrobium sp.

2) Gejala serangan :
Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunga. Serangga dewasa juga dapat memakan daun.

3) Biologi :
Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa yang berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung dan pronotum yang sempit. Serangga dari famili ini berasosiasi dengan rumput-rumputan dan monokotiledon lain. Larva yang semula berwarna abu-abu, dengan meningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup oleh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga dan petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1,25 mm. Larva yang baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.

f. Kutu perisai Parlatoria proteus Curt.
Ordo : Hemiptera
Famili : Diaspididae

1) Tanaman inang :
Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah, dan palem.

2) Gejala serangan :
Tanaman yang terserang berwarna kuning merana, kadang-kadang daun berguguran.

3) Biologi :
Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai / tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap.

g. Pengorok Daun Gonophora xanthomela ( = Agonita spathoglottis)
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae

1) Tanaman inang :
Hama ini menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. dan Aspathoglottis sp.

2) Gejala serangan
Larva mengorok bagian dalam daun dan meninggalkan bagian epidermis sehingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

3) Biologi :
Kumbang berukuran 6 mm, terdapat tanda hitam dan oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan ditutupi kotoran.

h. Ulat bunga Chliaria othona
Ordo : Lepidoptera
Famili : Lycaenidae

1) Tanaman inang :
Ulat ini menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp.

2) Gejala serangan :
Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dari telur segera masuk dan merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.

3) Biologi :
Ulat berbentuk pipih. Larva yang baru menetas dari telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun dan umbi-umbian dalam lapisan anyaman dan pupa berbalut lapisan sutera.

i. Pemakan daun Negeta chlorocrota Hps.
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae

1) Tanaman inang :
Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., dan Arachnis sp. dan serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. dan aneka anggrek liar.

2) Gejala serangan :
Larva memakan daun muda dan meninggalkan potongan-potongan daun yang putih dan transparan. Kerusakan disebabkan oleh instar selanjutnya pada daun yang lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dari daun yang tertinggal di atas dan digunakan untuk membentuk tempat pupa.

3) Biologi :
Ulat merupakan semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dengan garis gelap membujur dan empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dari kecil dan hitam. Panjang larva + 35 mm. Ngengat muda tidak terbang sangat jauh. Telur berduri dan dijumpai di daun, pucuk dan bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari.

j. Kutu putih Pseudococcus sp.
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae

1) Tanaman inang :
Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias.

2) Gejala serangan :
Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel.

Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga menyebabkan tanaman mati.

3) Biologi :
Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari.

k. Siput setengah telanjang (Slug) Parmarion pupillaris
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar.

2) Gejala serangan :
Siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak persemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah membusuk ataupun tanaman yang masih hidup.

3) Biologi :
Siput tidak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput tidak beruas, badannya lunak, bisa mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terlihat mereka mengadakan perkawinan dengan sesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat yang lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar seperti parut yang disebut radula.

l. Siput telanjang Vaginula bleekeri atau Filicaulis bleekeri
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Selain menyerang anggrek, juga merusak persemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat dan tembakau.

2) Gejala serangan :
Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman yang diserang adalah daun dan pucuk-pucuknya.

3) Biologi :
Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terdapat bercak-bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada sepasang garis memanjang, panjang tubuh + 5 cm.

m. Bekicot Achatina fulica atau A. variegata
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat.

2) Gejala serangan :
Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati.

3) Biologi :
Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dengan ukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ini sering istirahat pada batang pepaya, pisang dan dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang dapat mengeluarkan suara.

Pada waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal hingga ia dapat bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas bisa tahan tidak makan selama 1 bulan.

Bekicot yang besar bisa tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dengan pelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter + 5 mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur yang diameternya bisa sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10-14 hari.

n. Tungau jingga anggrek Pseudoleptus vandergooti (Oud)
Ordo : Acarina
Famili : Tertranychidae

1) Tanaman inang :
Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga.

2) Gejala serangan :
Serangan hama ini mengakibatkan daun dan jaringan batang berubah warna.

3) Biologi :
Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun yang mati.

o. Thrips anggrek Dichromothrips (= Eugniothrips) smithi (Zimm)
Ordo : Thysanoptera
Sub Ordo : Terebrantia

1) Tanaman inang :
Thrips anggrek dari P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Serangan hama ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk dan berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga.

3) Biologi :
Hama ini sangat kecil, dan berwarna abu-abu, ada juga yang berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, dan berbadan ramping.

p. Kepik anggrek Mertila malayensis Dist.
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae

1) Tanaman inang :
Kepik ini memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan dan Timur. Kepik dapat ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas dan bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat sehingga merupakan bercak putih. Tanaman yang terserang lama-lama menjadi gundul.

3) Biologi :
Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, dan nimfa yang baru menetas berwarna merah mirip dengan tungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dengan cepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, dan serangga dewasa dapat hidup selama 2 bulan.

q. Kutu daun anggrek Cerataphis oxhidiarum (West)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphidoidea

1) Tanaman inang :
Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah.

2) Gejala serangan :
Kutu daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati.

3) Biologi :
Spesies kutu daun ini berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis.

r. Kutu tempurung Aspidiotus sp.
Ordo : Homoptera
Famili : Diaspididae

1) Tanaman inang :
Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. dan Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe dan teh.

2) Gejala serangan :
Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok.

3) Biologi :
Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.

s. Siput kecil Lamellaxis (= Opeas) gracilis (Hutt.) dan Subulina octona Brug.
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Di daerah Deli (Sumatera Utara) sering ditemukan pada bedengan pembibitan tembakau, dan di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca.

2) Gejala serangan :
Siput ini tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot dan menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot dan menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

3) Biologi :
Tempurung hama panjangnya 11 mm dan berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ini di alam sering bercampur.


2. Penyakit

a. Busuk hitam Phytopthora spp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. dan Oncidium sp.

2) Gejala serangan :
Infeksinya tampak dengan adanya noda-noda hitam yang menjalar dari bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ini menyerang pucuk tanaman dan titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah dan bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab.

Pada Cattleya penyakit dapat timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang dan kuncup bunga. Penyakit ini juga dapat timbul pada persemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dari daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ini akan menjadi hitam ungu, dan semua yang terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dengan goyangan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi yang terjadi pada permukaan tanah dapat menyebabkan busuk kaki.

Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tidak teratur, dengan cepat meluas ke seluruh permukaan daun dan pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ini daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan dan mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang dan daerah perakaran.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek dan hialin. Spora Phytophthora dapat dipencarkan oleh angin, dan percikan air.

Akar rimpang dapat dapat terinfeksi karena patogen yang terbawa oleh pisau yang dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang oleh kelembaban yang tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, dan perkecambahan spora.

b. Antraknosa. Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata)

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. dan Oncidium sp.

2) Gejala serangan :
Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan yang lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul.

Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu sehingga dapat meliputi seluruh bunga.

Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium yang apabila terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga oleh serangga.

Cendawan adalah parasit lemah, yang hanya dapat mengadakan infeksi pada tanaman yang keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu oleh pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Colletotrichum gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati (nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tidak teratur, garis tengahnya dapat mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang yang bervariasi, jarang lebih dari 200 µm, dengan lebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tidak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tidak bersekat, hialin atau coklat pucat.

Colletotrichum gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air hujan maupun siraman.

c. Layu Sklerotium rolfsii Sacc. (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi)

1) Tanaman inang :
Selain menyerang anggrek, penyakit ini diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :
Tanaman yang terserang menguning dan layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian yang dekat dengan tanah. Bagian ini membusuk, dan pada permukaannya terdapat miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ini membentuk sklerotium, yang semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat yang mirip dengan biji sawi.

Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar dan pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, yang segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri dan cendawan tanah.

Sklerotium bentuknya hampir bulat dengan pangkal yang agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam dan teras.

Di daerah tropis Sklerotium rolfsii tidak membentuk spora. Cendawan dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang baik.

Sklerotium rolfsii umumnya terdapat dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium dapat terpencar karena terbawa oleh air yang mengalir.

Sklerotium rolfsii terutama berkembang dalam cuaca yang lembab. Cendawan dapat menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. dan Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Sklerotium rolfsii adalah cendawan yang kosmopolit, dapat menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Cendawan itu mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air.

Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang lembab.

d. Layu Fusarium oxysporum

1) Tanaman inang :
Penyakit layu Fusarium dapat dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. Selain itu juga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe.

2) Gejala serangan :
Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong, menyebabkan batang dan daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas, sampai ke pangkal batang.

Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis dan hipodermis berwarna ungu, sedang phloem dan xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu.

3) Epidemiologi :
Patogen dapat bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera menimbukan infeksi. Penyakit ini mudah menular melalui benih, dan alat pertanian yang dipakai.

e. Bercak daun Cercospora spp.

1) Tanaman inang :
Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :
Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua.

3) Morfologi / Epidemiologi :
Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.

f. Bercak coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul

1) Tanaman inang :
Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp.

2) Gejala serangan :
Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman.

Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman.

3) Epidemiologi :
Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi.

g. Busuk Lunak Erwinia spp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya.

2) Gejala serangan :
Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri.

Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27 C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.

h. Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :
Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya.

3) Epidemiologi :
Patogen tersebut terpencar melalui air. Rhizoctonia solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh).

i. Bercak daun Pestalotia sp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp.

2) Gejala serangan
Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat.

3) Epidemiologi :
Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin.

j. Bercak Botryodiplodia sp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp.

2) Gejala serangan :
Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang muda pun terserang.

3) Epidemiologi :
Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering.

k. Bercak bunga Botrytis cenerea

1) Tanaman inang :
Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp.

2) Gejala serangan :
Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam.

3) Epidemiologi :
Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin.

l. Karat Uredo sp.

1) Tanaman inang :
Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya.

2) Gejala serangan :
Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering.

3) Epidemiologi :
Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga dan oleh tiupan angin. Kondisi lingkungan yang lembab sangat membantu perkembangan penyakit.

m. Virus mosaik cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV)

Virus mosaik cymbidium dikenal juga dengan nama "Cymbidium black streak virus" atau "Orchid mosaic virus".

1) Tanaman inang :
Virus ini dijumpai pada 8 genera, yaitu Aranthera sp., Calanthe sp., Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., dan Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. yang terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal dan sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil dan mudah rontok dibandingkan dengan bunga tanaman sehat.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ini menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui biji ataupun serangga vektor.

n. Virus mosaik tembakau strain orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O)

Virus ini dikenal juga dengan nama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV).

1) Tanaman inang :
Jenis-jenis anggrek lain yang dapat terserang virus ini mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. dan Phalaenopsis sp.

2) Gejala serangan :
Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ini bervariasi, yaitu berupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ini dapat mencapai 100%. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal dan petal. Bagian tepi bagian bunga ini biasanya bergelombang.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui serangga vektor ataupun biji.


3. Pengendalian hama penyakit anggrek

a. Fisik
Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149 C selama 1 jam.

b. Mekanis
Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan.

Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi.

Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.

c. Kultur Teknis
Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini.

Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang.

Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit.

d. Kimiawi
Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust), pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan.

Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2% atau desinfektan lainnya.

e. Hayati
Dilakukan dengan menggunakan :

* Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)
* Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa sp.
* Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus.
* Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan bakteri Aeromonas liquefacicus.
* Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae
* Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp.
* Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae).
* Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.

Panen dan pasca panen

Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek.

Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.

1. Bunga anggrek potong

a. Ketuaan bunga
Selama ini bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp. Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga yang dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya.

b. Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp. dan Paphiopedilum sp. dapat bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10C) dan 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp. umumnya bisa bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup disimpan pada temperatur 10–130C.

c. Pasokan air dan hara
Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air yang hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet yang dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong.

d. Etilen dan kerusakan mekanis
Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dari sumber / tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen (sortasi/grading dan pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dari wadah pengemasnya dan diletakkan pada ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga anggrek.

e. Penyakit
Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tidak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat penyakit ini dapat dihindari dengan managemen kebersihan yang baik di rumah kaca maupun di kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya kondensasi pada bunga potong.

2. Tanaman anggrek pot berbunga indah

a. Kultivar
Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa yang akan datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior yang rendah, etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam penilaian.

b. Stadia pertumbuhan
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga yang mekar masih rendah.

c. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman berbunga yang ditempatkan pada temperatur 270C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai warna bunga lebih pudar, batang / tangkai lebih tinggi, daun cepat menguning dan rontok.

d. Media
Media berstruktur remah yang mudah dibasahi kembali oleh konsumen atau penata ruang sangat penting untuk menghasilkan penampilan optimum dari tanaman berbunga indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer dapat digunakan untuk mempertahankan kelembaban media dan mencegah tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dengan menggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna untuk memudahkan pembasahan kembali media.

e. Pemupukan
Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ini mencegah masalah keracunan amonia dan meningkatkan masa simpan.

f. Kepekaan terhadap etilen
Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen. Gejala yang ditimbulkan adalah kerontokan daun, kuncup dan bunga, dan kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan terhadap mikroba dan aborsi bunga / kuncup.

Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap etilen, yaitu dengan menurunkan temperatur selama pengangkutan. Cara lain yang digunakan secara komersial adalah dengan penyemprotan daun menggunakan senyawa antagonis terhadap etilen, sehingga dapat menekan produksi etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen.

g. Pengairan
Kurangnya penyiraman tanaman yang berbunga indah serta membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan. Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar, sehingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya, temperatur dan kelembaban, juga ukuran dan media tumbuh. Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga dan daun.

h. Cahaya
Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari

Sementara itu, diawali hobi merawat anggrek, ibu-ibu di Jrobang, Ngesrep, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, tertantang untuk menekuni budi daya anggrek. Mereka memanfaatkan bahan-bahan sederhana, seperti limbah sabut kelapa dan gelas air mineral untuk pembudidayaan anggrek tersebut.

Biasanya pembudidayaan anggrek membutuhkan lahan yang cukup luas. Namun kelompok ini cukup memanfaatkan lahan di pekarangan rumah. Ternyata hasilnya bisa bersaing dengan pengusaha atau pekebun anggrek di luar kota.

Setelah dirasa berhasil, kelompok ini kemudian mencari pasar. Lantaran berusaha sendiri cukup sulit, mereka membentuk kelompok-kelompok agar bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah besar.

Pangsa pasarnya pun cukup luas karena ada jaringan khusus untuk Kota Semarang. Setiap tahun, mereka bisa mengirim 10-15 ribu anggrek. Tak hanya itu, kelompok ini juga telah mendapat kepercayaan dari kelompok lain dan dinas pemerintah untuk menjalin kerja sama memberi pelatihan budi daya anggrek.

Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Semarang, kelompok ini akan membuat jalur emas atau jalur hijau untuk wisata anggrek di Semarang. Mereka mengajak kelompok-kelompok tani lain ikut berkreasi dan berproduksi, sehingga bisa mendukung Semarang menjadi sentra anggrek di Jateng. (fn/sc/lp)

www.suaramedia.com


www.jendelahewan.blogspot.com

Kamis, 16 Juni 2011

Tips Merawat Anggrek

Sebagaimana halnya wanita pada umumnya, aku demen ma yang namanya bunga, terutama anggrek. Kenapa?! Karena (menurutku) bunga anggrek tu cantik banget, trus juga tahan lama alias ngga cepet layu. Karena rasa ketertarikanku terhadap tanaman tsb makanya aku ikutan group Anggrek Indonesia. Disamping bisa dapetin info-info seputar tanaman anggrek, pengetahuan tentang anggrek (jujur aja neh, pengetahuanku tentang anggrek nol besar! hehehe...), juga bisa dapet kenalan sesama pencinta anggrek.

Berikut ini ada tips merawat anggrek, yang aku dapat dari milis.

1. Lokasi, suhu dan kelembaban: Anggrek akan tumbuh dengan baik di dataran tinggi (di dataran rendah juga bisa hidup, tetapi harus memenuhi ketentuan yang tepat), suhu berkisar 15 – 35 derajat Celcius (suhu optimum 21 derajat Celcius) dengan sirkulasi udara yang baik. Kelembaban udara berkisar 65 – 70 %.

2. Cahaya matahari : Tanaman anggrek pantang kena sinar matahari langsung, tetapi masih toleran terhadap sinar matahari pagi (antara jam 7 – 9 pagi). Anggrek yang kurang dapat cahaya matahari tumbuh kurus, berdaun sempit dan panjang, sebaliknya jika kelebihan sinar matahari daun akan menguning seperti terbakar. Anggrek akan tumbuh dengan baik jika digantung di bawah kerimbunan pohon.

3. Penyiraman : Tidak ada patokan tepat untuk menyiram anggrek. Cara praktis untuk mengetahui apakah tanaman sudah perlu disiram dengan memantau kondisi media tanamnya. Penyiraman sebaiknya dengan sprayer dan air yang digunakan bebas kaporit dan senyawa kimia lainnya. Anggrek muda lebih membutuhkan banyak air, penyiraman sebaiknya 1 hari 1 kali. Untuk anggrek yang lebih besar, 2 hari sekali cukup memadai. Terlalu banyak air akan membuat anggrek mudah diserang jamur yang menyebabkan daun dan akar membusuk. Bunga anggrek sebaiknya jangan terkena air karena akan cepat rontok.

4. Pemupukan : Anggrek perlu dipupuk untuk membuatnya rajin berbunga. Tips untuk memilih pupuk yang tepat adalah pilih pupuk cair (pupuk daun), unsur makro NPK harus disesuaikan dengan usia tanaman (anggrek muda memerlukan unsur N lebih banyak, sedangkan anggrek siap berbunga memerlukan unsur P lebih banyak). Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan dosis 1/2 sdt untuk 1 liter air. Semprotkan larutan pupuk dengan sprayer pada bagian daun dan akar. Pemupukan bisa dilakukan lebih sering dengan mengurangi dosis.

5. Media tanam : Media tanam yang baik adalah yang tidak cepat lapuk, memudahkan akar menempel, berongga (porous) untuk sirkulasi udara, dapat menyimpan zat hara, serta tidak mudah menjadi sumber penyakit. Macam media adalah pakis, moss, sabut kelapa, arang kayu, pecahan batu bata atau genteng.

6. Pot : Untuk pot bisa dipilih pot tanah atau plastik. Pot tanah bisa menyimpan air, sedangkan pot plastik tidak. Aggrek juga bagus ditanam di blok pakis dan digantung di bawah pohon. Secara berkala sebaiknya dilakukan repotting, misalnya 6 bulan sekali untuk memberi ruang lebih pada akar anggrek.

Sumber : http://cjoeniani.wordpress.com/2007/11/23/tips-merawat-anggrek/


www.jendelahewan.blogspot.com

Rabu, 15 Juni 2011

Bididaya Anggrek Bulan Di Luar Habitatnya

Untuk budidaya anggrek bulan di luar habitat aslinya maka perlu memanipulasi keadaan lingkungan sekitar tempat tumbuh, agar menyerupai kondisi habitat aslinya. Misalnya, Phalaenopsis amabilis. Anggrek jenis ini sering tumbuh di pohon jati, bungur, heuras, kiara, dan lain-lain. Tapi pada umumnya anggrek bulan butuh lingkungan hidup yang lembab. Kan tetapi ada beberapa yang tak memerlukan kondisi lembab. Contohnya Phalaenopsis cornucervi yang suka lingkungan yang agak kering. Di habitat alaminya, plasma nutfah anggrek bulan tersebar dari dataran rendah ke pegunungan.

Phalaenopsis amabilis dapat tumbuh dengan baik dan normal pada ketinggian 50- 600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu udara yang disukai anggrek bulan yakni berkisar antara 15-35 derajat celcius (suhu optimal bagi pertumbuhannya, 21 derajat). Kelembaban udara (RH), spesifikasi iklim yang ideal antara 65%-70%, Intensitas sinar matahari, semi teduh atau semi naungan berkisar antara 15%-30%. Untuk menciptakan lingkungan tumbuh anggrek bulan yang ideal dapat dibangun green house, bisa juga menempelkannya pada batang pohon rindang, atau diletakkan di beranda rumah lalu di beri naungan. Anggrek bulan membutuhkan medium tumbuh yang berfungsi sebagai tempat hidup dan tempat menyimpan hara (zat makanan) serta air.

Syarat yang baik untuk media tanam anggrek bulan yakni : Tidak cepat lapuk, mampu mengikat air dan hara dengan baik, tidak menjadi sumber penyakit, memiliki aerasi yang baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan menjadi tempat yang baik untuk melekatnya akar tanaman. Media tanam tersebut antara lain, moss dan cacahan pakis, sabut kelapa, serabut kayu atau potongan kayu serta pecahan arang.

Sumber : http://matematikacerdas.wordpress.com/


www.jendelahewan.blogspot.com

Selasa, 14 Juni 2011

Sejarah dan Asal Usul Anggrek

Anggrek termasuk dalam suku anggrek-anggrekan atau famili “Orchidaceae” yang dalam bahasa yunani, kata “orchid” berasal dari orchis yang berarti testicle atau buah zakar. Zaman dahulu anggrek identik dengan pria, baik warna, bentuk bahkan strukturnya. Anggrek juga melambangkan kesuburan dan kejantanan, dahulu muncul anggapan jika mengkonsumsi anggrek muda, maka seseorang bisa memiliki anak laki-laki, dan jika mengkonsumsi anggrek tua akan melahirkan anak perempuan, tetapi dalam mitos ini tidak disebutkan arti konsumsi ini dimakan sebagai bahan makanan atau hanya dinikmati keindahan bunganya saja. Anggrek termasuk keluarga besar dari kelompok (subdivisi) tanaman berbunga atau berbiji tertutup angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal (monocotyledone), ordo orchidaceae (anggrek anggrekan). Tanaman anggrek dapat tumbuh di dataran rendah, gurun kering, hutan rimba yang panas sampai dengan dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju. Paling banyak spesies anggrek berasal dari daerah tropis karena disebabkan oleh agroklimat di daerah tropis itu sendiri sangat cocok untuk pertumbuhan anggrek (Ayub, 2005).

Anggrek termasuk dalam keluarga tanaman bunga-bungaan yang memiliki lebih banyak jenisnya daripada keluarga tanaman bunga-bungaan lainnya. Para ahli tumbuh-tumbuhan berkeyakinan bahwa anggrek memiliki lebih dari 25.000 jenis yang tersebar di seluruh dunia. Tetapi karena kerusakan hutan, kita banyak kehilangan spesies yang belum dikenali dan tidak tahu dengan pasti berapa jumlahnya. Indonesia trekenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang memiliki lebih dari 4.000 jenis anggrek yang tersebar hampir di semua pulau. Kalimantan, Papua, Sumatera, Jawa termasuk pulau-pulau yang terkenal di dunia karena kekayaan anggreknya. Anggrek yang paling terkenal dari Indonesia adalah “anggrek bulan” (Phalaenopsis amabilis) yang diangkat sebagai “Bunga Nasional” dan dijuluki “Puspa Pesona”, dan “Anggrek Kantung” (Paphiopedilum javanicum).

Anggrek memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Memiliki tiga sepal (daun kelopak bunga). Salah satunya yang terletak pada bagian belakang (punggung) yang menghadap keatas dinamakan sepal dorsal.
- Memiliki tiga petal (daun mahkota bunga) yang letaknya selang-seling dengan daun kelopak bunga. Salah satu dari petal yang terletak di bawah berbentuk seperti lidah yang disebut labellum (bibir bunga), membuat bunga simetris antara kiri dan kanan.
- Putik dan benang sari (bagian jantan dan betina) yang bergabung bersama pada bagian yang disebut column.
- Tepung sari yang biasanya berkumpul bersama pada bagian yang disebut pollinia. Buahnya memiliki biji yang sangat kecil dan banyak.
- Tangkai bunga dapat berkelak-kelok saat pertumbuhannya, tergantung pada arah sumber cahaya.

Anggrek bulan (Phalaenopsis) secara resmi dinobatkan sebagai bunga nasional “Puspa Pesona” sejak tanggal 5 Juni 1990. Putih bersih warnanya, berlidah kuning, terdiri atas 46-60 spesies, 22 jenis diantaranya tumbuh alami di Indonesia. Sangat menarik sekali jika anggrek bulan ini dibudidayakan baik secara sederhana maupun modern seperti dengan teknik kultur jaringan. Anggrek alam dilestarikan sebagai sumber plasma nutfah bagi terciptanya hibrida-hibrida anggrek baru. Taiwan dan Singapura sudah merintis agribisnis anggrek bulan. Taiwan yang berpusat di Sei Ha Farm Enterprise (terbesar di dunia), dengan luas areal 3,3 hektar, per tahun bisa memproduksi 1,5 juta bibit untuk di ekspor ke Jepang, Malaysia, Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa.

Di Indonesia, plasma nutfah anggrek bulan ini tumbuh alami di Maluku, Sulawesi, Ambon, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Tanaman anggrek bulan ini tergolong jenis “epifit” yakni menempel pada pohon (di alam). Ditandai dengan karakter pertumbuhannya yang akarnya melekat pada kulit pohon. Seluruh bagian tumbuhan (akar, batang, daun) mengapung di udara, sementara akarnya terdiri dari dua macam, yakni akar lekat dan akar udara. Batang anggrek bulan kadang tak terlihat dikarenakan tertutup oleh pelepah daun. Bentuk daunnya lanset atau bundar panjang, berukuran antara 20-30 cm dengan lebar antara 3-12 cm. Memiliki jumlah bunga per tangkai sangat variatif, 3-25 kuntum bahkan lebih, tergantung spesiesnya juga. Anggrek bulan ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik sekali, yakni memiliki tiga sepal daun bunga (calyx), 3 petal daun mahkota bunga (corolla), dan gymnostenium (putik dan benang sari menyatu). Sosok anggrek bulan ini bisa dibilang sangat mempesona sekali karena selain memiliki calyx, corolla dan bibir bunga dengan bentuk bermacam-macam, juga kaya akan warna dari putih bersih, putih kekuning- kuningan, merah, ungu, sampai kombinasi warna-warna lain, tergantung jenisnya.

Sumber : http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/10/sejarah-dan-asal-usul-anggrek/


www.jendelahewan.blogspot.com

Senin, 13 Juni 2011

PROSPEK DAN MANFAAT ANGGREK (Phalaenopsis amabilis)

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias berbunga yang tidak kalah indahnya dengan tanaman hias berbunga lainnya. Anggrek memiliki bentuk dan corak bunga yang beraneka ragam dan indah dipandang mata. Keindahan bentuk dan bunganya telah membuat tanaman dari keluarga “Orchidaceae” ini banyak dikoleksi oleh semua orang baik hanya untuk hobi saja bahkan sampai di perjual belikan.

Tanaman anggrek merupakan tipe tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh yang relatif lambat. Cepat lambatnya pertumbuhan setiap jenis anggrek adalah berbeda-beda karena sangat tergantung dari segi pemeliharaan anggrek itu sendiri. Pertumbuhan tanaman anggrek sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam angrek itu sendiri maupun faktor luar. Faktor dari dalam anggrek itu yakni faktor genetik atau jenis anggrek itu, termasuk anggrek alam atau silangan. Jika jenis anggrek alam maka pertumbuhan dan pembungaan akan relatif sangat lama sekali jika tanpa perlakuan khusus, tapi jika jenis anggrek silangan seperti Dendrobium maka pertumbuhan dan pembungaan relatif lebih cepat. Faktor luar yang mempengaruhi yakni intensitas penyinaran cahaya matahari pagi, suhu, kelembaban udara, kebutuhan air, pupuk, serta kecocokan tempat dan media tumbuh, sirkulasi udara, repotting dan serangan hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, teknik budi daya anggrek terutama dalam hal perawatan tanaman perlu diperhatikan sekali agar proses pertumbuhannya dapat dipacu guna meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman anggrek.

Anggrek tergolong anggota famili “Orchidaceae”,dimana merupakan salah satu famili bunga-bungaan yang paling besar, memiliki kurang lebih 43.000 spesies dari 750 generasi yang berbeda. Menurut berbagai informasi diperoleh keterangan lebih kurang sekitar 5.000 spesies anggrek di antaranya terdapat di indonesia dengan penyebaran hampir di seluruh Nusantara. Tanaman anggrek itu sendiri memiliki bermacam fungsi, diantaranya yang paling utama yakni sebagai tanaman hias yang dinikmati keindahan bunganya karena setiap jenis bunga anggrek memiliki bentuk, corak, warna dan wangi yang khas sehingga semua orang tidak jenuh untuk menikmatinya. Selain itu tanaman anggrek juga diambil bunganya untuk dicampur dalam pembuatan aneka produk kecantikan dan kesehatan bagi masyarakat luas.

Anggrek Bulan Lokal (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga yang sangat indah sekali, masih merupakan anggrek spesies atau dikenal dengan anggrek alam (lokal), karena mengingat penyebaran terbanyak ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Anggrek Bulan ini juga bermanfaat sebagai hiasan taman dan rumah yang dinikmati keindahannya. Anggrek ini tergolong jenis epifit yakni menempel di pohon untuk mendapatkan sari makanan akan tetapi tidak merugikan sama sekali bagi inangnya. Anggrek bulan ini tidak suka terlalu lembab atau bahkan kering, karena masih tergolong anggrek alam, maka perlakuannya jika dikoleksi harus disesuaikan dengan kondisi alam asli tempat hidupnya demi kelangsungan hidup dan kecepatan berbunga. Phalaenopsis amabilis ini sekarang sangat langka, jarang dijumpai karena plasma nutfahnya sudah banyak yang diambil untuk dijadikan indukan persilangan dengan jenis anggrek alam lainnya.

Sebagai komoditas bisnis, Anggrek Phalaenopsis amabilis ini pernah menduduki rangking atas dalam perdagangan tanaman anggrek, karena harganya yang relatif terjangkau namun memiliki sosok bunga yang sangat indah dan bahkan bunganya tahan sampai kisaran hampir 6 bulan. Pada era sebelum ditemukannya atau baru sedikit ditemukannya anggrek silangan, Phalaenopsis amabilis inilah yang mendominasi pasar anggrek nasional. Sampai sekarang pun jenis Phalaenopsis amabilis ini masih banyak sekali peminatnya karena harganya masih relatif terjangkau.

Untuk saat ini pasar anggrek Nasional masih tetap stabil dan akan terus stabil sampai selamanya karena tanaman anggrek ini yang dinikmati adalah bunganya dan para penyilang anggrek itu sendiri hampir setiap waktu membuat silangan-silangan baru untuk mempertahankan kestabilan pasar dalam segi bisnis anggrek itu sendiri. Di Indonesia sendiri juga terdapat “PAI“ (Perhimpunan Anggrek Indonesia) dimana disitu merupakan ajang berkumbul, bertemu, berbisnis para penyilang, petani, pembenih dan pedagang tanaman anggrek itu sendiri dari seluruh penjuru Indonesia, dan tidak menutup kemungkinan untuk Asia Tenggara, khususnya Thailand. Maka dari itu dapat dilihat bahwa prospek bisnis anggrek sangatlah menjanjikan untuk masa depan dan sangat menguntungkan untuk dijadikan aset berharga bagi Negara Indonesia khususnya.

Penulis : Virnanto

Sumber : http://matematikacerdas.wordpress.com/


www.jendelahewan.blogspot.com

Minggu, 12 Juni 2011

Teknik dan Cara Budidaya Anggrek

Kita mengenal Tulip sebagai bunga khas Belanda, Indonesia juga terkenal akan bunga anggrek sebagai ciri khas bunga asli Indonesia. Indonesia memiliki berbagai macam jenis anggrek, dari mulai anggrek yang sering dibudidayakan hingga anggrek hutan yang masih banyak terdapat di hutan-hutan tropis Indonesia. Namun ternyata pengetahuan tentang budidaya anggrek masih sedikit sekali di miliki oleh para petani bunga di Indonesia. Bahkan teknik dan cara budidaya anggrek hanya sesuatu yang turun menurun tanpa di sertai pembaharuan ilmu pengetahuan. Ulasan tantang teknik dan cara budidaya anggrek masih terlampau sedikit untuk negara asal bunga Anggrek.

Di Indonesia anggrek telah di budidaya kan sejak 50 tahun silam, sedangkan anggrek sendiri telah di kenal sejak 200 tahun silam. terdapat beberapa jenis anggrek di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Untuk dapat mememahami teknik dan cara budidaya anggrek perlu di ketahui tentang sifat hidup anggrek.

Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
- Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
- Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
- Anggrek tanah / anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.

Anggrek memiliki manfaat selain sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas juga anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut. Tanaman anggrek banyak di tanam di Eropa terutama Inggris, sedangkan di Asia adalah Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra ataupun di Irian Jaya.
Teknik dan cara budidaya anggrek perlu mengetahui iklim yang paling sesuai untuk anggrek.

Iklim yang berpengaruh dalam Teknik dan cara budidaya anggrek adalah:
- Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.
- Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
- Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhu udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
- Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.

Mengetahui iklim yang paling sesuai bagi anggrek dapat memperkaya teknik dan cara budidaya anggrek bagi petani bunga.

Teknik dan cara budidaya anggrek juga mengenalkan kepada kita jenis-jenis media sebagai tempat tumbuh anggrek. karena anggrek tidak berdiri sendiri, anggrek merupakan bunga hias berupa benalu yang hidup dan berkembang dari tanaman ataupun benda lain. Media tumbuh anggrek yaitu ;

Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
- Serat Pakis yang telah digodok.
- Kulit kayu yang dibuang getahnya.
- Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
- Ijuk.
- Potongan batang pohon enau.
- Arang kayu.
- Pecahan genting/batu bata.

Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.

Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang/daun-daunan.

Media untuk anggrek Terrestria.
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.
Media untuk anggrek semi Terrestria

Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah yang dipakai adalah 5,2.

Untuk mencapai keberhasilan dan kematangan dalam teknik dan cara budidaya anggrek adalah ketinggian Tempat. Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
- Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
- Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
- Dendrobium phalaenopsis
- Onchidium Papillo
- Phaphilopedillum Bellatum
- Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl)
- Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15-21 derajat C, pada malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.
- Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl)
- Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9-15 derajat C pada malam hari, dengan ketinggian ≥ 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

Teknik dan Cara Budidaya Anggrek terkait langsung dengan kualifikasi dan kualitas bibit yang digunakan

Persyaratan Bibit : Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.

Penyebaran Biji : Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek sebagai berikut:

Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
Mensterilkan biji

Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang dan diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2-3 kali).

Di dalam Teknik dan Cara Budidaya Anggrek perlu di perhatikan proses Penyebaran biji anggrek : Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampu spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang telah terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan alas makanan yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.

Teknik Penyemaian Benih sangat di perlukan untuk menambah keahlian dalam Teknik dan Cara Budidaya Anggrek :
- Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yang kosong berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.
- Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak berwarna agar dapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat.
- Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi atau terkontaminasi.
- Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari bakteri/jamur dengan kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapas dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
- Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
KH2PO4 : 0,25 gram
MgSO47H2O : 0,25 gram
(NH4)2SO4 : 0,25 gram
Saccharose : 20 gram
FeSO4 4H2O : 0,25 gram
MnSO4 : 0,0075 gram
Agar-agar : 15-17,5 gram
Aquadest : 1000 cc
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH meter/kertas pH ekstil/Indikator Paper.
Sterilisasi dengan cara dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110 derajat C selama setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada tempat bersih, dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2-2/3 tinggi botol (dari alas sampai ke leher botol) dan didiamkan selama 5-7 jam untuk mengetahui sterilisasi yang sempurna.

Point lain dalam Teknik dan Cara Budidaya Anggrek adalah Pemindahan Bibit : Setelah tanaman di dalam botol berumur 9-12 bulan terlihat besar, tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang. Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5-30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai terlebih dulu dicuci bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:

Urea atau ZA : 0,50 mg
DS, TS atau ES : 0,25 mg
Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
Air : 1000 cc

Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuran unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk kandang yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1. Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacang tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24 jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari. Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu dipadatkan).

Pemindahan bibit anggrek ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botol dengan memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan kawat bersih berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit baru ditanam.

Pemindahan dari Pot Penyemaian : Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4-6 cm, yang berisi potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot.

Pengolahan Media Tanam termasuk dalam strategi Teknik dan Cara Budidaya Anggrek : Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:

Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman).Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah dan akarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk kandang yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot.
Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam. Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapis batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari dari kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yang ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu rangkaian.

Teknik Penanaman dalam Teknik dan Cara Budidaya Anggrek :

Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman anggrek,yaitu:

Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
Anggrek tanah/anggrek Terrestris.

Teknik dan Cara Budidaya Anggrek Juga harus mengetahui proses Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman Anggrek : Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat yang disesuaikan dengan jenis anggrek, yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
Penyiangan Anggrek : Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai jenis anggrek.
Pemupukan Anggrek : Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya.

Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :

Pemupukan untuk bibit Anggrek (seedlings) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupuk ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat (K2SO4).

Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:
1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air
2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air

Pemupukan Anggrek untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan tambahan pupuk, maka dapat dususun sendiri pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara misalnya :
1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air
2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air

Pemupukan Anggrek untuk ukuran berbunga (flowerings-size) Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1.

Teknik pemberian pupuk buatan untuk anggrek adalah:

Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan secara hati- hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yang menyebabkan daun/batang tadi dapat terbakar.
Disiramkan, yang mana anggrek dapat menyerap air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana.
Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.
Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau.

Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yang mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.

Pengairan dan Penyiraman Tanaman Anggrek : Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:

Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH yangbaik sekitar 5,6-6.
Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral dari tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus diperhatikan pHnya.
Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk menyiraman.
Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin cukup baik.

Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram. Adapun macam isian pot dan sifat diuraikan sebagai berkut:

Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah menguapkan air dan sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan air sehingga tidak mudah untuk lumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak dan untuk siraman lebih sedikit.
Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk digunakan di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di daerah dingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.
Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang coklat dan lunak lebih mudah menyerap dan menahan air.
Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk penyerapan air, mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil dan jika potongan kecil penyerapan air lebih banyak.

Bagi tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.

Waktu Penyemprotan Pestisida Bagi Tanaman Anggrek : Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan dosis yang digunakan untuk hama antara lain:

Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun
Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu
Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air
Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air

Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:

Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.
Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter air atau 6-8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tanaman anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu dan diulang satu minggu sekali.

Teknik dan Cara Budidaya Anggrek perlu di pelajari bagi para petani anggrek. Teknik dan Cara Budidaya Anggrek yang baik akan memperbaiki produkstivitas dan hasil yang di peroleh bagi petani anggrek. Teknik dan Cara Budidaya Anggrek ini di sajikan untuk kepentingan kemajuan petani anggrek Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta Penebar Swadaya IKAPI 219 hal.
Tim Red. Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal.
Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M. Nurcahyo, Penerbar Swadaya 1993
Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987, 63 hal.
Merawat Anggrek , Sutarni M. Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal. Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS


www.jendelahewan.blogspot.com