Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kerang Mutiara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kerang Mutiara. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Juli 2012

Pelecypoda Mollusca : Kerang Penghasil Mutiara

Hewan ini memiliki dua katup/valve (bi = dua, valve = katup) yang dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia.
* Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan (Kerang Cs) : memiliki sepasang cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang).
* Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda.
* Hewan yang masuk kedalam kelompok ini termasuk berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di dalam bivalvia sebenarnya sangat luas.
* Kerang-kerangan banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia sejak zaman purba.
* Dagingnya dimakan sebagai sumber protein (First class protein). Cangkangnya dimanfaatkan sebagai perhiasan, bahan kerajinan tangan, Nisan kubur, serta alat pembayaran pada masa lampau.
* sebagai perhiasan misalnya pada kalung mutiara yang dihasilkan oleh beberapa jenis tiram Meleagrina margaritivera (kerang mutiara).
* Pemanfaatan modern juga menjadikan kerang-kerangan sebagai biofilter terhadap polutan (Bioremediasi)
* Bivalvia yang mempunyai dua cangkok ini, cangkoknya dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya (lihat gambar cara membuka menutupnya)

* Cangkok / cangkang ini berfungsi untuk melindungi tubuh karena tidak menghasilkan zat tinta seperti temennya Chepalopoda
* Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis, di bagian anterior ditemukan umbo (bagian yang membesar/menonjol) dan dibagian posterior berupa punggung.
* Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot.
* Kakinya pipih menyerupai kapak yang pipih (Pelecypoda) yang dapat dijulurkan ke luar, sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki).berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. OK

* Cangkok tersusun dari zat kapur dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Periostrakum (luar)
2. Prismatik (tengah, tebal)
3. Nakreas (dalam, disebut pula sebagai lapisan mutiara)

4. Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung warna gelap
5. lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma,
6. dan lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel textur warna mengkilat

* Pada tiram mutiara (Meleagrina margaritivera), jika di antara mantel dan cangkangnya kemasukan benda asing seperti pasir, lama-kelamaan mengeras akan terbentuk mutiara. Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas yang dikeluarkan dari rongga mantel pembungkus tubuhnya.

* Dari hasil riset inilah kemudian dikembangkan pembuatan mutiara dengan memperkosa kerang mutiara dimasuki benda asing secara sengaja diantara mantel dan lapisan nakreasnya. Dan bahkan sekarang para kerang mutiara ini diberi makanan yang mengandung pigmen sehingga hasil ekskresinya menjadi mengandung pigmen, dan tentu mutiara yang terbentuk menjadi bervariasi warna warni dan ngejreng OK

* Hewan Bivalvia bersifat kosmopolitan bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur yang digunakan untuk membuat cangkoknya.
* Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang (branchia), maka kerang juga disebut Lamelibranchiata
* Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air
* Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air.
* Makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll.
* Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
* Kelompok Kerang hijau, mutiara hidup di laut, sedang jenis Remis (kerang air tawar) hidup di air tawar

Struktur dalam kerang air tawar (Remis)
* Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua.
* Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal.
* Untuk memudahkan memahami daur hidup Bivalvia dapat digambarkan melalui contoh daur hidup kerang air tawar pada


Diagram daur hidup kerang air tawar

* Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium.
* Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial.
* Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan.
* Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium.
* Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak.
* Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista.
* Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda.
* Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.

System Syaraf

* Sistem saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan.
* Tiga ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan ganglion posterior hal ini sama juga ditemukan pada Gastropoda

Contoh jenis dari kelas tersebut adalah kerang-kerangan, misalnya:
* Mytilus viridis (kerang hijau)
* Anadara granosa (kerang darah)
* Asaphis derlorata (remis )
* Meleagrina margaritivera (kerang mutiara)
* Tridagna gigas (kima)

SKETSA PELECYPODA BIVALVIA



Terima Kasih telah Membaca Sebuah Artikel Tentang PELECYPODA MOLLUSCA Teman Teman Bisa Menemukan Artikel PELECYPODA MOLLUSCA Ini Melaui URL Berikut http://biologi-news.blogspot.com/2010/12/pelecypoda-mollusca.html, Silahkan Copy Paste Atau bagikan Artikel PELECYPODA MOLLUSCA Ini, Jika Menurut Teman Teman Artikelnya Menarik dan Bermanfaat, Namun Jangan Lupa Untuk MencantumkanPELECYPODA MOLLUSCA sumbernya yaa


www.jendelahewan.blogspot.com

Kamis, 26 Juli 2012

Mengenal Budidaya Kerang Mutiara

Mutiara sebenarnya terbentuk akibat respon dari tiram untuk menolak kesakitan oleh akibat masuknya benda asing kedalam tubuhnya. Mutiara dari laut dapat diketemukan pada tiram, sedangkan mutiara dari perairan tawar pada kerang atau kijing. Pada dasarnya mutiara perairan laut berhubungan erat dengan tiram dan genus pinctada dan pada perairan tawar pada genus Onio. Banyak jenis tiram yang dapat memproduksi benda keras dalam tubuhnya, tetapi sedikit yang dapat digolongkan sebagai batu permata mutiara. Pada dua cangkang (kulit tiram) tiram jenis Pinctada terdapat bermacam-macam lapisan. Lapisan induk mutiara, berada pada cangkang bagian dalam. Jika terdapat partikel benda asing yang menyakitkan misalnya sebutir pasir maka organ tubuh tiram yang disebut mantel akan mulai melapisi dengan “nacre” pelindung (lapisan induk mutiara) ke sekelilingnya, hasilnya mungkin akan menjadi sebutir mutiara. Jika partikel dapat dilapisi oleh mantel secara menyeluruh, hasil mutiara kelak akan berbentuk bundar bagus.

Mutiara itu dibentuk oleh lapisan yang mengelilingi penyebab sakitnya secara konsentris. Lapisan tersebut terdiri dari mineral yang diproduksi oleh tiram; tetapi bila lapisan terluarnya tidak terdiri dari nacre, mutiara tidak akan memperlihatkan warna-warni yang menggairahkan yang biasa disebut “orient” yang membuat mutiara mempunyai harga yang tinggi dan indah.

Dibawah orient disebut “overtone”,adalah warna tubuh atau warna latar belakang dari mutiara. Overtone berupa suatu sinar pantul yang datang dari permukaan mutiara, dengan warna yang bermacam-macam: ungu, hijau, kuning, merah jambu (pink) dan jingga (oranye). Pada dasarnya warna tubuh mutiara dibagi menjadi tiga: putih, hitam dan “berwarna” termasuk merah, kuning, pelangi, violet, biru abu-abu dan brons, biru tua, hijau biru dan hijau dengan kilau mekanik. Termasuk dalam warna putih termasuk krem, merah muda dan kuning merah (keduanya dengan overtone piks), juga mutiara yang biasa disebut sebagai mutiara “indah” yaitu mutiara yang selalu memiliki tiga warna sekaligus berupa overtone krem,merah bunga mawar dan biru atau hijau.

Untuk saat ini tiram adalah penghasil (produsen) mutiara dari laut dan lebih lanjut produsen mutiara dari laut dan lebih lanjut produsen mutiara alam dunia yang utama dari teluk Persia antara Arap Saudi dan Iran. Hanya sekitar 1 dari 40 tiram yang kemungkinan berisi mutiara dan jumlah tiram yang diketemukan dati tahun ketahun semakin menurun. Dari teluk Persia mutiara diangkut ke Bombay, di tempat ini mutiara-mutiara tersebut dicuci dengan mencelupkannya kedalam Hidrogen peroksida kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah disorter dan dibor, jenis-jenis terbaik dijual kepada pedagang-pedagang dari negara barat, banyak mutiara-mutiara tersebut tampil di Paris dan Amerika Serikat. Paris adalah penyebaran utama mutiara dan Bombay adalah pusat perantara untuk mutiara dari teluk Persia.

Mutiara yang bagus juga datang dari Sri Lanka, australia, Jepang, Mexiko, Panama, Venezuela dan Tahiti. Mutiara ini dari perairan tawar didapatkan dari sungai Missisippi dan anak-anak sungainya, juga dari Skotlandia dan China.

Bentuk mutiara diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk bundar, bentuk bulat, bentuk bulat telur, bentuk air mata, bentuk kancing baju, bentuk boroque (seluruh bentuk yang tidak biasa selain yang telah diberi nama tersebut diatas), bentuk gotri (bentuk baroque, tetapi dengan kilauan yang sedikit); mutiara biji (bentuknya ttidak simeteris dan sangat kecil), mutiara debu (terlalu kecil untuk digunakan sebagai batu permata) dan mutiara blister (bentuk mutiara yang menempel dicangkang).

Nilai dari sebutir mutiara didasarkan pada: warna, kilau, translusensi, tekstur, bentuk dan ukuran. Mutiara yang terbaik akan memiliki warna asli dari mutiara, overtone yang kuat dengan kemilau yang tinggi; semi translusensi yang kuat, tidak rentak, tergores, dan penyok atau cacat, bentuk bundar, ukurannya besar. Nilai dari sebutir mutiara yang dapat diperkirakan dengan menduga dengan suatu harga dasar dengan kuadrat dari beratnya, sehingga dengan suatu penambahan ukuran yang sedikit mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilainya. Penilaian terhadap mutiara akan lebih kompleks dari pada terhadap berlian. Mutiara yang besar lebih jarang ada dibanding dengan berlian yng besar. Hanya dengan latihan dan pengalaman yang luas dan banyak, seseorang akan dapat melihat kualitas mutiara dengan baik.

MUTIARA PELIHARAAN

Mutiara pemeliharaan pada dasarnya adalah suatu hasil produksi abat ke 20. Beberapa orang telah mencoba mengembangkan cara untuk memproduksi mutiara, Nishikawa, Mise dan Mikimoto adalah nama-nama tenar untuk masalah ini. Setelah mendapatkan cara penempatan inti yang paten, Miki moto merupakan penguasa dalam industri mutiara peliharaan.

Mutiara peliharaan diproduksi dengan memasukkan butiran manik-manik yang terbuat dari kulit cangkang tiram mutiara pada bagian dari lapisan induk mutiara kepada lapisan mantel yang mengeluarkan lapisan mutiara. Tiram memperlakukan manik-manik tersebut sebagai penyakit dan menyelimutinya dengan lapisan nacre. Jadi perbedaan dasar mutiara alam dan peliharaan adalah partikel dan ukurannya, yang masuk dalam tubuh tiram secara alami dan dibuat oleh manusia serta cara terjadinya.

Mutiara blister diproduksi dengan memasukkan separuh manik-manik, ditempelkan di dinding cangkang bagian dalam. Setelah lapisan nacre menyelimuti manik-manik, bentuk yang terjadi tersebut dan lapisan nacre lainnya yang telah dibentuk melengkung, ditempelkan kebagian dasar dari manik-manik. Hasilnya juga disebut sebagai mutiara”mabe”.

Mutiara “biwa” diproduksi dari danau Biwa Jepang menggunakan kijing air tawar. Mutiara biwa bentuknya tidak teratur, tetapi memiliki orient dan warna yang bagus. Perbedaan mutiara biwa dengan yang lainnya adalah bahwa mutiara biwa tidak memiliki inti atau nukleus; sebagai pengganti manik-manik, mantel empat persegi dimasukkan kedalam organ tubuh kijing, syarat pemeliharaannya memakan waktu tiga tahun.

Sumber : http://pusatmutiara.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Selasa, 24 Juli 2012

Sistem Grading atau Pengujian Kualitas Mutiara

Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh:
1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal.
Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter,
2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara,
3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya,
4) permukaannya tidak cacat, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan
5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.

Beberapa langkah sebelum pengujian mutiara adalah dengan meyakinkan bahwa mutiara itu palsu atau tidak? Karena harga mutiara relatif mahal sehingga kemungkinan pemalsuan juga dilakukan. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menghasilkan mutiara yang serupa dengan aslinya. Bahannya pun bervariasi dari jenis batuan tertentu, kaca, plastik, dan bahkan bagian dari cangkang kerang. Mutiara juga disortir apakah mutiara itu terbungkus nacre (nacreous) atau tidak (non nacreous)? Apakah mutiara itu terbentuk alami atau hasil budidaya? Mutiara yang terbungkus nacre adalah mutiara yang umum beredar di pasaran dan mayoritas adalah mutiara hasil budidaya. Sangat kecil kemungkinan mutiara alami (dan terbungkus nacre) beredar di pasaran dengan harga murah. Sayangnya, masih sangat sulit membedakan antara mutiara yang tak terbungkus nacre dengan mutiara yang dibentuk dari cangkang kerang, karena keduanya memiliki komposisi yang sama. Namun peminat mutiara tanpa nacre memang masih sedikit disamping selama ini kegiatan budidayanya baru dijajaki (khusus beberapa mutiara eksotis dari beberapa siput). Parameter tambahan lain yang jadi bahan pertimbangan pemilihan mutiara adalah dari mana mutiara itu berasal. Apakah mutiara itu adalah mutiara air tawar atau mutiara air laut? Pengelompokkan juga terjadi dalam produk mutiara laut, apakah mutiara itu adalah mutiara Akoya atau South sea atau Tahiti (yang beberapa kalangan juga menggolongkan sebagai bagian dari mutiara south sea)? Pengetahuan ini memang dibutuhkan mengingat mutiara air tawar relatif lebih murah dibandingkan mutiara air laut.

Bahkan untuk mutiara air laut juga terdapat pengelompokkan harga menurut jenis mutiaranya, mutiara Akoya relatif lebih murah dibandingkan mutiara Tahiti dan apalagi South sea. Perbandingan harga mutiara dengan kualitas kilau yang sama antara mutiara Akoya dan South sea (misalnya) bisa sangat jauh apalagi dibandingkan antara mutiara South sea dan mutiara air tawar. Indonesia semestinya bersyukur karena mutiara South Sea banyak diproduksi dari perairan Indonesia. Walaupun sejauh ini nilai kualitas mutiara yang diproduksi masih lebih rendah dengan jenis mutiara sama yang diproduksi Australia.

Setelah melewati beberapa proses di atas, mutiarapun diuji menurut sistem grading yang berlaku. Ada dua pemahaman atau aliran yang selama dipakai untuk kualifikasi kelas mutiara: AAA-A (AAA kualitas terbaik, A kualitas buruk) dan A-D (A kualitas terbaik, D kualitas buruk). Sayang sekali fleksibilitas masih sangat tinggi dalam pengkategorian kelas mutiara. Pemahaman setiap orang berbeda-beda dalam menempatkan kelas mutiara dengan karakteristik tertentu ke kategori yang disarankan.

Sederhananya, pihak X mengkategorikan sebuah mutiara memiliki kualitas AAA namun pihak Y mengkualifikasinya dalam kategori AA, dst. Bahkan ada penjual mutiara yang menambah-nambahkan dengan mengkategorikan mutiaranya sebagai AAAA atau AAA+ sehingga bahkan untuk dua aliran grading di atas (AAA-A dan A-D) sering diubah sekehendak hati. Kualifikasi menurut AAA-A adalah kualifikasi yang terbentuk lebih dahulu. Sistim kualifikasi ini banyak dipakai untuk mengkualifikasi mutaira Akoya dan mutiara air tawar. Mutiara akoya adalah mutiara air laut hasil budidaya pertama (lihat artikel lainnya). Sementara sistem kualifikasi A-D lebih dikenal sebagai sistem kualifikasi Tahitian karena awalnya dipakai untuk kualifikasi mutiara Tahiti dan akhirnya South Sea. Namun, kualifikasi AAA-A juga bukan hanya untuk mutiara Akoya dan mutiara air tawar tapi juga sering diaplikasikan ke jenis mutiara lain (Tahiti dan South sea).

Secara detail, kualifikasi mutiara menurut sistem AAA-A adalah sebagai berikut (sumber: http://www.pearl-guide.com/pearl-grading.shtml)
* AAA: Mutiara kualitas terbaik, tanpa bercak. Sangat berkilau dan setidaknya 95% permukaan tak cacat.
* AA: Sangat berkilau dan 75% permukaan tak cacat.
* A: Mutiara perhiasan kelas terendah, kilau kurang dan >25% permukaan mutiara bercacat

Sedangkan sistem A-D adalah sebagai berikut:
* A: Mutiara kualitas terbaik, sangat berkilau, sedikit cacat <10%>
* B: Sangat berkilau atau kilau sedang. Terlihat sedikit cacat namun tak lebih 30% dari luas permukaan
* C: Kilau sedang, cacat permukaan tak lebih 60%
* D: Memiliki cacat sedikit namun tak dalam dan tak lebih 60% dari luas permukaan

Sekali lagi, kedua sistem kualifikasi mutiara ini sangat terbuka akan interpretasi mengingat banyak faktor lain yang juga menjadi bahan pertimbangan dalam uji kualitas mutiara.

Sumber : http://mutiara-mutiara.blogspot.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Sistem Grading atau Pengujian Kualitas Mutiara

Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh:
1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal.
Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter,
2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara,
3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya,
4) permukaannya tidak cacat, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan
5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.

Beberapa langkah sebelum pengujian mutiara adalah dengan meyakinkan bahwa mutiara itu palsu atau tidak? Karena harga mutiara relatif mahal sehingga kemungkinan pemalsuan juga dilakukan. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menghasilkan mutiara yang serupa dengan aslinya. Bahannya pun bervariasi dari jenis batuan tertentu, kaca, plastik, dan bahkan bagian dari cangkang kerang. Mutiara juga disortir apakah mutiara itu terbungkus nacre (nacreous) atau tidak (non nacreous)? Apakah mutiara itu terbentuk alami atau hasil budidaya? Mutiara yang terbungkus nacre adalah mutiara yang umum beredar di pasaran dan mayoritas adalah mutiara hasil budidaya. Sangat kecil kemungkinan mutiara alami (dan terbungkus nacre) beredar di pasaran dengan harga murah. Sayangnya, masih sangat sulit membedakan antara mutiara yang tak terbungkus nacre dengan mutiara yang dibentuk dari cangkang kerang, karena keduanya memiliki komposisi yang sama. Namun peminat mutiara tanpa nacre memang masih sedikit disamping selama ini kegiatan budidayanya baru dijajaki (khusus beberapa mutiara eksotis dari beberapa siput). Parameter tambahan lain yang jadi bahan pertimbangan pemilihan mutiara adalah dari mana mutiara itu berasal. Apakah mutiara itu adalah mutiara air tawar atau mutiara air laut? Pengelompokkan juga terjadi dalam produk mutiara laut, apakah mutiara itu adalah mutiara Akoya atau South sea atau Tahiti (yang beberapa kalangan juga menggolongkan sebagai bagian dari mutiara south sea)? Pengetahuan ini memang dibutuhkan mengingat mutiara air tawar relatif lebih murah dibandingkan mutiara air laut.

Bahkan untuk mutiara air laut juga terdapat pengelompokkan harga menurut jenis mutiaranya, mutiara Akoya relatif lebih murah dibandingkan mutiara Tahiti dan apalagi South sea. Perbandingan harga mutiara dengan kualitas kilau yang sama antara mutiara Akoya dan South sea (misalnya) bisa sangat jauh apalagi dibandingkan antara mutiara South sea dan mutiara air tawar. Indonesia semestinya bersyukur karena mutiara South Sea banyak diproduksi dari perairan Indonesia. Walaupun sejauh ini nilai kualitas mutiara yang diproduksi masih lebih rendah dengan jenis mutiara sama yang diproduksi Australia.

Setelah melewati beberapa proses di atas, mutiarapun diuji menurut sistem grading yang berlaku. Ada dua pemahaman atau aliran yang selama dipakai untuk kualifikasi kelas mutiara: AAA-A (AAA kualitas terbaik, A kualitas buruk) dan A-D (A kualitas terbaik, D kualitas buruk). Sayang sekali fleksibilitas masih sangat tinggi dalam pengkategorian kelas mutiara. Pemahaman setiap orang berbeda-beda dalam menempatkan kelas mutiara dengan karakteristik tertentu ke kategori yang disarankan.

Sederhananya, pihak X mengkategorikan sebuah mutiara memiliki kualitas AAA namun pihak Y mengkualifikasinya dalam kategori AA, dst. Bahkan ada penjual mutiara yang menambah-nambahkan dengan mengkategorikan mutiaranya sebagai AAAA atau AAA+ sehingga bahkan untuk dua aliran grading di atas (AAA-A dan A-D) sering diubah sekehendak hati. Kualifikasi menurut AAA-A adalah kualifikasi yang terbentuk lebih dahulu. Sistim kualifikasi ini banyak dipakai untuk mengkualifikasi mutaira Akoya dan mutiara air tawar. Mutiara akoya adalah mutiara air laut hasil budidaya pertama (lihat artikel lainnya). Sementara sistem kualifikasi A-D lebih dikenal sebagai sistem kualifikasi Tahitian karena awalnya dipakai untuk kualifikasi mutiara Tahiti dan akhirnya South Sea. Namun, kualifikasi AAA-A juga bukan hanya untuk mutiara Akoya dan mutiara air tawar tapi juga sering diaplikasikan ke jenis mutiara lain (Tahiti dan South sea).

Secara detail, kualifikasi mutiara menurut sistem AAA-A adalah sebagai berikut (sumber: http://www.pearl-guide.com/pearl-grading.shtml)
* AAA: Mutiara kualitas terbaik, tanpa bercak. Sangat berkilau dan setidaknya 95% permukaan tak cacat.
* AA: Sangat berkilau dan 75% permukaan tak cacat.
* A: Mutiara perhiasan kelas terendah, kilau kurang dan >25% permukaan mutiara bercacat

Sedangkan sistem A-D adalah sebagai berikut:
* A: Mutiara kualitas terbaik, sangat berkilau, sedikit cacat <10%>
* B: Sangat berkilau atau kilau sedang. Terlihat sedikit cacat namun tak lebih 30% dari luas permukaan
* C: Kilau sedang, cacat permukaan tak lebih 60%
* D: Memiliki cacat sedikit namun tak dalam dan tak lebih 60% dari luas permukaan

Sekali lagi, kedua sistem kualifikasi mutiara ini sangat terbuka akan interpretasi mengingat banyak faktor lain yang juga menjadi bahan pertimbangan dalam uji kualitas mutiara.

Sumber : http://mutiara-mutiara.blogspot.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Minggu, 22 Juli 2012

Budidaya Kerang Mutiara

Sebagaimana namanya, mutiara hasil budidaya melewati serangkaian proses dengan campur tangan manusia. Walaupun sebagian besar waktu pembentukan mutiara budidaya berada di dalam kerang, namun manusia berperan penting dalam meyakinkan bahwa mutiara di dalam kerang itu terbentuk sesuai keinginannya. Sejak proses penyisipan bahkan jauh sebelum proses ini berlangsung, untuk meyakinkan bahwa mutiara budidaya terbentuk dengan baik, kerang-kerang yang layak disisip telah diseleksi dengan baik. Walaupun toh pada akhirnya, sampai saat ini, produksi mutiara hasil budidaya kelas terbaik masih sangat minim dibandingkan dengan kelas di bawahnya.

Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini dikumpulkan dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor) yang diletakkan di laut. Material dan model kolektor ini bervariasi. Material kolektor bisa berasal dari alam seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan seperti kain dan plastik. Sementara modelnya bervariasi dari bentuk sapu sampai ke bentuk panel.

Prinsipnya adalah menyediakan substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja yang menempel di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran yang bisa dikenal sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga memungkinkan spat bertumbuh dengan leluasa.

Setelah itu, jenis yang akan dibudidayakan diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan memotong bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa. Mereka juga rentan terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di luar air. Kerang muda ini dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang leluasa bagi mereka untuk bertumbuh. Lewat pemahaman ini, pengetahuan akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di perairan sangat dibutuhkan sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang mutiara yang membutuhkan suplai bibit dari alam.

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara budidaya saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit hasil hatchery. Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive breeding yaitu pada prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk. Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan pada melihat pertumbuhan kerang dibandingkan kerang seusianya, morfologi dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang. Mengingat tujuan kebanyakan budidaya komersial dari kerang mutiara adalah memproduksi mutiara bulat, sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang menciptakan ruang yang besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu pertimbangan untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik dijadikan sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan.

Dalam proses perbanyakan dengan sistem hatchery. Induk kerang mutiara biasanya diseleksi apabila kondisinya sudah mencapai matang gonad. Caranya adalah dengan membuka cangkang dengan shell opener dan memeriksa bagian gonad dengan terlebih dahulu mengibaskan insang yang menutupi areal bagian dalam kerang. Gonad biasanya langsung terlihat pada kerang matang gonad saat insang dikibaskan karena bagian gonad ini memakan tempat yang cukup besar dengan warnah cerah mencolok. Untuk kerang betina biasanya warna gonadnya adalah krim cerah sedangkan jantan adalah putih. Untuk membedakan gonad kedua kelamin kerang memang diperlukan latihan yang berulang-ulang mengingat kadangkala warna gonad jantan terlihat menyerupai warna betina, atau sebaliknya.

Sumber : http://mutiara-mutiara.blogspot.com/

www.jendelahewan.blogspot.com

Jumat, 20 Juli 2012

Bagaimana mutiara dihasilkan?

Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an. Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang, China dan Australia.

Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor.

Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.

Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.

Proses pembuatan mutiara

Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.

Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.

Mutiara hasil budidaya

Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil. Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi.

Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya. Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang.

Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain.

Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya. Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo. Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut.

Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akan ”menendang” keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti.

Sumber : http://mutiara-mutiara.blogspot.com/

www.jendelahewan.blogspot.com