Ayam mutiara (Guiena Fowl) merupakan unggas yang banyak dikembangbiakkan sebagai hewan hiasan. Karena Ayam mutiara memiliki bentuk tubuh dan warna bulu menarik untuk dilihat. Bulu-bulunya dihiasi dengan bintik-bintik seperti mutiara. Karena merupakan unggas hias, maka harga ayam mutiara lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga ayam konsumsi. Harga ayam mutiara bervariasi tergantung daerah masing-masing, berkisar antara 200 sampai 300 ribu satu pasang. Dengan makanan dan model pemeliharaan yang hampir sama dengan ayam kampung, bisnis budi daya ayam mutiara memiliki prospek yang lebih baik dan menguntungkan. Ayam mutiara sendiri banyak dijual dan dipasarkan di pasar burung.
Jenis Ayam Mutiara
Ayam mutiara memiliki banyak jenis yang dibedakan menurut warna-warna bukunya antara lain pearl (abu-abu), putih, Royal Purple,Violet, Coklat. Lavender dan lain-lain. Dalam perkembangannya ayam mutiara banyak dihasilkan oleh hasil cross-breeding antara ayam mutiara yang asli dengan ayam lain, sehinga ragam jenis ayam mutiara semakin banyak.
Ayam Mutiara Dewasa
Habitat Hidup Dan Model Kandang Ayam Mutiara
Ayam mutiara sebenarnya merupakan keluarga Burung (Aves) bukan ayam walau kemudian dikenal dengan nama Ayam Mutiara. Ayam ini berasal dari daratan Afrika yang di habitat aslinya hidup bergerombol pada sabana dan semak-semak. Meski dari kelompok burung, ayam mutiara tidak suka terbang tinggi dan lebih suka mencari makan di padang sabana. Karena itu dalam membudidayakan ayam mutiara model tempatnya bisa dibuat seperti halnya di alam aslinya.
Model kandang dibuat seperti kandang ayam pada umumnya, tetapi jika siang hari dilepas pada halaman/lahan terbatas yang tersedia pasir dan rumput. Selain itu kandang dan tempat bermain ayam mutiara harus cukup terkena sinar matahari agar bulu-bulu indah dan tidak lembab. Jika tersedia ayam mutiara lebih suka tidur pada malam hari pada tempat yang tinggi, karena itu pemberian tempat bertengger pada kandang sangat baik. Dengan tidur bertengger, ayam mutiara menjadi lebih sehat dan tahan terhadap penyakit.
Kandang ayam mutiara dewasa dengan ayam mutiara anakan juga berbeda, ayam mutiara dewasa relatif tahan terhadap perubahan suhu lingkungan. Akan tetapi pada ayam mutiara anakan diperlukan suhu ruangan yang cukup hangat karena bulu-bulunya belum cukup melindungi dari suhu dingin pada malam hari. Karena itu kandang yang cocok adalah kandang box yang diberi penghangat menggunakan lampu listrik. Pada pagi hari anakan mutiara perlu dijemur agar sehat dan kandang tidak lembab.
Menetaskan Ayam Mutiara
Salah satu cara mendapatkan ayam mutiara adalah dengan menetaskan dari telur, dengan membeli telur dan menetaskan sendiri kita lebih bisa mengamati perkembangan ayam sejak usia dini. Tetapi cara ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Cara menetaskan ayam mutiara bisa dilakukan dengan indukan ayam mutiara, indukan ayam kampung, entok dan dengan mesin tetas. Telur ayam mutiara yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu 28 hari. Konon ada perbedaan waktu menetas tergantung cross-breeding dengan ayam jenis apa.
Setelah telur ayam mutiara menetas, ditempakan pada ruangan yang cukup hangat dengan diberi lampu penghangat. Anakan ayam mutiara mirip dengan anakan ayam kalkun, sehinga agak sulit dibedakan. Setelah muncul bintik-bintik mutiara mulai dapat dengan mudah dibedakan dengan ayam kalkun. Pada usia dewasa ayam mutiara jantan sulit dibedakan dengan ayam mutiara betina, sehingga perlu kejelian dan pengalaman untuk membedakannya.
Anakan Ayam Mutiara
Makanan Ayam Mutiara
Pada dasarnya ayam Mutiara merupakan hewan omnivora atau bisa memakan apa saja. Di alam aslinya ayam mutiara memakan rumput, daun-daunan, serangga, cacing dan lain-lain. Untuk budidaya di rumah bisa diberikan makanan sisa nasi, bekatul, sisa sayuran dan makanan apa saja. Di dalam budi daya ayam mutiara secara intensif pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi setiap harinya dan perlu dihitung secara detail. Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan memberikan konsentrat, sayur-sayuran, bekatul dan lain-lain.
Seperti halnya beternak ayam jenis lainnya, pola pemberian makanan ayam mutiara berbeda-beda dalam setiap usianya. Pola pemberian makanan ayam mutiara anakan lebih banyak mengunakan konsentrat untuk starter, yang mengandung protein tinggi. Pada usia perkembangan diberikan makanan dengan kandungan konsentrat untuk grower dan pada usia dewasa lebih banyak makanan yang memicu telur dan keindahan tubuh. Bila anda memiliki pekarangan yang masih kosong dan ingin melengkapinya dengan satwa, mungkin pilihan bisa dijatuhkan pada ayam mutiara. Walaupun pekarangan tidak terlalu luas tetap memungkinkan untuk itu. Kenapa ayam mutiara..? karena ayam jenis ini cukup indah dan menyenangkan bila dipandang. Selain itu dari aspek pemeliharaan dan pemberian makanan cukup mudah.
Habitat dan Kebiasaan Hidup
Konon hewan ini berasal dari daratan Afrika yang banyak menghuni Savana dan semak belukar secara bergerombol. Di alam liar dalam satu gerombolan bisa mencapai ribuan ayam ini. Karena itulah sesungguhnya hewan ini tidak suka sendiri. Di habitat asalnya banyak memakan serangga dan tumbuh-tumbuhan. Karena itu kalau anda adalah peternak lebah, tidak disarankan memelihara ayam ini di areal peternakan lebah. Selain itu di beberapa kawasan pertanian hewan ini bisa digunakan sebagai semacam “watch dog” untuk menakut-nakuti rusa pemakan tanaman. Karena ia akan mengeluarkan suara yang keras dan berisik apabila ada hewan/orang asing memasuki kawasannya. Karena sebenarnya mereka termasuk dalam golongan burung (aves), ia bisa terbang walaupun lebih suka tinggal di tanah.
Salah satu trend produk bisnis / Peluang Usaha sekarang adalah sesuatu yang bersifat unik, termasuk salah satunya Ayam Mutiara. Meski tergolong baru, ayam mutiara kini mulai dilirik karena keindahan warna bulunya. Bila anda memiliki pekarangan yang masih kosong dan ingin melengkapinya dengan satwa, mungkin pilihan bisa dijatuhkan pada ayam mutiara. Walaupun pekarangan tidak terlalu luas tetap memungkinkan untuk itu. Kenapa ayam mutiara..? karena ayam jenis ini cukup indah dan menyenangkan bila dipandang. Selain itu dari aspek pemeliharaan dan pemberian makanan cukup mudah.
Jika di Indonesia ayam mutiara baru mulai dikenal, tetapi sebaliknya di luar negeri sudah lama dipelihara sebagai penghias halaman. Dalam perkembangannya juga terjadicross breding antara ayam mutiara asli dengan ayam lain. Sehingga saat ini ayam mutiara memiliki ragam warna yang sangat bervariasi, di antaranya terdapat jenis yang dinamakan pearl guinea (warna asli ayam mutiara yang didominasi warna abu-abu gelap dengan bintik putih merata di sekujur tubuh), white guinea, royal purple guinea, violet guinea, brown guinea, lavender guinea, dan lain-lain.
Salah satu pembudidaya ayam mutiara adalah Juwaidi. Pria yang tinggal di Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam itu mengenal ras ayam mutiara mulai tahun 2003. Pemilik Adina Agro Aceh, usaha peternakan ayam buras petelur dan ayam hutan Sumatera itu kebetulan memperoleh sepasang indukan dari salah seorang temannya dari Sumatera Utara. Selanjutnya, tahun 2007 ia memulai usaha penangkaran secara semi intensif. Saat ini ia sudah memiliki sekitar 20 ekor indukan ayam mutiara. “Karena bulunya indah dan masih langka didapatkan, jadi cocok jadikan bisnis.
Untuk masalah harga , Menurut penjual ayam mutiara Pak Nurnandung, harga ayam hias yang dijual di Pasar Burung Ngasem Jogyakarta. Ayam mutiara satu ekor berkisar Rp 250 ribu. Tiap liburan permintaan ayam hias meningkat. “Biasanya saat liburan ramai,” tambah Nurnandung. Ia menambahkan, tiap bulan omset penjualan ayam hias miliknya mencapai sekitar Rp 4 juta.Peminat ayam hias adalah wisatawan lokal. Mereka biasa berasal dari Jojakarta maupun luar kota seperti Klaten dan Purworejo. Keunikan bentuk yang relatif kecil tersebut memikat pembeli untuk memiliki ayam hias.
Sumber : http://www.suaramedia.com
www.jendelahewan.blogspot.com
Jumat, 30 September 2011
Makanan Untuk Kura-kura Brazil
Kura-kura Brazil termasuk hewan omnivora atau makan segala. Tetapi dalam pemberian pakan harus divariasi jenisnya agar nutrisi bagi kura-kura terpenuhi. Kura-kura brazil bayi biasa lebih suka memakan daging-dagingan, sedangkan Kura-kura brazil dewasa biasanya memakan hampir semua jenis pakan yang diberikan.
Berikut ini, merupakan beberapa variasi pakan yang dapat diberikan :
Sayuran
Sedapat mungkin kura-kura dipaksakan untuk mau makan sayuran, karena dapat memberikan keseimbangan antara kalsium dengan vitamin A dan K.
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu kerja bakteri di usus yang kemudian ditandai dengan mulut berdarah.
Beberapa jenis sayur yang dapat diberikan :
Kangkung, kacang polong, labu, daun selada, ubi jalar, tomat dan wortel
Sayur yang tidak dapat diberikan karena kandungan fosfor atau protein tinggi :
Brokoli, kubis, jamur, bayam, kacang tanah, seledri
Pelet
Pelet merupakan makanan yang paling mudah untuk diberikan dan dapat dibeli dibanyak tempat.
Namun pemberian pelet harus dibatasi dan diselingi oleh pemberian makanan yang lain, karena mengandung protein yang tinggi.
Buah
Kura-kura juga menyukai buah, namun pemberiannya tidak boleh terlalu sering karena dapat menyebabkan sering buang air besar.
Beberapa jenis buah yang dapat diberikan :
Pepaya, apel, pisang, melon, semangka, anggur, strawberry dan pear.
Serangga dan cacing
Kura-kura juga menyukai beberapa jenis serangga, sesekali makanan ini boleh diberikan, seperti :
Jangkrik, cacing tanah, laron dan ulat hongkong.
Jenis pakan yang harus dihindari adalah daging sapi, daging ayam ikan laut, karena dapat menyebabkan
kegemukan dan dapat menghambat penyerapan nutrisi, juga bisa mengandung virus salmonela
Kura-kura yang sehat yang akan selalu meminta-minta makanan, tetapi harus dibatasi karena dapat menyebabkan overfeeding.
Protein yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat, kematangan seksual terlalu dini,
pyramiding (bentuk karapas yang menguncup), dan bahkan kegagalan fungsi organ dalam.
Selain itu, kegemukan akan menyebabkan kura-kura susah bergerak dan kesulitan memasukkan organ tubuh ke dalam tempurung
Pemberian pakan yang ideal adalah sehari dua kali dengan porsi kecil.
Artikel tentang Kura-Kura Brazil lainnya:
Cara dan Tips Memilih Kura-kura Brazil yang Baik
Efek Perdagangan Kura-Kura Brazil
Pemeliharaan Kura-Kura Brazil
Source: www.kaskus.us
Berikut ini, merupakan beberapa variasi pakan yang dapat diberikan :
Sayuran
Sedapat mungkin kura-kura dipaksakan untuk mau makan sayuran, karena dapat memberikan keseimbangan antara kalsium dengan vitamin A dan K.
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu kerja bakteri di usus yang kemudian ditandai dengan mulut berdarah.
Beberapa jenis sayur yang dapat diberikan :
Kangkung, kacang polong, labu, daun selada, ubi jalar, tomat dan wortel
Sayur yang tidak dapat diberikan karena kandungan fosfor atau protein tinggi :
Brokoli, kubis, jamur, bayam, kacang tanah, seledri
Pelet
Pelet merupakan makanan yang paling mudah untuk diberikan dan dapat dibeli dibanyak tempat.
Namun pemberian pelet harus dibatasi dan diselingi oleh pemberian makanan yang lain, karena mengandung protein yang tinggi.
Buah
Kura-kura juga menyukai buah, namun pemberiannya tidak boleh terlalu sering karena dapat menyebabkan sering buang air besar.
Beberapa jenis buah yang dapat diberikan :
Pepaya, apel, pisang, melon, semangka, anggur, strawberry dan pear.
Serangga dan cacing
Kura-kura juga menyukai beberapa jenis serangga, sesekali makanan ini boleh diberikan, seperti :
Jangkrik, cacing tanah, laron dan ulat hongkong.
Jenis pakan yang harus dihindari adalah daging sapi, daging ayam ikan laut, karena dapat menyebabkan
kegemukan dan dapat menghambat penyerapan nutrisi, juga bisa mengandung virus salmonela
Kura-kura yang sehat yang akan selalu meminta-minta makanan, tetapi harus dibatasi karena dapat menyebabkan overfeeding.
Protein yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat, kematangan seksual terlalu dini,
pyramiding (bentuk karapas yang menguncup), dan bahkan kegagalan fungsi organ dalam.
Selain itu, kegemukan akan menyebabkan kura-kura susah bergerak dan kesulitan memasukkan organ tubuh ke dalam tempurung
Pemberian pakan yang ideal adalah sehari dua kali dengan porsi kecil.
Artikel tentang Kura-Kura Brazil lainnya:
Cara dan Tips Memilih Kura-kura Brazil yang Baik
Efek Perdagangan Kura-Kura Brazil
Pemeliharaan Kura-Kura Brazil
Source: www.kaskus.us
Rabu, 28 September 2011
Mengapa Beternak Ayam Kampung?
Ayam kampung atau dikenal dengan sebutan ayam buras, merupakan ayam lokal asli Indonesia yang sudah dipelihara masyarakat semenjak zaman dahulu.
Di kampung-kampung kita bisa menemukan ayam ini dengan mudah. Biasanya masyarakat memelihara ayam ini sebagai usaha sampingan.
Keunggulan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ayam kampung memiliki banyak keunggulan dari pada ayam jenis lain, terutama dari segi kualitas daging dan telur. Adapun keunggulan dari ayam kampung diantaranya yaitu:
• Memiliki dwifungsi. Bisa diusahakan sebagai ayam pedaging sekaligus petelur.
• Harga jual daging dan telur jauh lebih tinggi dari pada ayam jenis lain.
• Daging lebih gempal dan berotot.
• Meskipun ukuran telurnya lebih kecil namun nilai gizi dan khasiatnya jauh lebih unggul. Di segi rasa telur ayam kampung pun jauh lebih enak dari pada telur ayam ras. Sehingga harga jualnya pun jauh lebih tinggi.
Keuntungan Beternak
Berdasarkan data Ditjen Peternakan, pada krisis ekonomi tahun 1998 populasi ayam buras (kampung) meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Dan ini jauh berbeda dibandingkan populasi ayam ras yang jauh turun hingga mencapai angka 70%.
Beternak ayam kampung memiliki keuntungan yang sangat jelas. Coba saja bayangkan harga satu butir telur ayam kampung saat ini mencapai Rp.1000 s/d Rp. 2000 per butir. Sementara harga dagingnya berkisar antara Rp.30.000 s/d Rp. 35.000,- per kilogram.
Cara beternak
Beternak ayam kampung tidak sulit. Hanya diperlukan ketelatenan dan kesabaran ekstra, sebagaimana beternak ayam lainnya.
Ada tiga hal penting yang harus benar-benar diperhatikan dalam usaha peternakan ayam ini, yaitu:
1. Pemilihan bibit
Memperoleh bibit ayam kampung sebenarnya tidak begitu sulit. Kita bisa mendapatkan dengan mudah di kampung-kampung yang masyarakatnya masih rajin memelihara ayam. Namun, kita harus telaten memilih bibit yang sehat dan berkualitas baik. Berikut ciri-ciri fisik ayam unggul adalah sbb:
• Bagian tubuh; tidak ada yang rusak atau cacat.
• Pertulangan; kuat
• Perototan; gempal atau berisi, terutama bagian dada dan paha.
• Bulu; susunan bulu teratur rapi, saling menghimpit satu sama lain. Warna bulu terlihat mengkilap dan bersih.
• Suhu Badan; suhu badan normal berkisar antara 41-420C.
• Mata; cerah. Gelang mata segar berwarna kuning kemerah-merahan dan tidak terlihat lemah atau sayu.
• Kepala; berbentuk bulat panjang, tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
• Berat Badan; berat badan sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
• Jengger; jengger induk ayam jantan berwarna merah menyala.
• Leher dan dada; leher dan dada harus berupa satu kesatuan yang kuat dan kokoh. Leher berukuran sedang tidak terlalu panjang, kecuali beberapa jenis ayam tertentu seperti jenis pelung. Bentuk dada agak montok ke depan lebar dan kuat.
• Dubur; lebar, bulat dan basah.
• Ekor; tidak rusak dari pangkal hingga ujung ekor.
2. Penyiapan kandang
Kandang disiapkan sesuai dengan populasi ayam yang dimiliki. Kepadatan setiap kandang berbeda-beda, sesuai dengan umur ternak ayam yang ada.
• Anak ayam dalam indukan : 30 ekor setiap meter persegi.
• Ayam remaja (belum memasuki masa bertelur) : 14-16 ekor per meter persegi.
• Ayam dewasa yang sudah memasuki umur bertelur : 6 ekor per meter persegi.
3. Penyediaan pakan dan nutrisi
Penyediaan nutrisi merupakan hal yang paling penting dalam usaha peternakan ini. Karena hal ini sangat menentukan kualitas hasil yang diharapkan. Baik untuk ayam pedaging maupun ayam petelur. Pasar ayam kampung masih terbuka lebar. Permintaan akan daging dan telur ayam kampung terus meningkat. Selamat beternak!
Sumber : http://www.anneahira.com/ayam-kampung.htm
Gambar : http://bisnisukm.com/untung-besar-dari-ayam-kampung.html
www.jendelahewan.blogspot.com
Di kampung-kampung kita bisa menemukan ayam ini dengan mudah. Biasanya masyarakat memelihara ayam ini sebagai usaha sampingan.
Keunggulan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ayam kampung memiliki banyak keunggulan dari pada ayam jenis lain, terutama dari segi kualitas daging dan telur. Adapun keunggulan dari ayam kampung diantaranya yaitu:
• Memiliki dwifungsi. Bisa diusahakan sebagai ayam pedaging sekaligus petelur.
• Harga jual daging dan telur jauh lebih tinggi dari pada ayam jenis lain.
• Daging lebih gempal dan berotot.
• Meskipun ukuran telurnya lebih kecil namun nilai gizi dan khasiatnya jauh lebih unggul. Di segi rasa telur ayam kampung pun jauh lebih enak dari pada telur ayam ras. Sehingga harga jualnya pun jauh lebih tinggi.
Keuntungan Beternak
Berdasarkan data Ditjen Peternakan, pada krisis ekonomi tahun 1998 populasi ayam buras (kampung) meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Dan ini jauh berbeda dibandingkan populasi ayam ras yang jauh turun hingga mencapai angka 70%.
Beternak ayam kampung memiliki keuntungan yang sangat jelas. Coba saja bayangkan harga satu butir telur ayam kampung saat ini mencapai Rp.1000 s/d Rp. 2000 per butir. Sementara harga dagingnya berkisar antara Rp.30.000 s/d Rp. 35.000,- per kilogram.
Cara beternak
Beternak ayam kampung tidak sulit. Hanya diperlukan ketelatenan dan kesabaran ekstra, sebagaimana beternak ayam lainnya.
Ada tiga hal penting yang harus benar-benar diperhatikan dalam usaha peternakan ayam ini, yaitu:
1. Pemilihan bibit
Memperoleh bibit ayam kampung sebenarnya tidak begitu sulit. Kita bisa mendapatkan dengan mudah di kampung-kampung yang masyarakatnya masih rajin memelihara ayam. Namun, kita harus telaten memilih bibit yang sehat dan berkualitas baik. Berikut ciri-ciri fisik ayam unggul adalah sbb:
• Bagian tubuh; tidak ada yang rusak atau cacat.
• Pertulangan; kuat
• Perototan; gempal atau berisi, terutama bagian dada dan paha.
• Bulu; susunan bulu teratur rapi, saling menghimpit satu sama lain. Warna bulu terlihat mengkilap dan bersih.
• Suhu Badan; suhu badan normal berkisar antara 41-420C.
• Mata; cerah. Gelang mata segar berwarna kuning kemerah-merahan dan tidak terlihat lemah atau sayu.
• Kepala; berbentuk bulat panjang, tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
• Berat Badan; berat badan sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
• Jengger; jengger induk ayam jantan berwarna merah menyala.
• Leher dan dada; leher dan dada harus berupa satu kesatuan yang kuat dan kokoh. Leher berukuran sedang tidak terlalu panjang, kecuali beberapa jenis ayam tertentu seperti jenis pelung. Bentuk dada agak montok ke depan lebar dan kuat.
• Dubur; lebar, bulat dan basah.
• Ekor; tidak rusak dari pangkal hingga ujung ekor.
2. Penyiapan kandang
Kandang disiapkan sesuai dengan populasi ayam yang dimiliki. Kepadatan setiap kandang berbeda-beda, sesuai dengan umur ternak ayam yang ada.
• Anak ayam dalam indukan : 30 ekor setiap meter persegi.
• Ayam remaja (belum memasuki masa bertelur) : 14-16 ekor per meter persegi.
• Ayam dewasa yang sudah memasuki umur bertelur : 6 ekor per meter persegi.
3. Penyediaan pakan dan nutrisi
Penyediaan nutrisi merupakan hal yang paling penting dalam usaha peternakan ini. Karena hal ini sangat menentukan kualitas hasil yang diharapkan. Baik untuk ayam pedaging maupun ayam petelur. Pasar ayam kampung masih terbuka lebar. Permintaan akan daging dan telur ayam kampung terus meningkat. Selamat beternak!
Sumber : http://www.anneahira.com/ayam-kampung.htm
Gambar : http://bisnisukm.com/untung-besar-dari-ayam-kampung.html
www.jendelahewan.blogspot.com
Ayam Hitam Cemani
Warna hitam bagi banyak orang berkesan magis dan memiliki kekuatan supra natural. Centeng Belanda atau Si Jampang, kurang berwibawa bila tak berpakaian hitam-hitam. Begitu pula makhluk yang memiliki warna hitam itu pun dianggap memiliki tuah atau kutukan. Ingat dengan kisah-kisah kucing hitam atau burung gagak? Bagaimana dengan ayam cemani yang memiliki bulu, jenger, tulang, daging, kulit, kaki dan taji serba hitam?
Ini yang menarik. Ayam cemani bukan cuma dianggap ayam keramat, namun juga ayam hias yang khas Indonesia. Memang hewan ini konon punya kemampuan menolak bala. Bagi yang mempercayainya jika memakan dagingnya bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Kepercayaan akan hal-hal gaib itu kini masih ada di sebagian masyarakat, namun kian menipis. Kini dia lebih sebagai ayam hias yang eksotik dan diburu para hobbies lokal dan mancanegara untuk dikoleksi.
Cemani adalah kata Sanskerta untuk hitam. Jenis ayam ini awalnya disebut ayam kedu. Dalam perkembangan ayam kedu itu terjadi banyak varian yang tidak lagi memiliki warna murni hitam. Sehingga ayam kedu yang masih tetap mempertahankan kehitam legamnya disebut oleh para hobbies sebagai ayam cemani.
Asal Usul
Dari mana ia berasal? Ada beberapa dugaan, namun yang pasti dia berasal dari Kedu, Jawa Tegah. Makanya satwa ini dikenal juga sebagai ayam kedu. Satwa ini mulai naik daun ketika pertama kali tampil dalam pekan raya di Semarang tahun 1926. Pemiliknya Tjokromihardjo, lurah Desa Kalikuto, Grabak, di Magelang. Saat itu wilayah itu masih masuk dalam Karesidenan Kedu.
Menurut data, ayam kepala desa itu pernah tampil di Surabaya tahun 1924 dalam sebuah pekan raya. Saat itu ayam itu dikenal sebagai ayam yang berwarna hitam saja. Tapi kemudian panitia lomba satwa di Semarang menjuluki ayam hitam legam milik Tjokromihardjo sebagai ayam kalikuto, karena berasal dari daerah itu.
Lucunya, pemilik menolak nama itu. Lalu diusulkan sendiri agar dinamakan ayam kedu saja sebab memang berasal dari karesidenan tersebut. Usul tersebut diterima panitia maka resmilah ayam yang berasal dari Kalikuto berjuluk ayam kedu.
Genetika
Ayam kedu yang ikut dalam kontes tersebut, menurut sebuah telaah, berasal dari keturunan ayam kampung yang dibeli dari daerah Gunung Sumbing. Ayam ini cukup besar dan diduga hasil silangan liar antara ayam Inggris yang diboyong orang pada era Raffles berkuasa (1811-1816).
Kala itu, konon ada orang Inggris yang membawa dua ekor ayam betina dan seekor jantan asing, yang diduga termasuk jenis ayam ternak Dorking. Mereka dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, ayam-ayam itu menyeleweng dan berbaur dengan ayam kampung setempat. Dari keturunannya lebih lanjut terciptalah ayam lokal unggul. Oleh masyarakat setempat ayam ini yang disebut sebagai ayam kedu.
Sementara telaah lain menyebutkan ayam hitam milik Tjokromihardjo bukanlah asli ayam kedu. Sebab ia merupakan hasil kawin silang antara ayam kampung hasil belian dengan ayam australorp, yang penyilangannya dilakukan sendiri oleh pemiliknya.
Legenda
Tapi ada legenda yang juga sampai saat ini masih hidup di sana yakni tentang asal-muasalnya ayam kedu. Konon, kehadiran satwa ini tak disengaja. Menurut legenda sebelum lahirnya kota Temanggung, hidup seorang pertapa yang sakti mandraguna yakni Ki Ageng Makukuhan, yang hobi mengoleksi ayam serba hitam, dan hanya paruhnya yang berwarna putih.
Suatu hari, ketika sedang bertapa di sebuah kuburan keramat di wilayah Kedu, dia memperoleh wangsit untuk mengobati penyakit putra Panembahan Hargo Pikukuh yang bernama Lintang Katon, yakni diobati dengan ayam itu. Bagaimana proses selanjutnya tidak terlalu jelas, namun akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Oleh karena tuah yang dimiliki ayam itu akhirnya dijadikan lambang kesembuhan.
Maka tak heran bila tradisi itu kini masih hidup dan dipercaya. Ayam ini memang sering digunakan untuk hal-hal yang bersifat magis. Misalnya untuk upacara ruwatan, pembangunan pabrik, jembatan atau gedung-gedung bertingkat agar terhindar dari bencana. Tapi penggunaannya juga untuk syarat penyembuhan orang sakit.
Hampir Punah
Binatang ini di tempat asalnya kini yakni di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, tersebar di tiga pedukuhan yakni Kahuripan, Sentono dan Beji. Menurut data, populasi ketika awal tahun 1984 tercatat sekitar 5.000 ekor, namun di akhir tahun meningkat menjadi 8.500 ekor. Jumlah ini pada tahun 1997 melorot drastis tinggal 2.000 ekor. Ini dikarenakan masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan sehingga ketika wabah datang, mereka tidak tahu bagaimana menangkalnya.
Pemerintah daerah setempat akhirnya mengambil inisiatif untuk mengatasi persoalan ini. Program pelestarian dicanangkan lewat pemerintah desa dengan mendirikan kelompok peternak bernama ”Makukuhan,” yang diambil dari nama pertapa sakti itu. Kelompok ini awalnya berjumlah 35 orang. Mereka memelihara ayam sekitar 1.500 ekor. Hingga sekarang peternak di sana bisa hidup layak dari ayam-ayam hitam itu.
Warna Berubah
Bulu-bulu hias yang jantan, bakal keluar ketika ayam berusia 4 bulan. Sampai pada umur 5 bulan warnanya masih hitam, namun lambat laun bermunculan warna lain. Bisa kuning, merah, merah coklat, atau kuning coklat. Saat umur 1,5 tahun bulu hiasnya berubah menjadi merah merona.
Di antara ayam kedu hitam ini, salah satu varietas dikenal sebagai ayam cemani. Inilah yang dianggap primadona ayam kedu karena segalanya serba hitam. Baik bulu, kulit, daging sampai ketulang-tulangnya hitam pekat. Ayam cemani harganya relatif mahal karena langka dan dicari orang.
Harga ayam cemani yang hitam pekat, bisa mencapai ratusan juta, namun yang biasa-biasa saja paling mahal Rp 750 ribu seekornya. Sedang yang remaja Rp 100 ribu per ekor. Pelanggan kolektor pemula lebih suka membeli yang remaja. Karena ketika dewasa, ayam berperilaku jinak. Sedang yang kolektor serius lebih suka mencari yang dewasa sebab sudah bisa diketahui kualitasnya, apakah berbulu hitam pekat atau ada variasi warna lain.
”Saya punya langganan paranormal, yang sering memesan ayam cemani untuk keperluan upacara,” lagi tutur Raharjo. Dia tidak tahu ayam itu akan diapakan oleh langganannya, yang dia tahu untuk mengobati penyakit. Dan bagaimana cara pengobatan dengan ayam cemani, dia tidak tahu pasti. Tapi kalau pun dimasak opor, ayam ini enak seperti rasa daging ayam lainnya. Anehnya, tambahnya, kuah opor menjadi berwar
Sumber : http://ayamhitamcemani.blogspot.com/
www.jendelahewan.blogspot.com
Ini yang menarik. Ayam cemani bukan cuma dianggap ayam keramat, namun juga ayam hias yang khas Indonesia. Memang hewan ini konon punya kemampuan menolak bala. Bagi yang mempercayainya jika memakan dagingnya bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Kepercayaan akan hal-hal gaib itu kini masih ada di sebagian masyarakat, namun kian menipis. Kini dia lebih sebagai ayam hias yang eksotik dan diburu para hobbies lokal dan mancanegara untuk dikoleksi.
Cemani adalah kata Sanskerta untuk hitam. Jenis ayam ini awalnya disebut ayam kedu. Dalam perkembangan ayam kedu itu terjadi banyak varian yang tidak lagi memiliki warna murni hitam. Sehingga ayam kedu yang masih tetap mempertahankan kehitam legamnya disebut oleh para hobbies sebagai ayam cemani.
Asal Usul
Dari mana ia berasal? Ada beberapa dugaan, namun yang pasti dia berasal dari Kedu, Jawa Tegah. Makanya satwa ini dikenal juga sebagai ayam kedu. Satwa ini mulai naik daun ketika pertama kali tampil dalam pekan raya di Semarang tahun 1926. Pemiliknya Tjokromihardjo, lurah Desa Kalikuto, Grabak, di Magelang. Saat itu wilayah itu masih masuk dalam Karesidenan Kedu.
Menurut data, ayam kepala desa itu pernah tampil di Surabaya tahun 1924 dalam sebuah pekan raya. Saat itu ayam itu dikenal sebagai ayam yang berwarna hitam saja. Tapi kemudian panitia lomba satwa di Semarang menjuluki ayam hitam legam milik Tjokromihardjo sebagai ayam kalikuto, karena berasal dari daerah itu.
Lucunya, pemilik menolak nama itu. Lalu diusulkan sendiri agar dinamakan ayam kedu saja sebab memang berasal dari karesidenan tersebut. Usul tersebut diterima panitia maka resmilah ayam yang berasal dari Kalikuto berjuluk ayam kedu.
Genetika
Ayam kedu yang ikut dalam kontes tersebut, menurut sebuah telaah, berasal dari keturunan ayam kampung yang dibeli dari daerah Gunung Sumbing. Ayam ini cukup besar dan diduga hasil silangan liar antara ayam Inggris yang diboyong orang pada era Raffles berkuasa (1811-1816).
Kala itu, konon ada orang Inggris yang membawa dua ekor ayam betina dan seekor jantan asing, yang diduga termasuk jenis ayam ternak Dorking. Mereka dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, ayam-ayam itu menyeleweng dan berbaur dengan ayam kampung setempat. Dari keturunannya lebih lanjut terciptalah ayam lokal unggul. Oleh masyarakat setempat ayam ini yang disebut sebagai ayam kedu.
Sementara telaah lain menyebutkan ayam hitam milik Tjokromihardjo bukanlah asli ayam kedu. Sebab ia merupakan hasil kawin silang antara ayam kampung hasil belian dengan ayam australorp, yang penyilangannya dilakukan sendiri oleh pemiliknya.
Legenda
Tapi ada legenda yang juga sampai saat ini masih hidup di sana yakni tentang asal-muasalnya ayam kedu. Konon, kehadiran satwa ini tak disengaja. Menurut legenda sebelum lahirnya kota Temanggung, hidup seorang pertapa yang sakti mandraguna yakni Ki Ageng Makukuhan, yang hobi mengoleksi ayam serba hitam, dan hanya paruhnya yang berwarna putih.
Suatu hari, ketika sedang bertapa di sebuah kuburan keramat di wilayah Kedu, dia memperoleh wangsit untuk mengobati penyakit putra Panembahan Hargo Pikukuh yang bernama Lintang Katon, yakni diobati dengan ayam itu. Bagaimana proses selanjutnya tidak terlalu jelas, namun akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Oleh karena tuah yang dimiliki ayam itu akhirnya dijadikan lambang kesembuhan.
Maka tak heran bila tradisi itu kini masih hidup dan dipercaya. Ayam ini memang sering digunakan untuk hal-hal yang bersifat magis. Misalnya untuk upacara ruwatan, pembangunan pabrik, jembatan atau gedung-gedung bertingkat agar terhindar dari bencana. Tapi penggunaannya juga untuk syarat penyembuhan orang sakit.
Hampir Punah
Binatang ini di tempat asalnya kini yakni di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, tersebar di tiga pedukuhan yakni Kahuripan, Sentono dan Beji. Menurut data, populasi ketika awal tahun 1984 tercatat sekitar 5.000 ekor, namun di akhir tahun meningkat menjadi 8.500 ekor. Jumlah ini pada tahun 1997 melorot drastis tinggal 2.000 ekor. Ini dikarenakan masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan sehingga ketika wabah datang, mereka tidak tahu bagaimana menangkalnya.
Pemerintah daerah setempat akhirnya mengambil inisiatif untuk mengatasi persoalan ini. Program pelestarian dicanangkan lewat pemerintah desa dengan mendirikan kelompok peternak bernama ”Makukuhan,” yang diambil dari nama pertapa sakti itu. Kelompok ini awalnya berjumlah 35 orang. Mereka memelihara ayam sekitar 1.500 ekor. Hingga sekarang peternak di sana bisa hidup layak dari ayam-ayam hitam itu.
Warna Berubah
Bulu-bulu hias yang jantan, bakal keluar ketika ayam berusia 4 bulan. Sampai pada umur 5 bulan warnanya masih hitam, namun lambat laun bermunculan warna lain. Bisa kuning, merah, merah coklat, atau kuning coklat. Saat umur 1,5 tahun bulu hiasnya berubah menjadi merah merona.
Di antara ayam kedu hitam ini, salah satu varietas dikenal sebagai ayam cemani. Inilah yang dianggap primadona ayam kedu karena segalanya serba hitam. Baik bulu, kulit, daging sampai ketulang-tulangnya hitam pekat. Ayam cemani harganya relatif mahal karena langka dan dicari orang.
Harga ayam cemani yang hitam pekat, bisa mencapai ratusan juta, namun yang biasa-biasa saja paling mahal Rp 750 ribu seekornya. Sedang yang remaja Rp 100 ribu per ekor. Pelanggan kolektor pemula lebih suka membeli yang remaja. Karena ketika dewasa, ayam berperilaku jinak. Sedang yang kolektor serius lebih suka mencari yang dewasa sebab sudah bisa diketahui kualitasnya, apakah berbulu hitam pekat atau ada variasi warna lain.
”Saya punya langganan paranormal, yang sering memesan ayam cemani untuk keperluan upacara,” lagi tutur Raharjo. Dia tidak tahu ayam itu akan diapakan oleh langganannya, yang dia tahu untuk mengobati penyakit. Dan bagaimana cara pengobatan dengan ayam cemani, dia tidak tahu pasti. Tapi kalau pun dimasak opor, ayam ini enak seperti rasa daging ayam lainnya. Anehnya, tambahnya, kuah opor menjadi berwar
Sumber : http://ayamhitamcemani.blogspot.com/
www.jendelahewan.blogspot.com
Senin, 26 September 2011
Peluang Usaha Ternak Ayam Cemani
Ayam Cemani adalah ayam lokal asli yang berasal dari Kedu, Temanggung Jawa Tengah. Cemani berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berwarna hitam. Memang inilah ciri utama yang dimiliki dari binatang unggas ini. Hampir semua bagian dari tubuhnya berwarna hitam. Mulai dari bulu, paruh, kaki, jengger dan darahnya semuanya gelap. Bahkan yang kwalitasnya paling unggul, warna tulangnya dan kotorannya juga hitam.
Sejarah Ayam Cemani
Ada beberapa versi tentang sejarah ayam cemani. Namun yang pasti asalnya dari daerah Kedu Jawa Tengah. Namanya mulai sering disebut ketika muncul dalam suatu acara lomba satwa di kota Semarang pada tahun 1926.
Pemilik ayam, Tjokromiharjo adalah seorang lurah di sebuah desa di Magelang. Pada waktu itu Magelang termasuk bagian dari Karesidenan Kedu. Oleh panitia lomba ayam itu diberi nama ayam kalikuto, sesuai dengan nama desa dimana Tjokromiharjo menjadi lurah. Namun Tjokromiharjo lebih suka memberinya dengan sebutan ayam kedu.
Dalam perkembangannya, ayam kedu terus berkembang biak. Tapi beberapa diantara keturuannya tidak memiliki warna yang hitam legam lagi, lebih varian. Selanjutnya yang masih mempunyai warna yang sama dengan induknya disebut dengan ayam cemani.
Menjadi Peluang Usaha
Kebanyakan orang memelihara ayam cemani hanya untuk koleksi saja. Bukan untuk peternakan yang diambil dagingnya. Meskipun rasa dagingnya sama, namun banyak yang tidak suka makan daging ayam yang berwarna hitam.
Memang bagusnya ayam cemani dijadikan hiasan atau koleksi saja. Warnanya terkesan angker dan magis. Terutama yang berjenis kelamin jantan. Suaranya lebih nyaring dibanding dengan ayam biasa ketika sedang berkokok. Menimbulkan suasana kegagahan dan kewibawaan.
Untuk masalah harga, ayam cemani yang biasa harganya berkisar 750 ribu. Sedangkan yang masih muda bisa dijual dengan nilai 500 ribu. Yang kwalitas unggul atau prima, harganya bisa mencapai puluhan juta. Apalagi bila berhasil menjadi juara dalam suatu kontes atau perlombaan. Harganya bisa menjulang menjadi puluhan bahkan ratusan juta.
Karena tingginya tingkat permintaan, maka tidak mengherankan bila banyak yang memanfaatkan fenomena ini sebagai peluang usaha baru. Terutama bagi masyarakat daerah Kedu sendiri. Mereka mulai mengembangkan usaha peternakan ayam cemani dengan lebih serius, tidak sekadar usaha sampingan saja. Bila terus ditekuni, usaha ternak ini diyakini akan menghasilkan keuntungan yang tinggi pula.
Teknik Beternak Ayam Cemani
Beternak ayam cemani sebenarnya tidak jauh berbeda dengan beternak ayam biasa. Peternak tidak perlu menggunakan teknologi yang terlalu modern. Ayam jenis ini malah lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pakan utama yang diperlukan juga cukup mudah didapatkan. Peternak bisa menggunakan sisa-sisa hasil pertanian seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan nilai gizi dari makanan tersebut serta harus disesuaikan dengan umur dari ayam cemani yang diternak.
Sedangkan, untuk tempat pemeliharaan bisa menggunakan kandang berlantai kawat atau memakai bambu. Bisa juga di lantai tanah biasa atau lantai semen yang diberi serbuk gergaji secukupnya. Ukurannya disesuaikan dengan besar dan jumlah ayam yang dipelihara. Untuk ayam cemani ukuran dewasa, setiap satu meter persegi maksimal empat ekor saja.
Yang perlu diperhatikan, kandang ayam tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Ventilasinya juga harus cukup untuk keluar masuk udara, sehingga ayam cemani bisa terus bernafas dengan lega. Selain itu kebersihan kandang juga harus selalu dijaga, agar tidak menimbulkan penyakit.
Meski sistem pemeliharaannya masih menggunakan pola tradisional, namun bila manajemennya menggunakan sistem agribisnis secara utuh dan modern, dipastikan akan mendatangkan keuntungan yang maksimal.
Sumber : http://www.anneahira.com/ayam-cemani.htm
Gambar : http://globalpasar.indonetwork.co.id/2378072/jual-ayam-cemani.htm
www.jendelahewan.blogspot.com
Sejarah Ayam Cemani
Ada beberapa versi tentang sejarah ayam cemani. Namun yang pasti asalnya dari daerah Kedu Jawa Tengah. Namanya mulai sering disebut ketika muncul dalam suatu acara lomba satwa di kota Semarang pada tahun 1926.
Pemilik ayam, Tjokromiharjo adalah seorang lurah di sebuah desa di Magelang. Pada waktu itu Magelang termasuk bagian dari Karesidenan Kedu. Oleh panitia lomba ayam itu diberi nama ayam kalikuto, sesuai dengan nama desa dimana Tjokromiharjo menjadi lurah. Namun Tjokromiharjo lebih suka memberinya dengan sebutan ayam kedu.
Dalam perkembangannya, ayam kedu terus berkembang biak. Tapi beberapa diantara keturuannya tidak memiliki warna yang hitam legam lagi, lebih varian. Selanjutnya yang masih mempunyai warna yang sama dengan induknya disebut dengan ayam cemani.
Menjadi Peluang Usaha
Kebanyakan orang memelihara ayam cemani hanya untuk koleksi saja. Bukan untuk peternakan yang diambil dagingnya. Meskipun rasa dagingnya sama, namun banyak yang tidak suka makan daging ayam yang berwarna hitam.
Memang bagusnya ayam cemani dijadikan hiasan atau koleksi saja. Warnanya terkesan angker dan magis. Terutama yang berjenis kelamin jantan. Suaranya lebih nyaring dibanding dengan ayam biasa ketika sedang berkokok. Menimbulkan suasana kegagahan dan kewibawaan.
Untuk masalah harga, ayam cemani yang biasa harganya berkisar 750 ribu. Sedangkan yang masih muda bisa dijual dengan nilai 500 ribu. Yang kwalitas unggul atau prima, harganya bisa mencapai puluhan juta. Apalagi bila berhasil menjadi juara dalam suatu kontes atau perlombaan. Harganya bisa menjulang menjadi puluhan bahkan ratusan juta.
Karena tingginya tingkat permintaan, maka tidak mengherankan bila banyak yang memanfaatkan fenomena ini sebagai peluang usaha baru. Terutama bagi masyarakat daerah Kedu sendiri. Mereka mulai mengembangkan usaha peternakan ayam cemani dengan lebih serius, tidak sekadar usaha sampingan saja. Bila terus ditekuni, usaha ternak ini diyakini akan menghasilkan keuntungan yang tinggi pula.
Teknik Beternak Ayam Cemani
Beternak ayam cemani sebenarnya tidak jauh berbeda dengan beternak ayam biasa. Peternak tidak perlu menggunakan teknologi yang terlalu modern. Ayam jenis ini malah lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pakan utama yang diperlukan juga cukup mudah didapatkan. Peternak bisa menggunakan sisa-sisa hasil pertanian seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan nilai gizi dari makanan tersebut serta harus disesuaikan dengan umur dari ayam cemani yang diternak.
Sedangkan, untuk tempat pemeliharaan bisa menggunakan kandang berlantai kawat atau memakai bambu. Bisa juga di lantai tanah biasa atau lantai semen yang diberi serbuk gergaji secukupnya. Ukurannya disesuaikan dengan besar dan jumlah ayam yang dipelihara. Untuk ayam cemani ukuran dewasa, setiap satu meter persegi maksimal empat ekor saja.
Yang perlu diperhatikan, kandang ayam tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Ventilasinya juga harus cukup untuk keluar masuk udara, sehingga ayam cemani bisa terus bernafas dengan lega. Selain itu kebersihan kandang juga harus selalu dijaga, agar tidak menimbulkan penyakit.
Meski sistem pemeliharaannya masih menggunakan pola tradisional, namun bila manajemennya menggunakan sistem agribisnis secara utuh dan modern, dipastikan akan mendatangkan keuntungan yang maksimal.
Sumber : http://www.anneahira.com/ayam-cemani.htm
Gambar : http://globalpasar.indonetwork.co.id/2378072/jual-ayam-cemani.htm
www.jendelahewan.blogspot.com
Minggu, 25 September 2011
Peluang Usaha Budidaya Ayam Mutiara
Salah satu trend produk bisnis / Peluang Usaha sekarang adalah sesuatu yang bersifat unik, termasuk salah satunya Ayam Mutiara. Meski tergolong baru, ayam mutiara kini mulai dilirik karena keindahan warna bulunya. Bila anda memiliki pekarangan yang masih kosong dan ingin melengkapinya dengan satwa, mungkin pilihan bisa dijatuhkan pada ayam mutiara. Walaupun pekarangan tidak terlalu luas tetap memungkinkan untuk itu. Kenapa ayam mutiara..? karena ayam jenis ini cukup indah dan menyenangkan bila dipandang. Selain itu dari aspek pemeliharaan dan pemberian makanan cukup mudah.
Jika di Indonesia ayam mutiara baru mulai dikenal, tetapi sebaliknya di luar negeri sudah lama dipelihara sebagai penghias halaman. Dalam perkembangannya juga terjadi cross breding antara ayam mutiara asli dengan ayam lain. Sehingga saat ini ayam mutiara memiliki ragam warna yang sangat bervariasi, di antaranya terdapat jenis yang dinamakan pearl guinea (warna asli ayam mutiara yang didominasi warna abu-abu gelap dengan bintik putih merata di sekujur tubuh), white guinea, royal purple guinea, violet guinea, brown guinea, lavender guinea, dan lain-lain.
Salah satu pembudidaya ayam mutiara adalah Juwaidi. Pria yang tinggal di Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam itu mengenal ras ayam mutiara mulai tahun 2003. Pemilik Adina Agro Aceh, usaha peternakan ayam buras petelur dan ayam hutan Sumatera itu kebetulan memperoleh sepasang indukan dari salah seorang temannya dari Sumatera Utara. Selanjutnya, tahun 2007 ia memulai usaha penangkaran secara semi intensif. Saat ini ia sudah memiliki sekitar 20 ekor indukan ayam mutiara. “Karena bulunya indah dan masih langka didapatkan, jadi cocok jadikan bisnis.
Untuk masalah harga , Menurut penjual ayam mutiara Pak Nurnandung, harga ayam hias yang dijual di Pasar Burung Ngasem Jogyakarta. Ayam mutiarasatu ekor berkisar Rp 250 ribu. Tiap liburan permintaan ayam hias meningkat. “Biasanya saat liburan ramai,” tambah Nurnandung. Ia menambahkan, tiap bulan omset penjualan ayam hias miliknya mencapai sekitar Rp 4 juta.Peminat ayam hias adalah wisatawan lokal. Mereka biasa berasal dari Jojakarta maupun luar kota seperti Klaten dan Purworejo. Keunikan bentuk yang relatif kecil tersebut memikat pembeli untuk memiliki ayam hias.
Sumber : http://idepeluangusaha.com/peluang-usaha-budidaya-ayam-mutiara/
www.jendelahewan.blogspot.com
Jika di Indonesia ayam mutiara baru mulai dikenal, tetapi sebaliknya di luar negeri sudah lama dipelihara sebagai penghias halaman. Dalam perkembangannya juga terjadi cross breding antara ayam mutiara asli dengan ayam lain. Sehingga saat ini ayam mutiara memiliki ragam warna yang sangat bervariasi, di antaranya terdapat jenis yang dinamakan pearl guinea (warna asli ayam mutiara yang didominasi warna abu-abu gelap dengan bintik putih merata di sekujur tubuh), white guinea, royal purple guinea, violet guinea, brown guinea, lavender guinea, dan lain-lain.
Salah satu pembudidaya ayam mutiara adalah Juwaidi. Pria yang tinggal di Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam itu mengenal ras ayam mutiara mulai tahun 2003. Pemilik Adina Agro Aceh, usaha peternakan ayam buras petelur dan ayam hutan Sumatera itu kebetulan memperoleh sepasang indukan dari salah seorang temannya dari Sumatera Utara. Selanjutnya, tahun 2007 ia memulai usaha penangkaran secara semi intensif. Saat ini ia sudah memiliki sekitar 20 ekor indukan ayam mutiara. “Karena bulunya indah dan masih langka didapatkan, jadi cocok jadikan bisnis.
Untuk masalah harga , Menurut penjual ayam mutiara Pak Nurnandung, harga ayam hias yang dijual di Pasar Burung Ngasem Jogyakarta. Ayam mutiarasatu ekor berkisar Rp 250 ribu. Tiap liburan permintaan ayam hias meningkat. “Biasanya saat liburan ramai,” tambah Nurnandung. Ia menambahkan, tiap bulan omset penjualan ayam hias miliknya mencapai sekitar Rp 4 juta.Peminat ayam hias adalah wisatawan lokal. Mereka biasa berasal dari Jojakarta maupun luar kota seperti Klaten dan Purworejo. Keunikan bentuk yang relatif kecil tersebut memikat pembeli untuk memiliki ayam hias.
Sumber : http://idepeluangusaha.com/peluang-usaha-budidaya-ayam-mutiara/
www.jendelahewan.blogspot.com
Sabtu, 24 September 2011
Cara Budidaya Buah Naga [ Dragon Fruit ]
Buah Naga telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno sebagai buah yang membawa berkah. karena biasanya buah naga diletakkan diantara patung naga di altar. Oleh karena itu orang Vietnam menyebut buah naga atau dalam bahasa Vietnam disebut dengan nama Thang Loy di Thailand diberi nama Keaw Mang Kheon, dalam istilah Inggris diberi nama DRAGON FRUIT clan di Indonesia dikenal dengan nama BUAH NAGA. Sebenarnya tanaman ini bukan tanaman asil daratan Asia, tetapi merupakan tanaman ask Meksiko clan Amerika Selatan bagian utara (Colombia). Pada awainya buah naga ini dibawa ke kawasan Indocina (Vietnam) oleh seorang Perancis sekitar tahun 1870. dari Guyama Amerika Selatan sebagai hiasan sebab sosoknya yang unik dan bunganya yang cantik dan berwarna putih. Baru sekitar tahun 1980 setelah dibawa ke Okinawa Jepang tanaman ini mendunia karena sangat menguntungkan. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia clan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan. Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet.
Beberapa khasiat dari DRAGON FRUIT adalah :
1. Penyeimbang kadar gula
2. Pencegah Kolesterol tinggi
3. Pencegah kanker usus
1. Persyaratan Tumbuh Tanam
Ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 – 500 m diatas permukaan laut.
Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik clan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5 – 7.
Air cukup tersedia, karena tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air Membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh, untuk mempercepat proses pembungaan
2. Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapkan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk penopang dari cabang tanaman
Sebulan sebelum tanam, terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 2000 lubang tanam penyangga.
Setiap tiang/pohon penyangga itu dibuat 3 – 4 Lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga.
Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5 – 10 kg dicampur dengan tanah
3. Persiapan bibit dan penanaman
Buah naga dapat diperbanyak dengan cara :
Stek dan Biji
Umumnya ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir clan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Setelah bibit berumur ? 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan.
4. Pemeliharaan
Pengairan
Pada tahap awal pertumbuhan pengairan dilakukan 1 – 2 hari sekali. pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan
Pemupukan
Pemupukan tanaman diberikan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali, sebanyak 5 – 10 Kg.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Sementara belum ditemukan adanya serangan hama clan penyakit yang potensial. Pembersihan lahan atau pengendalian gulma dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
Pemangkasan
Batang utama ( primer ) dipangkas, setelah tinggi mencapai tiang penyangga ( sekitar 2 m ), clan ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi clan ditumbuhkan 2cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.
5. Panen
Setelah tanaman umur 1,5 – 2 tahun, mulai berbunga dan berbuah. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri – ciri warna kulit merah
mengkilap, jumbai/sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting, buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar
Dalam 2 tahun pertama. setiap tiang penyangga mampu menghasilkan buah 8 s / d 10 buah naga dengan bobot sekitar antara 400 – 650 gram.
Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret.
Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15 – 20 tahun
Sumber : http://benyaliwibowo.wordpress.com/2008/07/04/cara-budidaya-buah-naga-dragon-fruit/
www.jendelahewan.blogspot.com
Beberapa khasiat dari DRAGON FRUIT adalah :
1. Penyeimbang kadar gula
2. Pencegah Kolesterol tinggi
3. Pencegah kanker usus
1. Persyaratan Tumbuh Tanam
Ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 – 500 m diatas permukaan laut.
Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik clan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5 – 7.
Air cukup tersedia, karena tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air Membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh, untuk mempercepat proses pembungaan
2. Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapkan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk penopang dari cabang tanaman
Sebulan sebelum tanam, terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 2000 lubang tanam penyangga.
Setiap tiang/pohon penyangga itu dibuat 3 – 4 Lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga.
Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5 – 10 kg dicampur dengan tanah
3. Persiapan bibit dan penanaman
Buah naga dapat diperbanyak dengan cara :
Stek dan Biji
Umumnya ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir clan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Setelah bibit berumur ? 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan.
4. Pemeliharaan
Pengairan
Pada tahap awal pertumbuhan pengairan dilakukan 1 – 2 hari sekali. pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan
Pemupukan
Pemupukan tanaman diberikan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali, sebanyak 5 – 10 Kg.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Sementara belum ditemukan adanya serangan hama clan penyakit yang potensial. Pembersihan lahan atau pengendalian gulma dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
Pemangkasan
Batang utama ( primer ) dipangkas, setelah tinggi mencapai tiang penyangga ( sekitar 2 m ), clan ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi clan ditumbuhkan 2cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.
5. Panen
Setelah tanaman umur 1,5 – 2 tahun, mulai berbunga dan berbuah. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri – ciri warna kulit merah
mengkilap, jumbai/sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting, buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar
Dalam 2 tahun pertama. setiap tiang penyangga mampu menghasilkan buah 8 s / d 10 buah naga dengan bobot sekitar antara 400 – 650 gram.
Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret.
Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15 – 20 tahun
Sumber : http://benyaliwibowo.wordpress.com/2008/07/04/cara-budidaya-buah-naga-dragon-fruit/
www.jendelahewan.blogspot.com
Jumat, 23 September 2011
Meraih Untung Budidaya Ayam Mutiara
Ayam mutiara (Guiena Fowl) merupakan unggas yang banyak dikembangbiakkan sebagai hewan hiasan. Karena Ayam mutiara memiliki bentuk tubuh dan warna bulu menarik untuk dilihat. Bulu-bulunya dihiasi dengan bintik-bintik seperti mutiara. Karena merupakan unggas hias, maka harga ayam mutiara lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga ayam konsumsi. Harga ayam mutiara bervariasi tergantung daerah masing-masing, berkisar antara 200 sampai 300 ribu satu pasang. Dengan makanan dan model pemeliharaan yang hampir sama dengan ayam kampung, bisnis budidaya ayam mutiara memiliki prospek yang lebih baik dan menguntungkan. Ayam mutiara sendiri banyak dijual dan di pasarkan di pasar burung.
Jenis Ayam Mutiara
Ayam mutiara memiliki banyak jenis yang dibedakan menurut warna-warna bukunya antara lain pearl (abu-abu), putih, Royal Purple,Violet, Coklat. Lavender dan lain-lain. Dalam perkembangannya ayam mutiara banyak dihasilkan oleh hasil cross-breeding antara ayam mutiara yang asli dengan ayam lain, sehinga ragam jenis ayam mutiara semakin banyak.
Habitat Hidup Dan Model Kandang Ayam Mutiara
Ayam mutiara sebenarnya sebenarnya merupakan keluarga Burung (Aves) bukan ayam walau kemudian dikenal dengan nama Ayam Mutiara. Ayam ini berasal dari daratan Afrika yang di habitat aslinya hidup bergerombol pada sabana dan semak-semak. Meski dari kelompok burung, ayam mutiara tidak suka terbang tinggi dan lebih suka mencari makan di padang sabana. Karena itu dalam membudidayakan ayam mutiara model tempatnya bisa dibuat seperti halnya di alam aslinya.
Model kandang dibuat seperti kandang ayam pada umumnya , tetapi jika siang hari dilepas pada halaman/lahan terbatas yang tersedia pasir dan rumput. Selain itu kandang dan tempat bermain ayam mutiara harus cukup terkena sinar matahari agar bulu-bulu indah dan tidak lembab. Jika tersedia ayam mutiara lebih suka tidur pada malam hari pada tempat yang tinggi, karena itu pemberian tempat bertengger pada kandang sangat baik. Dengan tidur bertengger, ayam mutiara menjadi lebih sehat dan tahan terhadap penyakit.
Kandang ayam mutiara dewasa dengan ayam mutiara anakan juga berbeda, ayam mutiara dewasa relatif tahan terhadap perubahan suhu lingkungan. Akan tetapi pada ayam mutiara anakan diperlukan suhu ruangan yang cuku hangat karena bulu-bulunya belum cukup melindungi dari suhu dingin pada malam hari. Karena itu kandang yang cocok adalah kandang box yang diberi penghangat menggunakan lampu listrik. Pada pagi hari anakan mutiara perlu dijemur agar sehat dan kandang tidak lembab.
Menetaskan Ayam Mutiara
Salah satu cara mendapatkan ayam mutiara adalah dengan menetaskan dari telur, dengan membeli telur dan menetaskan sendiri kita lebih bisa mengamati perkembangan ayam sejak usia dini. Tetapi cara ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Cara menetaskan ayam mutiara bisa dilakukan dengan indukan ayam mutiara, indukan ayam kampung, entok dan dengan mesin tetas. Telur ayam mutiara yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu 28 hari. Konon ada perbedaan waktu menetas tergantung cross-breeding dengan ayam jenis apa.
Setelah telur ayam mutiara menetas, ditempatkan pada ruangan yang cukup hangat dengan diberi lampu penghangat. Anakan ayam mutiara mirip dengan anakan ayam kalkun, sehingga agak sulit dibedakan. Setelah muncul bintik-bintik mutiara mulai dapat dengan mudah dibedakan dengan ayam kalkun. Pada usia dewasa ayam mutiara jantan sulit dibedakan dengan ayam mutiara betina, sehingga perlu kejelian dan pengalaman untuk membedakannya.
Makanan Ayam Mutiara
ada dasarnya ayam Mutiara merupakan hewan omnivora atau bisa memakan apa saja. Di alam aslinya ayam mutiara memakan rumput, daun-daunan, serangga, cacing dan lain-lain. Untuk budidaya di rumah bisa diberikan makanan sisa nasi, bekatul, sisa sayuran dan makanan apa saja. Di dalam budi daya ayam mutiara secara intensif pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi setiap harinya dan perlu dihitung secara detail. Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan memberikan konsentrat, sayur-sayuran, bekatul dan lain-lain.
Seperti halnya beternak ayam jenis lainnya, pola pemberian makanan ayam mutiara berbeda-beda dalam setiap usianya. Pola pemberian makanan ayam mutiara anakan lebih banyak mengunakan konsentrat untuk starter, yang mengandung peotein tinggi. Pada usia perkembangan diberikan makanan dengan kandungan konsentrat untuk grower dan pada usia dewasa lebih banyak makanan yang memicu telur dan keindahan tubuh.(Galeriukm)
Sumber : http://galeriukm.web.id/unit-usaha/peternakan/meraih-untung-budidaya-ayam-mutiara
www.jendelahewan.blogspot.com
Jenis Ayam Mutiara
Ayam mutiara memiliki banyak jenis yang dibedakan menurut warna-warna bukunya antara lain pearl (abu-abu), putih, Royal Purple,Violet, Coklat. Lavender dan lain-lain. Dalam perkembangannya ayam mutiara banyak dihasilkan oleh hasil cross-breeding antara ayam mutiara yang asli dengan ayam lain, sehinga ragam jenis ayam mutiara semakin banyak.
Habitat Hidup Dan Model Kandang Ayam Mutiara
Ayam mutiara sebenarnya sebenarnya merupakan keluarga Burung (Aves) bukan ayam walau kemudian dikenal dengan nama Ayam Mutiara. Ayam ini berasal dari daratan Afrika yang di habitat aslinya hidup bergerombol pada sabana dan semak-semak. Meski dari kelompok burung, ayam mutiara tidak suka terbang tinggi dan lebih suka mencari makan di padang sabana. Karena itu dalam membudidayakan ayam mutiara model tempatnya bisa dibuat seperti halnya di alam aslinya.
Model kandang dibuat seperti kandang ayam pada umumnya , tetapi jika siang hari dilepas pada halaman/lahan terbatas yang tersedia pasir dan rumput. Selain itu kandang dan tempat bermain ayam mutiara harus cukup terkena sinar matahari agar bulu-bulu indah dan tidak lembab. Jika tersedia ayam mutiara lebih suka tidur pada malam hari pada tempat yang tinggi, karena itu pemberian tempat bertengger pada kandang sangat baik. Dengan tidur bertengger, ayam mutiara menjadi lebih sehat dan tahan terhadap penyakit.
Kandang ayam mutiara dewasa dengan ayam mutiara anakan juga berbeda, ayam mutiara dewasa relatif tahan terhadap perubahan suhu lingkungan. Akan tetapi pada ayam mutiara anakan diperlukan suhu ruangan yang cuku hangat karena bulu-bulunya belum cukup melindungi dari suhu dingin pada malam hari. Karena itu kandang yang cocok adalah kandang box yang diberi penghangat menggunakan lampu listrik. Pada pagi hari anakan mutiara perlu dijemur agar sehat dan kandang tidak lembab.
Menetaskan Ayam Mutiara
Salah satu cara mendapatkan ayam mutiara adalah dengan menetaskan dari telur, dengan membeli telur dan menetaskan sendiri kita lebih bisa mengamati perkembangan ayam sejak usia dini. Tetapi cara ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Cara menetaskan ayam mutiara bisa dilakukan dengan indukan ayam mutiara, indukan ayam kampung, entok dan dengan mesin tetas. Telur ayam mutiara yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu 28 hari. Konon ada perbedaan waktu menetas tergantung cross-breeding dengan ayam jenis apa.
Setelah telur ayam mutiara menetas, ditempatkan pada ruangan yang cukup hangat dengan diberi lampu penghangat. Anakan ayam mutiara mirip dengan anakan ayam kalkun, sehingga agak sulit dibedakan. Setelah muncul bintik-bintik mutiara mulai dapat dengan mudah dibedakan dengan ayam kalkun. Pada usia dewasa ayam mutiara jantan sulit dibedakan dengan ayam mutiara betina, sehingga perlu kejelian dan pengalaman untuk membedakannya.
Makanan Ayam Mutiara
ada dasarnya ayam Mutiara merupakan hewan omnivora atau bisa memakan apa saja. Di alam aslinya ayam mutiara memakan rumput, daun-daunan, serangga, cacing dan lain-lain. Untuk budidaya di rumah bisa diberikan makanan sisa nasi, bekatul, sisa sayuran dan makanan apa saja. Di dalam budi daya ayam mutiara secara intensif pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi setiap harinya dan perlu dihitung secara detail. Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan memberikan konsentrat, sayur-sayuran, bekatul dan lain-lain.
Seperti halnya beternak ayam jenis lainnya, pola pemberian makanan ayam mutiara berbeda-beda dalam setiap usianya. Pola pemberian makanan ayam mutiara anakan lebih banyak mengunakan konsentrat untuk starter, yang mengandung peotein tinggi. Pada usia perkembangan diberikan makanan dengan kandungan konsentrat untuk grower dan pada usia dewasa lebih banyak makanan yang memicu telur dan keindahan tubuh.(Galeriukm)
Sumber : http://galeriukm.web.id/unit-usaha/peternakan/meraih-untung-budidaya-ayam-mutiara
www.jendelahewan.blogspot.com
Kamis, 22 September 2011
Tehnik Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man)
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) adalah komoditas perikanan air tawar yang merupakan salah satu kekayaan perairan Indonesia. Selain mempunyai ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya juga mempunyai nilai ekonomis penting karena sangat digemari konsumen baik dalam maupun luar negeri terutama di Jepang dan beberapa negara Eropa.
Oleh karena itu Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan Dan Perikanan mencanangkan pada tahun 2003 Udang Galah ini menjadi salah satu andalan komoditas ekspor.
PEMBESARAN
Sarana dan Fasilitas
Jenis tanah yang cocok untuk pemeliharaan Udang Galah adalah tanah yang sedikit berlumpur dan tidak poreous. Luas kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 0,2 s/d 0,1 Ha. Sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman kolam antara 0,5 s/d 1,0 m. Dasar kolam harus rata dan dibuat kemalir (caren) secara diagonal dari saluran pemasukan sampai kesaluran pembuangan, hal ini memudahkan pemanenan. Kualitas air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari polusi.
Pengelolaan Kolam
Sebelum kolam ditebar udang galah, kolam sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu secara baik dengan cara :
Kolam dikeringkan terlebih dahulu kemudian dicangkul untuk menggemburkan tanahnya dan biarkan selama 3 s/d 5 hari.
Untuk memberantas hama dan penyakit dasar kolam diberi kapur dengan dosis 50 s/d 100 gr/m2 , kapur dicampur dengan air kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan dasar kolam dan dibiarkan selama 2 s/d 3 hari.
Kemudian kolam diisi dengan air mencapai kedalaman yang sudah ditentukan lalu diberi pupuk organik berupa kotoran ayam sebanyak 5001.000 gr/m2 dengan maksud untuk menumbuhkan pakan alami.
Teknik Pemeliharaan
Benih Udang yang siap dipelihara dikolam adalah benih udang stadia juwana (juvenil / udang muda) atau tokolan. Pememliharaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
Monokultur
Pemeliharaan secara monokultur adalah pemeliharaan udang di kolam tanpa dicampur ikan lain. Padat penebaran sebanyak 5 s/d 10 ekor/m2 bila pemberian pakan tidak intensif dan 20 s/d 30 ekor/m2 bila pemberian pakan secara intensif.
Polikultur
Pemeliharaan secara polikultur adalah pemeliharaan udang dikolam disatukan dengan ikan lain. Adapun ikan yang dapat dibudidayakan bersam udang adalah Ikan mola, ikan tawes, ikan nilem, dan ikan ”big head”. Padat penebaran udang galah sebanyak 1 s/d 5 ekor/m2 ukuran tokolan, sedangkan padat penebaran ikan 5 s/d 10 ekor/m2 ukuran 5 s/d 8 cm. Selama pemeliharaan dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2 s/d 3 minggu dengan pupuk urea 3 s/d 5 kg dan TSP 5 s/d 10 kg/Ha kolam.
Pemberian Pakan
Selain makanan alami, selam pemeliharaan udang galah perlu diberikan pakan tambahan berupa pellet udang dengan kadar protein 25 s/d 30 % karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20% menurun sampai 5% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari. Sedangkan pada pemeliharaan polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6% menurun sampai 3% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari.
Pemanenan
Pemanenan udang galah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Panen Total
Panen Total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total sehingga produksi total dapat segera diketahui. Kerugian sistem ini adalah yang masih kecil ikut dipanen serta dapat membuang air yang kaya akan organisme dan mineral.
Panen Selektif
Panen Selektif dilakukan dengan menggunakan jaring tanpa harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang ukuran tertentu saja. Pemanenan selanjutnya tergantung kepada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam.
Predator dan Penyakit
Predator
Predator pada pemeliharaan udang galah dikolam adalah beberapa jenis ikan seperti catfish (lele lokal) dan Snakehead, burung dan ular. Kepiting merupakan pengganggu karena hewan tersebut dapat melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan predator , pada saluran pemasukan air dipasang saringan dan disekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm.
Penyakit
Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah ”Black Spot” yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti oleh timbulnya jamur, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunya mutu udang. Untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri ini dapat menggunakan obat antibakterial yang diberikan secara oral melalui pakan.
Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu banyak, rendahnya kandungan oksigen, pengaryh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian.
Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah dalam kolam sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 mg/l, suhu optimum27 s/d/ 300 C, derajat keasaman (pH) 7,0 s/d 8,5 dan kesadahan total antara 40 s/d 150 mg/l.
sumber:
http://www.bbpbat.net
http://duniaveteriner.com/2009/06/tehnik-pembesaran-udang-galah-macrobrachium-rosenbergii-de-man/print
Gambar:
http://matanews.com/2011/01/22/harga-naik-2/
www.jendelahewan.blogspot.com
Oleh karena itu Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan Dan Perikanan mencanangkan pada tahun 2003 Udang Galah ini menjadi salah satu andalan komoditas ekspor.
PEMBESARAN
Sarana dan Fasilitas
Jenis tanah yang cocok untuk pemeliharaan Udang Galah adalah tanah yang sedikit berlumpur dan tidak poreous. Luas kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 0,2 s/d 0,1 Ha. Sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman kolam antara 0,5 s/d 1,0 m. Dasar kolam harus rata dan dibuat kemalir (caren) secara diagonal dari saluran pemasukan sampai kesaluran pembuangan, hal ini memudahkan pemanenan. Kualitas air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari polusi.
Pengelolaan Kolam
Sebelum kolam ditebar udang galah, kolam sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu secara baik dengan cara :
Kolam dikeringkan terlebih dahulu kemudian dicangkul untuk menggemburkan tanahnya dan biarkan selama 3 s/d 5 hari.
Untuk memberantas hama dan penyakit dasar kolam diberi kapur dengan dosis 50 s/d 100 gr/m2 , kapur dicampur dengan air kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan dasar kolam dan dibiarkan selama 2 s/d 3 hari.
Kemudian kolam diisi dengan air mencapai kedalaman yang sudah ditentukan lalu diberi pupuk organik berupa kotoran ayam sebanyak 5001.000 gr/m2 dengan maksud untuk menumbuhkan pakan alami.
Teknik Pemeliharaan
Benih Udang yang siap dipelihara dikolam adalah benih udang stadia juwana (juvenil / udang muda) atau tokolan. Pememliharaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
Monokultur
Pemeliharaan secara monokultur adalah pemeliharaan udang di kolam tanpa dicampur ikan lain. Padat penebaran sebanyak 5 s/d 10 ekor/m2 bila pemberian pakan tidak intensif dan 20 s/d 30 ekor/m2 bila pemberian pakan secara intensif.
Polikultur
Pemeliharaan secara polikultur adalah pemeliharaan udang dikolam disatukan dengan ikan lain. Adapun ikan yang dapat dibudidayakan bersam udang adalah Ikan mola, ikan tawes, ikan nilem, dan ikan ”big head”. Padat penebaran udang galah sebanyak 1 s/d 5 ekor/m2 ukuran tokolan, sedangkan padat penebaran ikan 5 s/d 10 ekor/m2 ukuran 5 s/d 8 cm. Selama pemeliharaan dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2 s/d 3 minggu dengan pupuk urea 3 s/d 5 kg dan TSP 5 s/d 10 kg/Ha kolam.
Pemberian Pakan
Selain makanan alami, selam pemeliharaan udang galah perlu diberikan pakan tambahan berupa pellet udang dengan kadar protein 25 s/d 30 % karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20% menurun sampai 5% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari. Sedangkan pada pemeliharaan polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6% menurun sampai 3% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari.
Pemanenan
Pemanenan udang galah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Panen Total
Panen Total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total sehingga produksi total dapat segera diketahui. Kerugian sistem ini adalah yang masih kecil ikut dipanen serta dapat membuang air yang kaya akan organisme dan mineral.
Panen Selektif
Panen Selektif dilakukan dengan menggunakan jaring tanpa harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang ukuran tertentu saja. Pemanenan selanjutnya tergantung kepada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam.
Predator dan Penyakit
Predator
Predator pada pemeliharaan udang galah dikolam adalah beberapa jenis ikan seperti catfish (lele lokal) dan Snakehead, burung dan ular. Kepiting merupakan pengganggu karena hewan tersebut dapat melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan predator , pada saluran pemasukan air dipasang saringan dan disekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm.
Penyakit
Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah ”Black Spot” yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti oleh timbulnya jamur, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunya mutu udang. Untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri ini dapat menggunakan obat antibakterial yang diberikan secara oral melalui pakan.
Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu banyak, rendahnya kandungan oksigen, pengaryh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian.
Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah dalam kolam sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 mg/l, suhu optimum27 s/d/ 300 C, derajat keasaman (pH) 7,0 s/d 8,5 dan kesadahan total antara 40 s/d 150 mg/l.
sumber:
http://www.bbpbat.net
http://duniaveteriner.com/2009/06/tehnik-pembesaran-udang-galah-macrobrachium-rosenbergii-de-man/print
Gambar:
http://matanews.com/2011/01/22/harga-naik-2/
www.jendelahewan.blogspot.com
Bisnis Menguntungkan, Budidaya Udang Galah
Udang Galah adalah sejenis udang air tawar, membudidayakan udang galah ini memiliki masa depan yang cukup bagus dilihat dari harganya yang masih tinggi di pasaran. Dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya udang galah ini masih unggul dalam permintaan pasarnya, karena permintaan pasar dari dalam dan luar negeri masih tinggi seperti di Jepang dan negara-negara Eropa.
Pembesaran atau budidaya udang galah ini bisa dilakukan di kolam ataupun tambak darat. Dan saat ini budidaya udang galah sudah merambah ke berbagai daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali.
Karena pembudidayaannya yang terbilang lumayan mudah di situlah letak keuntungannya. Dan berbagai sarana dan aspek yang perlu dimiliki oleh pembudidaya adalah:
1. Lahan Untuk Budidaya
Lahan adalah sarana yang harus dimiliki oleh si pembudidaya, karena dimana lagi kita akan membudidayakan udang galah jika lahannya tidak ada. Namun lahan atau tempat budidaya juga harus memenuhi syarat.
* Bebas banjir dan pencemaran baik tanah maupun air
* Jenis tanah liat berpasir
* Dibuat pada ketinggian 0-700 mdpl
* Air tersedia sepanjang tahun
* Sirkulasi air harus bagus
* Debit air disarankan 0,5 – 1 Liter perdetik untuk lahan seluas 300 – 1000 m2.
2. Peralatan
Layaknya membudidayakan ikan air tawar lainnya, alat yang dibutuhkan antara lain pengangkut benih, cangkul, serok, ember, jaring dan lainnya.
3. Pengelolaan Air
Pengelolaan air menjadi hal yang penting dalam pembesaran udang galah ini. Kualitas air yang buruk akan mempengaruhi ketahanan udang itu sendiri, untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan penggantian air 30-50% air secara berkala minimal setiap sebulan sekali.
4. Pencegahan Hama dan Penyakit
Perlu dilakukan hal ini ager perkembangan udang galah tidak terganggu. Pencegahan hama juga harus diperhatikan agar hama yang bersifat predator atau kompetitor tidak mengganggu proses berkembangnya udang galah. Hama yang sering mengganggu adalah masuknya ikan-ikan pemangsa secara tidak sengaja, cara mencegahnya dengan memasang saringan pada saluran masuk dan pembuangan air kolam.
Serta pencegahan penyakit dan pemeriksaan kesehatan udang galah bisa dilakukan dengan cara:
* Pengambilan sampel dari beberapa udang yang diambil secara acak, dan bisa diamati secara visual maupun microskopik.
* Pengamatan visual bisa dilakukan secara langsung untuk untuk melihat adanya gejala penyakit atau perkembangan morfosis udang galah itu sendiri.
* Pemeriksaan secara microskopik dilakukan untuk melihat jasad pathogen (bakteri, virus, jamur dan parasit).
Dan penyakit yang sering menyerang udang galah adalah udang berlumut karena sirkulasi air kurang baik, untuk mengatasi hal tersebut kita bisa memasangkan kincir air.
Sumber : http://www.duniainfo.info/bisnis-menguntungkan-budidaya-udang-galah.htm
Gambar : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9353520
www.jendelahewan.blogspot.com
Pembesaran atau budidaya udang galah ini bisa dilakukan di kolam ataupun tambak darat. Dan saat ini budidaya udang galah sudah merambah ke berbagai daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali.
Karena pembudidayaannya yang terbilang lumayan mudah di situlah letak keuntungannya. Dan berbagai sarana dan aspek yang perlu dimiliki oleh pembudidaya adalah:
1. Lahan Untuk Budidaya
Lahan adalah sarana yang harus dimiliki oleh si pembudidaya, karena dimana lagi kita akan membudidayakan udang galah jika lahannya tidak ada. Namun lahan atau tempat budidaya juga harus memenuhi syarat.
* Bebas banjir dan pencemaran baik tanah maupun air
* Jenis tanah liat berpasir
* Dibuat pada ketinggian 0-700 mdpl
* Air tersedia sepanjang tahun
* Sirkulasi air harus bagus
* Debit air disarankan 0,5 – 1 Liter perdetik untuk lahan seluas 300 – 1000 m2.
2. Peralatan
Layaknya membudidayakan ikan air tawar lainnya, alat yang dibutuhkan antara lain pengangkut benih, cangkul, serok, ember, jaring dan lainnya.
3. Pengelolaan Air
Pengelolaan air menjadi hal yang penting dalam pembesaran udang galah ini. Kualitas air yang buruk akan mempengaruhi ketahanan udang itu sendiri, untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan penggantian air 30-50% air secara berkala minimal setiap sebulan sekali.
4. Pencegahan Hama dan Penyakit
Perlu dilakukan hal ini ager perkembangan udang galah tidak terganggu. Pencegahan hama juga harus diperhatikan agar hama yang bersifat predator atau kompetitor tidak mengganggu proses berkembangnya udang galah. Hama yang sering mengganggu adalah masuknya ikan-ikan pemangsa secara tidak sengaja, cara mencegahnya dengan memasang saringan pada saluran masuk dan pembuangan air kolam.
Serta pencegahan penyakit dan pemeriksaan kesehatan udang galah bisa dilakukan dengan cara:
* Pengambilan sampel dari beberapa udang yang diambil secara acak, dan bisa diamati secara visual maupun microskopik.
* Pengamatan visual bisa dilakukan secara langsung untuk untuk melihat adanya gejala penyakit atau perkembangan morfosis udang galah itu sendiri.
* Pemeriksaan secara microskopik dilakukan untuk melihat jasad pathogen (bakteri, virus, jamur dan parasit).
Dan penyakit yang sering menyerang udang galah adalah udang berlumut karena sirkulasi air kurang baik, untuk mengatasi hal tersebut kita bisa memasangkan kincir air.
Sumber : http://www.duniainfo.info/bisnis-menguntungkan-budidaya-udang-galah.htm
Gambar : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9353520
www.jendelahewan.blogspot.com
Rabu, 21 September 2011
Tips Merawat Jamur Tiram
Permintaan pasar, baik dalam maupun luar negeri terhadap jamur tiram terus meningkat. Jamur ini memiliki tekstur yang lembut dan kenyal seperti daging ayam, berkalori rendah, harganya murah meriah dan bisa dimasak dengan berbagai macam olahan seperti tumis, capcay dan jamur crispy.
Tak heran jamur tiram ini begitu diincar banyak orang. Karena itulah, petani jamur harus menguasai seluk-beluk merawat jamur tiram agar memperoleh hasil panen yang optimal, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Merawat jamur tiram sebenarnya mudah. Anda bahkan bisa memeliharanya di rumah karena tidak memerlukan ruangan khusus untuk mengembangbiakkannya. Peralatan dan bahan-bahannya pun sangat sederhana dan bisa diperoleh di toko biasa.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung seperti payung berbentuk cangkang tiram. Di alam, ia tumbuh di pepohonan atau batang kayu pepohonan yang telah lapuk. Karena itulah, untuk merawat jamur tiram, para petani menggunakan jerami keras atau serbuk kayu sebagai media tanamnya, karena mengandung selulosa sebagaimana yang terkandung di pepohonan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merawat jamur tiram adalah nutrisi, strerilisasi, cahaya matahari, suhu, dan kelembaban.
Nutrisi
Sebagaimana layaknya makhluk hidup, jamur juga memerlukan nutrisi yang tepat agar mampu tumbuh dan berkembang biak dengan optimal. Selain serbuk gergaji yang kaya selulosa, untuk merawat jamur tiram juga dibutuhkan nutrisi tambahan seperti bekatul dan kapur.
Bekatul mengandung vitamin B, karbon dan karbohidrat untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tubuh buah jamur. Sedangkan kapur mengandung kalsium untuk menguatkan batang dan akar supaya tidak mudah rontok. Kapur juga berguna untuk mengatur tingkat keasaman (pH) media tanam agar jamur tumbuh optimal.
Sterilisasi
Kondisi media tanam yang tidak steril akan menumbuhkan jamur lain atau penyakit yang dapat merusak bibit jamur. Misellium atau bibit jamur tiram yang steril ditandai oleh lapisan warna putih pada polybag berisi media tanam serbuk kayu.
Jika tidak steril, biasanya akan tumbuh lapisan bewarna hitam atau oranye yang menandakan kontaminasi jamur lain yang akan menghambat pertumbuhan misellium.
Tips merawat jamur tiram agar tidak terkontaminasi jamur, penyakit atau hama adalah dengan cara merebus media tanam dan mengukus polybag berisi media tanam hingga suhu 121oC.
Ruangan serta peralatan pun harus disterilkan dengan antiseptik atau alkohol. Begitu pula sirkulasi udara, kebersihan pekerja dan lingkungan di luar ruangan harus diperhatikan.
Penggunaan fungisida, insektisida, atau bahan kimia berbahaya lainnya bukanlah cara yang tepat dalam merawat jamur tiram. Hal ini dikarenakan jamur memiliki sifat menyerap bahan apapun yang ada di media tanamnya.
Jika media tanamnya menggunakan bahan-bahan kimia, otomatis jamur pun akan terkontaminasi oleh bahan kimia tersebut sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.
Cahaya Matahari
Paparan cahaya matahari perlu diatur ketika merawat jamur tiram. Pada fase pertumbuhan misellium, cahaya matahari tidak begitu diperlukan. Misellium lebih cepat tumbuh di ruangan yang kurang sinar matahari atau gelap.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buah diperlukan rangsangan cahaya. Tubuh buah tidak akan tumbuh optimal di ruangan gelap. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan tubuh buah jamur diperlukan intensitas cahaya sebanyak 60-70%.
Suhu dan Kelembaban
Merawat jamur tiram tidak lepas dari kondisi lingkungan yang diatur sedemikian rupa agar jamur tumbuh optimal. Pada tahap pertumbuhan misellium, suhu ruangan diatur hingga berkisar antara 22-280C dengan kelembaban antara 60-70%.
Ketika pertumbuhan misellium sudah optimal, seluruh polybag dipindahkan ke dalam kumbung, ruangan seperti gubuk agar mudah mengatur kelembaban. Tubuh buah akan tumbuh optimal pada suhu antara 16-220C dengan kelembaban antara 90-100%.
Untuk mencapai kelembaban itu, semprotkan air ke dinding kumbung untuk pengembunan. Jangan sampai terlalu basah karena akan merusak media tanam jamur.
Sumber : http://www.anneahira.com/merawat-jamur-tiram.htm
Gambar : http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSB2ZkbyrDzfqIOkkJ7uicpAWBhaTXzx4HkPvLHc31fT49Vm40gdA
www.jendelahewan.blogspot.com
Tak heran jamur tiram ini begitu diincar banyak orang. Karena itulah, petani jamur harus menguasai seluk-beluk merawat jamur tiram agar memperoleh hasil panen yang optimal, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Merawat jamur tiram sebenarnya mudah. Anda bahkan bisa memeliharanya di rumah karena tidak memerlukan ruangan khusus untuk mengembangbiakkannya. Peralatan dan bahan-bahannya pun sangat sederhana dan bisa diperoleh di toko biasa.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung seperti payung berbentuk cangkang tiram. Di alam, ia tumbuh di pepohonan atau batang kayu pepohonan yang telah lapuk. Karena itulah, untuk merawat jamur tiram, para petani menggunakan jerami keras atau serbuk kayu sebagai media tanamnya, karena mengandung selulosa sebagaimana yang terkandung di pepohonan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merawat jamur tiram adalah nutrisi, strerilisasi, cahaya matahari, suhu, dan kelembaban.
Nutrisi
Sebagaimana layaknya makhluk hidup, jamur juga memerlukan nutrisi yang tepat agar mampu tumbuh dan berkembang biak dengan optimal. Selain serbuk gergaji yang kaya selulosa, untuk merawat jamur tiram juga dibutuhkan nutrisi tambahan seperti bekatul dan kapur.
Bekatul mengandung vitamin B, karbon dan karbohidrat untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tubuh buah jamur. Sedangkan kapur mengandung kalsium untuk menguatkan batang dan akar supaya tidak mudah rontok. Kapur juga berguna untuk mengatur tingkat keasaman (pH) media tanam agar jamur tumbuh optimal.
Sterilisasi
Kondisi media tanam yang tidak steril akan menumbuhkan jamur lain atau penyakit yang dapat merusak bibit jamur. Misellium atau bibit jamur tiram yang steril ditandai oleh lapisan warna putih pada polybag berisi media tanam serbuk kayu.
Jika tidak steril, biasanya akan tumbuh lapisan bewarna hitam atau oranye yang menandakan kontaminasi jamur lain yang akan menghambat pertumbuhan misellium.
Tips merawat jamur tiram agar tidak terkontaminasi jamur, penyakit atau hama adalah dengan cara merebus media tanam dan mengukus polybag berisi media tanam hingga suhu 121oC.
Ruangan serta peralatan pun harus disterilkan dengan antiseptik atau alkohol. Begitu pula sirkulasi udara, kebersihan pekerja dan lingkungan di luar ruangan harus diperhatikan.
Penggunaan fungisida, insektisida, atau bahan kimia berbahaya lainnya bukanlah cara yang tepat dalam merawat jamur tiram. Hal ini dikarenakan jamur memiliki sifat menyerap bahan apapun yang ada di media tanamnya.
Jika media tanamnya menggunakan bahan-bahan kimia, otomatis jamur pun akan terkontaminasi oleh bahan kimia tersebut sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.
Cahaya Matahari
Paparan cahaya matahari perlu diatur ketika merawat jamur tiram. Pada fase pertumbuhan misellium, cahaya matahari tidak begitu diperlukan. Misellium lebih cepat tumbuh di ruangan yang kurang sinar matahari atau gelap.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buah diperlukan rangsangan cahaya. Tubuh buah tidak akan tumbuh optimal di ruangan gelap. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan tubuh buah jamur diperlukan intensitas cahaya sebanyak 60-70%.
Suhu dan Kelembaban
Merawat jamur tiram tidak lepas dari kondisi lingkungan yang diatur sedemikian rupa agar jamur tumbuh optimal. Pada tahap pertumbuhan misellium, suhu ruangan diatur hingga berkisar antara 22-280C dengan kelembaban antara 60-70%.
Ketika pertumbuhan misellium sudah optimal, seluruh polybag dipindahkan ke dalam kumbung, ruangan seperti gubuk agar mudah mengatur kelembaban. Tubuh buah akan tumbuh optimal pada suhu antara 16-220C dengan kelembaban antara 90-100%.
Untuk mencapai kelembaban itu, semprotkan air ke dinding kumbung untuk pengembunan. Jangan sampai terlalu basah karena akan merusak media tanam jamur.
Sumber : http://www.anneahira.com/merawat-jamur-tiram.htm
Gambar : http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSB2ZkbyrDzfqIOkkJ7uicpAWBhaTXzx4HkPvLHc31fT49Vm40gdA
www.jendelahewan.blogspot.com
Selasa, 20 September 2011
Budidaya Lele Organik Nan Gurih
Teletong alias kotoran sapi rupanya tak hanya bermanfaat untuk pupuk organik. Di Banyuwangi, Jawa Timur, kotoran sapi saat ini juga populer untuk budidaya lele organik. Tak perlu beli pakan, hasil panen ternyata lebih gurih.
Abdul Kohar, 48, salah satu petani Banyuwangi yang ikut mengembangkan budidaya lele organik mengatakan bahwa konsep budidaya lele organik mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup dan pakannya berasal dari bahan organik.
Di belakang rumahnya, Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran masing-maisng 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi.
Menurutnya, berbeda dengan budidaya lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya berasal dari pabrikan (pelet).
Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagin sirip dan insang. "Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam," terang Abdul Kohar, kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas. "Dan tentunya, lebih sehat," tegas petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada ini.
Membudidayakan lele organik memang membutuhkan keuletan tersendiri. Sebabnya, kata dia, setidaknya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup.
Kohar biasa menebar 21 ribu benih yang dibelinya dari daerah sekitar seharga Rp 25 per benih.
Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter. Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter.
Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele.
Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Kohar menceritakan, setiap kali panen ia bisa menghasilkan enam kuintal lele, dengan harga Rp 9 ribu perkilogramnya. Meski pasarnya masih seputar Banyuwangi, namun menurut dia, budidaya lele organik hemat biaya hingga 40 persen. Sebab ia tak perlu lagi membeli pakan pabrikan.
Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. "Menghemat biaya dan tenaga," kata ayah enam anak ini.
Di tangan Kohar pula, sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman padinya seluas satu hektar.
Kohar sebenarnya sudah akrab dengan pupuk organik sejak tahun 2005 lalu. Ia juga tercatat sebagai salah satu petani yang konsisten memakai pupuk organik untuk tanaman padinya. Sebelum membudidayakan lele organik empat bulan lalu, kotoran ternak sapinya yang berjumlah enam ekor langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi.
Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S Sirtanio) Samanhudi mengatakan, budidaya lele organik di Banyuwangi masih dikembangkan oleh enam petani. Pasarnya juga masih terbatas di Banyuwangi.
Menurut dia, hal itu disebabkan karena budidaya lele organik masih tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat. Lele, kata dia, masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. "Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia," terangnya.
Sementara ditilik dari segi gizi, kata dia, lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Sumber : http://www.tempo.co/hg/wirausaha/2010/04/15/brk,20100415-240586,id.html
www.jendelahewan.blogspot.com
Abdul Kohar, 48, salah satu petani Banyuwangi yang ikut mengembangkan budidaya lele organik mengatakan bahwa konsep budidaya lele organik mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup dan pakannya berasal dari bahan organik.
Di belakang rumahnya, Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran masing-maisng 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi.
Menurutnya, berbeda dengan budidaya lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya berasal dari pabrikan (pelet).
Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagin sirip dan insang. "Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam," terang Abdul Kohar, kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas. "Dan tentunya, lebih sehat," tegas petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada ini.
Membudidayakan lele organik memang membutuhkan keuletan tersendiri. Sebabnya, kata dia, setidaknya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup.
Kohar biasa menebar 21 ribu benih yang dibelinya dari daerah sekitar seharga Rp 25 per benih.
Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter. Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter.
Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele.
Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Kohar menceritakan, setiap kali panen ia bisa menghasilkan enam kuintal lele, dengan harga Rp 9 ribu perkilogramnya. Meski pasarnya masih seputar Banyuwangi, namun menurut dia, budidaya lele organik hemat biaya hingga 40 persen. Sebab ia tak perlu lagi membeli pakan pabrikan.
Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. "Menghemat biaya dan tenaga," kata ayah enam anak ini.
Di tangan Kohar pula, sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman padinya seluas satu hektar.
Kohar sebenarnya sudah akrab dengan pupuk organik sejak tahun 2005 lalu. Ia juga tercatat sebagai salah satu petani yang konsisten memakai pupuk organik untuk tanaman padinya. Sebelum membudidayakan lele organik empat bulan lalu, kotoran ternak sapinya yang berjumlah enam ekor langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi.
Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S Sirtanio) Samanhudi mengatakan, budidaya lele organik di Banyuwangi masih dikembangkan oleh enam petani. Pasarnya juga masih terbatas di Banyuwangi.
Menurut dia, hal itu disebabkan karena budidaya lele organik masih tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat. Lele, kata dia, masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. "Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia," terangnya.
Sementara ditilik dari segi gizi, kata dia, lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Sumber : http://www.tempo.co/hg/wirausaha/2010/04/15/brk,20100415-240586,id.html
www.jendelahewan.blogspot.com
Senin, 19 September 2011
Budidaya Ikan Cupang, Usaha Sampingan Yang Menggiurkan
Siapa yang tidak kenal dengan ikan cupang? Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pasti sudah tidak asing lagi dengan ikan hias ini. Bentuk tubuh yang mungil dan sirip yang lebar menjadi daya tarik tersendiri bagi ikan air tawar ini. Berdasarkan bentuk tubuh dan sirip, ikan cupang dibedakan menjadi berbagai jenis, antara lain halfmoon, crowntail, double tail, plakat, serit, giant, dan lain-lain. Untuk ikan cupang giant ini merupakan persilangan ikan cupang yang sudah dibudidayakan dengan ikan cupang alam, hingga bisa mencapai panjang 12 cm. Ikan cupang atau betta sp. ini umumnya ditemui di perairan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia. Ikan cupang jenis serit merupakan salah satu ikan cupang asli Indonesia.
Jika kita berkunjung ke toko-toko penjual ikan hias, hampir pasti kita bisa mendapatkan ikan cupang ini dengan mudah. Pemasaran ikan cupang atau biasa juga disebut dengan ikan betta memang tak ada matinya, apalagi jika kita masuk ke komunitas hobbies ikan betta, kita akan menjumpai kontes-kontes ikan cupang yang diadakan setiap minggu. Saat ini komunitas hobbies ikan cupang bisa kita temui di seluruh Indonesia, sehingga selain ada kontes regional, kontes ikan cupang skala nasional pun kerap diadakan. Dalam kontes inilah kita bisa menemui ikan-ikan cupang yang berkualitas, dan memiliki harga jual yang tinggi, bahkan hingga jutaan rupiah per ekornya.
Ada beberapa kriteria ikan cupang yang berkualitas atau Great A, antara lain bisa dilihat dari performa ikan tersebut ketika berenang, kerapian siripnya, mental ikan tersebut, kesehatan, serta corak warnanya. Ikan cupang yang memenuhi kriteria untuk kontes inilah yang biasanya memiliki harga jual yang tinggi. Ikan cupang yang memiliki sirip dengan berbagai bentuk dan corak warnanya ini biasanya ikan cupang berjenis kelamin jantan, maka tidak heran jika ikan cupang jantan inilah yang paling diburu orang. Namun bukan berarti ikan jenis betinanya tidak diburu orang. Biasanya ikan betina yang memiliki anakan dengan kualitas kontes pun banyak diburu untuk dibudidayakan. Hal ini menjadi ladang usaha bagi beberapa orang, bahkan untuk usaha budidaya ikan cupang ini pun bisa dijadikan usaha sampingan bagi Anda yang sibuk dengan rutinitas di kantor atau tempat kerja Anda.
Untuk membudidayakan ikan cupang ini tidaklah merepotkan, apalagi jika dijadikan usaha sampingan. Tim bisnisUKM sempat mengunjungi salah seorang pembudidaya ikan cupang di Dukuh MJ1 1438 RT/RW: 75/ 16 Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta, Eko Windarto, yang sudah mulai menekuni usaha budidaya ikan cupang ini sejak awal tahun 2000. Menurut pengalamannya, selama membudidayakan ikan cupang ini, jarang sekali ia mengeluarkan biaya operasional, hanya biaya untuk pengiriman ikan ini saja, ke luar kota atau luar pulau. Biaya operasional untuk membudidayakan ikan cupang ini bisa dihemat, terutama biaya untuk listrik dan pakan. Jika ikan hias jenis lain membutuhkan sirkulasi air dengan menggunakan aerator yang otomatis membutuhkan listrik, maka ikan cupang tidak membutuhkannya. Selain itu, untuk pakan pun, biasanya Eko mencari sendiri di pengairan sawah yang berupa dapnia atau kutu air. Tempat yang terbatas pun tidak menjadi kendala bagi Anda untuk membudidayakan ikan cupang ini. Bahkan beberapa pembudidaya ikan cupang hanya menggunakan botol bekas air mineral, atau akuarium kaca yang cukup untuk 1 ekor ikan. Hal ini dikarenakan ikan cupang adalah ikan petarung, atau jika ikan cupang (jantan) saling bertemu bisa terjadi perebutan wilayah kekuasaan.
Usaha budidaya ikan cupang yang dijalankan Eko kini sudah lebih mudah, apalagi dengan perkembangan teknologi. Cukup menggunakan media internet, dan masuk ke komunitas penggemar ikan cupang, ia bisa memasarkan ikan cupang hasil budidayanya dari rumah. Kisaran harga ikan cupang sendiri mulai dari RP. 5.000,-, RP. 35.000,- s/d Rp. 50.000,- untuk kelas sedang, dan RP. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- untuk ikan cupang kualitas kontes. Bahkan Eko pernah menjual ikan cupang hasil budidayanya dengan harga 1 juta rupiah. Untuk kontes ikan cupang sendiri, Eko pun biasa mengikut sertakan ikan hasil budidayanya, bahkan ada salah satu ikan cupangnya yang sudah menjuarai kontes sebanyak 6 kali, belum ditambahkan beberapa penghargaan kejuaraan dari ikan cupang yang lain. Dari kontes pula Eko bisa bertemu dan kenal dengan para penggemar ikan cupang dari seluruh Nusantara, hingga pasar ikan cupangnya sampai di Solo, Semarang, Banjarmasin, Pekanbaru, dan Manado, selain wilayah Jogja sendiri.
Dengan indukan ikan usia 5 sampai 6 bulan, pemijahan sudah bisa dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 1. Media yang digunakan untuk bertelur pun bisa menggunakan plastik. Sekali bertelur, ratusan ikan cupang bisa dipanen dalam jangkau waktu sekitar 3 bulan. Melalui pemasaran di media online, Anda pun sudah bisa meraup untung dari hasil budidaya ikan hias ini, dan Anda masih bisa melakukan aktifitas di kantor ataupun tempat kerja Anda. Semoga hal ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda yang mencari usaha sampingan. Salam sukses.
Sumber : http://bisnisukm.com/budidaya-ikan-cupang-usaha-sampingan-yang-menggiurkan.html
www.jendelahewan.blogspot.com
Jika kita berkunjung ke toko-toko penjual ikan hias, hampir pasti kita bisa mendapatkan ikan cupang ini dengan mudah. Pemasaran ikan cupang atau biasa juga disebut dengan ikan betta memang tak ada matinya, apalagi jika kita masuk ke komunitas hobbies ikan betta, kita akan menjumpai kontes-kontes ikan cupang yang diadakan setiap minggu. Saat ini komunitas hobbies ikan cupang bisa kita temui di seluruh Indonesia, sehingga selain ada kontes regional, kontes ikan cupang skala nasional pun kerap diadakan. Dalam kontes inilah kita bisa menemui ikan-ikan cupang yang berkualitas, dan memiliki harga jual yang tinggi, bahkan hingga jutaan rupiah per ekornya.
Ada beberapa kriteria ikan cupang yang berkualitas atau Great A, antara lain bisa dilihat dari performa ikan tersebut ketika berenang, kerapian siripnya, mental ikan tersebut, kesehatan, serta corak warnanya. Ikan cupang yang memenuhi kriteria untuk kontes inilah yang biasanya memiliki harga jual yang tinggi. Ikan cupang yang memiliki sirip dengan berbagai bentuk dan corak warnanya ini biasanya ikan cupang berjenis kelamin jantan, maka tidak heran jika ikan cupang jantan inilah yang paling diburu orang. Namun bukan berarti ikan jenis betinanya tidak diburu orang. Biasanya ikan betina yang memiliki anakan dengan kualitas kontes pun banyak diburu untuk dibudidayakan. Hal ini menjadi ladang usaha bagi beberapa orang, bahkan untuk usaha budidaya ikan cupang ini pun bisa dijadikan usaha sampingan bagi Anda yang sibuk dengan rutinitas di kantor atau tempat kerja Anda.
Untuk membudidayakan ikan cupang ini tidaklah merepotkan, apalagi jika dijadikan usaha sampingan. Tim bisnisUKM sempat mengunjungi salah seorang pembudidaya ikan cupang di Dukuh MJ1 1438 RT/RW: 75/ 16 Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta, Eko Windarto, yang sudah mulai menekuni usaha budidaya ikan cupang ini sejak awal tahun 2000. Menurut pengalamannya, selama membudidayakan ikan cupang ini, jarang sekali ia mengeluarkan biaya operasional, hanya biaya untuk pengiriman ikan ini saja, ke luar kota atau luar pulau. Biaya operasional untuk membudidayakan ikan cupang ini bisa dihemat, terutama biaya untuk listrik dan pakan. Jika ikan hias jenis lain membutuhkan sirkulasi air dengan menggunakan aerator yang otomatis membutuhkan listrik, maka ikan cupang tidak membutuhkannya. Selain itu, untuk pakan pun, biasanya Eko mencari sendiri di pengairan sawah yang berupa dapnia atau kutu air. Tempat yang terbatas pun tidak menjadi kendala bagi Anda untuk membudidayakan ikan cupang ini. Bahkan beberapa pembudidaya ikan cupang hanya menggunakan botol bekas air mineral, atau akuarium kaca yang cukup untuk 1 ekor ikan. Hal ini dikarenakan ikan cupang adalah ikan petarung, atau jika ikan cupang (jantan) saling bertemu bisa terjadi perebutan wilayah kekuasaan.
Usaha budidaya ikan cupang yang dijalankan Eko kini sudah lebih mudah, apalagi dengan perkembangan teknologi. Cukup menggunakan media internet, dan masuk ke komunitas penggemar ikan cupang, ia bisa memasarkan ikan cupang hasil budidayanya dari rumah. Kisaran harga ikan cupang sendiri mulai dari RP. 5.000,-, RP. 35.000,- s/d Rp. 50.000,- untuk kelas sedang, dan RP. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- untuk ikan cupang kualitas kontes. Bahkan Eko pernah menjual ikan cupang hasil budidayanya dengan harga 1 juta rupiah. Untuk kontes ikan cupang sendiri, Eko pun biasa mengikut sertakan ikan hasil budidayanya, bahkan ada salah satu ikan cupangnya yang sudah menjuarai kontes sebanyak 6 kali, belum ditambahkan beberapa penghargaan kejuaraan dari ikan cupang yang lain. Dari kontes pula Eko bisa bertemu dan kenal dengan para penggemar ikan cupang dari seluruh Nusantara, hingga pasar ikan cupangnya sampai di Solo, Semarang, Banjarmasin, Pekanbaru, dan Manado, selain wilayah Jogja sendiri.
Dengan indukan ikan usia 5 sampai 6 bulan, pemijahan sudah bisa dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 1. Media yang digunakan untuk bertelur pun bisa menggunakan plastik. Sekali bertelur, ratusan ikan cupang bisa dipanen dalam jangkau waktu sekitar 3 bulan. Melalui pemasaran di media online, Anda pun sudah bisa meraup untung dari hasil budidaya ikan hias ini, dan Anda masih bisa melakukan aktifitas di kantor ataupun tempat kerja Anda. Semoga hal ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda yang mencari usaha sampingan. Salam sukses.
Sumber : http://bisnisukm.com/budidaya-ikan-cupang-usaha-sampingan-yang-menggiurkan.html
www.jendelahewan.blogspot.com
Minggu, 18 September 2011
DEHORNING
Dehorning adalah penghilangan atau pemotongan tanduk. Bangsa sapi perah kebanyakan dipotong tanduknya Karena tanda tidak menguntungkan peternak sapi perah, meskipun peternak ingin mempertahankan pada anak sapi jantan yang dipelihara untuk kerja atau untuk sapi dara atau dua atau tiga kegunaan. Pemotongan tanduk paling baik dilaksanakan dengan membakar pucuk tanduk ketika anak sapi berumur satu atau dua minggu, bisa juga dengan menggosok pucuk tanduk dengan tongkat soda api (cautik) sampai hampir berdarah dengan menggunakan collodion atau dengan menggunakan silinder yang panas ditekankan untuk satu atau dua menit disekitar cincin kuncup tanduk (Williamson,1993).
Dalam penggunaan tongkat soda api, perawatan harus dilakukan sedemikian rupa supaya anak sapi tidak membawa soda api kepada induk sapi pada waktu menyusu sehingga soda api tersebut tidak menyebar dari tempat pelaksanaan terutama kedalam mata. Ini mungkin terjadi bila anak sapi terkena air hujan setelah penggunaan tongkat soda api (Williamson,1993).
Pemotongan tanduk dengan arus listrik dapat juga digunakan pada sapi muda. Suatu cincin baja yang dipanaskan dengan listrik ditekankan pada dasar tanduk sehingga membakar jaringan disekitarnya dan menahan pertumbuhan tanduk. Mereka yang berpengalaman apabila melakukan cara ini hanya mematikan sebagian saja dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud deformasi yang disebut scur (Blakely,1991).
Sapi yang lebih tua pemotongan tanduknya harus dengan gergaji atau dengan alat pemotongan Barnes. Cara ini akan menyebabkan timbulnya pendarahan (Blakely,1991).Sebenarnya banyak cara yang dipraktekkan untuk pemotongan tanduk sapi. Suatu cara yang akan dipakai sangat tergantung pada umur sapi yang akan dihilangkan tanduknya serta pengalaman yang dipunyai oleh mereka yang akan melaksanakan pekerjaan itu. Sapi muda sering dihilangkan tanduknya dengan menggunakan pasta kimia yang keras (Kalium atau Hidrokside), pasta kimia tersebut dioleskan diseputar pangkal tanduk ketika anak sapi berumur kurang dari satu minggu, sehingga mematikan pertumbuhan dan perkembangan tanduk tersebut (Blakely,1991).
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
Williamson and Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
JENIS-JENIS SAPI PERAH
Banyak bangsa sapi daging yang dikembangkan untuk tujuan ganda (susu dan daging) atau bahkan untuk tujuan yang lebih luas lagi yaitu susu, daging, dan tenaga. Beberapa bangsa masih memperlihatkan perbedaan sedangkan yang lainnya telah diseleksi untuk sifat-sifat ternak daging atau ternak perah saja (Blakely,1991).
Bangsa sapi perah daerah subtropics
Ayrshire. Bangsa sapi Ayrshire dikembangkan di daerah Ayr, yaitu di daerah bagian barat Skotlandia. Wilayah tersebut dingin dan lembab, padang rumput relative tidak banyak tersedia. Dengan demikian maka ternak terseleksi secara alamiah akan ketahanan dan kesanggupannya untuk merumput (Blakely,1991).
Pola warna bangsa sapi Ayrshire bervariasi dari merah dan putih sampai warna mahagoni dan putih. Bangsa sapi ini lebih bersifat gugup atau terkejut bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Para peternak dahulu nampak masih berhati-hati dalam usaha mereka dalam melakukan seleksi kearah tipe yang bagus. Hasil itu masih nampak dalam gaya penampilan, simetri, perlekatan ambing yang nampak, disamping kehalusan dan kebersihannya sebagai tipe perah. Sapi Ayrshire hanya termasuk dalam peringkat sedang dari sudut daging serta pedet yang dilahirkan. Rata-rata bobot badan sapi betina dewasa 1250 pound dan sapi jantan mencapai 1600-2300 pound. Produksi susu menurut DHIA (1965/1966) rata-rata 10312 pound dengan kadar lemak 4% (Prihadi,1997).
Brown Swiss. Bangsa sapi Brown Swiss banyak dikembangkan dilereng-lereng pegunungan di Swiss. Sapi ini merumput di kaki-kaki gunung pada saat musim semi sampai lereng yang paling tinggi saat musim panas. Keadaan alam seperti itu melahirkan hewan-hewan yang tangguh akan kemampuan merumput yang bagus. Ukuran badannya yang besar serta lemak badannya yang berwarna putih menjadikannya sapi yang disukai untuk produksi daging (Blakely,1991).
Warna sapi Brown Swiss bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat gelap, serta tercatat sebagai sapi yang mudah dikendalikan dengan kecenderungan bersifat acuh. Sapi Brown Swiss dikembangkan untuk tujuan produksi keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relative tinggi. Bobot badan sapi betina dewasa 1200-1400 pound, sedang sapi jantan Brown Swiss 1600-2400 pound. Produksi susu rata-rata mencapai 10860 pound dengan kadar lemak 4,1% dan warna lemak susunya agak putih (Blakely,1991).
Guernsey. Bangsa sapi Guernsey dikembangkan di pulau Guernsey di Inggris. Pulau tersebut terkenal dengan padang rumputnya yang bagus, sehingga pada awal-awal seleksinya, sifat-sifat kemampuan merumput bukan hal penting yang terlalu diperhatikan. Sapi perah Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak jelas. Sapi tersebut sangat jinak, tetapi karena lemak badannya yang berwarna kekuningan serta ukuran badan yang kecil menyebabkan tidak disukai untuk produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar karoten yang cukup tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekusor vitamin A). disamping itu, kadar lemak susu serta kadar bahan padat susu yang tinggi. Bobot badan rata-rata sapi betina dewasa 1100 pound dengan kisaran antar 800-1300 pound. Sedangkan bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai 1700 pound. Produksi susu sapi Guernsey menurut DHIA (1965/1966) rata-rata 9179 pound dengan kadar lemaknya 4,7% (Prihadi,1997).
Jersey. Sapi Jersey dikembangkan di pulau Jersey di Inggris yang terletak hanya sekitar 22 mil dari pulau Guernsey. Seperti halnya pulau Guernsey, pulau Jersey juga mempunyai padang rumput yang bagus sehingga seleksi ke arah kemampuan merumput tidak menjadi perhatian pokok. Pulau itu hasil utamanya adalah mentega, dengan demikian sapi Jersey dikembangkan untuk tujuan produksi lemak susu yang banyak, sifat yang sampai kini pun masih menjadi perhatian. Dalam masa perkembangan bangsa ini, hanya sapi-sapi yang bagus sajalah yang tetap dipelihara sehingga sapi Jersey ini masih terkenal karena keseragamannya (Blakely,1991).
Susu yang berasal dari sapi yang berwarna coklat ini, warnanya kuning karena kandungankarotennya tinggi serta persentase lemak dan bahan padatnya juag tinggi. Seperti halnya sapi Guernsey, sapi Jersey tidak disukai untuk tujuan produksi daging serta pedet yang akan dipotong. Bobot sapi betina dewasa antara 800-1100 pound. Produksi susu sapi Jersey tidak begitu tinggi, menurut standar DHIA (1965/1966) rata-rata produksi sapi Jersey 8319 pound/tahun, tetapi kadar lemaknya sangat tinggi rata-rata 5,2% (Prihadi,1997).
Holstein – Friesien. Bangsa sapi Holstein-Friesien adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di Amerika Serikat, jumlahnya cukup banyak, meliputi antara 80 sampai 90% dari seluruh sapi perah yang ada. Asalnya adalah Negeri Belanda yaitu di propinsi Nort Holand dan West Friesland, kedua daerah yang memiliki padang rumput yang bagus. Bangsa sapi ini pada awalnya juga tidak diseleksi kearah kemampuan atau ketangguhannya merumput. Produksi susunya banyak dan dimanfaatkan untuk pembuatan keju sehingga seleksi kearah jumlah produksi susu sangat dipentingkan (Blakely,1991).
Sapi yang berwarna hitam dan putih (ada juga Holstein yang berwarna merah dan putih) sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu namun kadar lemaknya rendah. Sifat seperti ini nampaknya lebih cocok dengan kondisi pemasaran pada saat sekarang. Ukuran badan, kecepatan pertumbuhan serta karkasnya yang bagus menyebabkan sapi ini sangat disukai pula untuk tujuan produksi daging serta pedet untuk dipotong. Standar bobot badan sapi betina dewasa 1250 pound, pada umumnya sapi tersebut mencapai bobot 1300-1600 pound. Standar bobot badan pejantan 1800 pound dan pada umumnya sapi pejantan tersebut mencapai diatas 1 ton. Produksi susu bias mencapai 126874 pound dalam satu masa laktasi, tetapi kadar lemak susunya relative rendah, yaitu antara 3,5%-3,7%. Warna lemaknya kuning dengan butiran-butiran (globuli) lemaknya kecil, sehingga baik untuk dikonsumsi susu segar (Blakely,1991).
Bangsa sapi perah daerah tropis
Sahiwal. Bangsa sapi Sahiwal berasal dari daerah Punyab, distrik montgo mery, Pakistan, daerah antara 29 5’ -30 2’ LU. Sapi perah Sahiwal mempunyai warna kelabu kemerah-merahan atau kebanyakan merah warna sawo atau coklat. Sapi betina bobot badannya mencapai 450 kg sedangkan yang jantan 500-600 kg. sapi ini tahan hidup di daerah asalnya dan dapat berkembang di daerah-daerah yang curah hujannya tidak begitu tinggi. Produksi susu paling tinggi yaitu antara 2500-3000 kg/tahun dengan kadar lemaknya 4,5%. Menurut Ware (1941) berdasarkan catatan sapi perah Sahiwal yang terbaik dari 289 ekor dapat memproduksi antara 6000-13000 pound (2722-5897 liter) dengan kadar lemak 3,7% (Blakely,1991).
Red Sindhi. Bangsa sapi Red Sindhi berasal dari daerah distrik Karachi, Hyderabad dan Kohistan. Sapi Red Sindhi berwarna merah tua dan tubuhnya lebih kecil bila dibandingkan dengan sapi Sahiwal, sapi betina dewasa rata-rata bobot badannya 300-350 kg, sedangkan jantannya 450-500 kg. produksi susu Red Sindhi rata-rata 2000 kg/tahun, tetapi ada yang mencapai produksi susu 3000 kg/tahu dengan kadar lemaknya sekitar 4,9% (Blakely,1991).
Gir. Bangsa sapi Gir berasal dari daerah semenanjung Kathiawar dekat Bombay di India Barat dengan curah hujan 20-25 inchi atau 50,8-63,5 cm. Daerah ini terletak antara 20 5’ - 22 6’ LU. Pada musim panas temperature udara mencapai 98 F (36,7 C) dan musim dingin temperatu udara sampai 60 F (15,5 C) (Prihadi,1997).
Warna sapi Gir pada umumnya putih dengan sedikit bercak-bercak coklat atau hitam, tetapi ada juga yang kuning kemerahan. Sapi ini tahan untuk bekerja baik di sawah maupun di tegal. Ukuran bobot sapi betina dewasa sekitar 400 kg, sedangkan sapi jantan dewasa sekitar 600 kg. produksi susu rata-rata 2000 liter/tahun dengan kadar lemak 4,5-5% (Blakely,1991).
Bangsa sapi perah di Indonesia
Bangsa sapi perah di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Sapi perah di Indonesia berasal dari sapi impor dan hasil dari persilangan sapi impor dengan sapi local. Pada tahun 1955 di Indonesia terdapat sekitar 200000 ekor sapi perah dan hamper seluruhnya merupakan sapi FH dan keturunannya (Prihadi,1997).
Produksi susu sapi FH di Indonesia tidak setinggi di tempat asalnya. Hal ini banyak dipengaruhi oleh factor antara lain iklim, kualitas pakan, seleksi yang kurang ketat, manajemen dan mungkin juga sapi yang dikirim ke Indonesia kualitas genetiknya tidak sebaik yang diternakkan dinegeri asalnya. Sapi FH murni yang ada di Indonesia rata-rata produksi susunya sekitar 10 liter per hari dengan calving interval 12-15 bulan dan lama laktasi kurang lebih 10 bulan atau produksi susu rata-rata 2500-3000 liter per laktasi (Prihadi,1997).
Hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi FH sering disebut sapi PFH (Peranakan Friesian Holstein). Sapi ini banyak dipelihara rakyat terutama di daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang, dan Jogjakarta. Juga dapat dijumpai didaerah Pujon, Batu, Malang,dan sekitarnya. Warna sapi PFH seperti sapi FH tetapi sering dijumpai warna yang menyimpang misalnya warna bulu kipas ekor hitam, kuku berwarna hitam dan bentuk tubuhnya masih memperlihatkan bentuk sapi local, kadang-kadang masih terlihat adanya gumba yang meninggi (Prihadi,1997).
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.