Ayam Arab, merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel-Silver dari Belgia; keberadaannya di Indonesia karena dibawa oleh orang-orang Indonesia yang datang dari Saudi Arabia. Ciri khasnya adalah warna putih mengkilap di sepanjang leher, punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih.
Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam Arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam ini berbulu tebal. Ayam Arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. Selama usia produktif antara 0,8-1,5 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur.
Masyarakat memelihara Ayam Arab terutama untuk produksi telur, yang mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Warna kerabang telur sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai pedaging.
Namun potensi genetis ayam Arab akan muncul jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Pemeliharaannya bisa dilakukan secara intensif di kandang batery atau semi intensif, diumbar. Pakan sangat mempengaruhi produksi telurnya. Beberapa pengalaman pemelihara ayam Arab, bahwa pemberian pakan campuran dedak, jagung dan konsentrat dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dapat menghasilkan 70-80% selama 2 tahun. Produktivitas ayam Arab menurun dengan bertambahnya umur ayam.
Ayam Arab termasuk jenis petelur tipe ringan dibawah 1880 gr per ekor. Konsumsi pakan umumnya maksimal 100 gr/ekor/hari. Dengan adanya batasan pemberian ransum ini maka sebaiknya penyusunan ransum yang tepat sesuai kebutuhan karena kelebihan ransum dapat menyebabkan ayam menjadi gemuk dan menurunkan produksi telur.
Ransum yang dikonsumsi oleh unggas harus dapat memenuhi segala kebutuhan unsur-unsur gizi utama dan pra utama bagi unggas, sehingga menghasilkan produksi yang optimal. Produksi yang optimal dikaitkan dengan prinsip ekonomis dan teknis peternakan. Produksi yang optimal dimana produksi telur dapat memberikan tingkat manfaat semaksimal mungkin kepada peternak. Ransum untuk ayam berproduksi pada komposisi yang baik adalah dengan kandungan protein 17% dan energinya 2850 kkal/kg; akan menghasilkan produksi telur yang baik untuk daerah tropis Perhitungan kandungan ransum dapat dilakukan secara sederhana dengan membandingkan komposisi antara pakan sumber protein dan sumber karbohidrat. Jika ransum yang tersedia hanya dedak dan konsentrat (pabrik) maka komposisi 3 : 1 sudah mendekati kandungan nutrisi (protein dan energi) di atas.
Dalam manajemen pemeliharaan, yang perlu diperhatikan adalah kandungan nutrisi pakan, karena ini akan mempengaruhi produktivitas telur. Pakan dengan kandungan protein yang rendah (di bawah jumlah kebutuhannya) menyebabkan ayam tidak bertelur. Penurunan produktivitas bisa mencapai 50%, hal ini sangat merugikan bagi usaha ternak. Sebagai ayam petelur, ayam Arab cukup sensitif terhadap respon pakan, jika hanya diberi dedak saja, produktivitas telur hanya tercapai sekitar 10-15%. Jika terus menerus demikian ayam-ayam kemudian tidak dapat menghasilkan telur. Untuk memulihkan kondisinya membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu, perbaikan pemberian pakan baru akan memberikan dampak produksi, yaitu ayam-ayam akan bertelur kembali.
Produksi telur juga bisa dipengaruhi oleh faktor luar lainnya; seperti ayam petelur lainnya ayam Arab memiliki sifat mudah stress, terhadap suara gaduh atau kehadiran orang asing di dekatnya. Untuk menjaga agar produktivitasnya tetap tinggi diusahakan agar ayam-ayam terhindar dari hal-hal yang bisa membuat stress. Pada sistem pemeliharaan secara intensif, bisa diantisipasi dengan pemagaran keliling pada kandang. Diupayakan agar tidak sembarang orang bisa memasuki atau mendekat di sekitar kandang, terutama pada saat ayam-ayam sedang berproduksi.
Masa produktif, mencapai puncak pada umur 2 tahun, umumnya produktivitas ayam mulai menurun setelah itu. Produksi akan terus menurun dengan bertambahnya umur ayam. Disarankan untuk selalu mempersiapkan betina pengganti (replacement), agar ayam betina dengan produksi yang mulai menurun dapat diafkir untuk digantikan dengan ayam muda.
Sumber : BPTP - NTB