Tampilkan postingan dengan label Ikan Konsumsi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ikan Konsumsi. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Mei 2012

Pemeliharaan Larva dan Panen Bibit Lele Sangkuriang

Pemeliharaan larva atau bibit ikan lele sangkuriang pasca penetasan telur dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air dan dilengkapi dengan aerasi yang tidak terlalu kencang agar larva atau bibit lele sangkuriang tidak teraduk. Pemeliharaan larva lele dalam happa dilakukan selama (4-5) hari tanpa diberi pakan, karena larva lele pada saat itu masih memanfaatkan kuning telur yang ada dalam tubuh larva lele itu sendiri.

Memasuki hari ke-5 dan seterusnya kuning telur dalam tubuh larva telah habis, larva selanjutnya dipindahkan ke dalam bak fiber untuk dipelihara lebih lanjut. Pemeliharan larva dalam bak fiber dilakukan sejak ikan memasuki umur 5 hari hingga 21 hari. Larva dipelihara dalam bak fiber berukuran 4 m x 2 m x 0,8 m dan diisi air sebanyak 1/2 dari tinggi bak dengan padat tebar 15.625 ekor/ m3. Jadi jumlah penebaran larva dalam bak fiber sebanyak 100.000 ekor.

Selama dalam pemeliharaan di dalam fiber, larva umur 5 hari diberi pakan cacing sutra (tubifex sp). Sebelum diberikan, cacing sutra tersebut dicincang terlebih dahulu. Hal itu dilakukan karena ukuran bukaan mulut ikan yang masih kecil. Pemberian cacing sutra cincang diberikan hingga larva berumur 12 hari. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 50 gr setiap kali pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Setelah ikan berumur lebih dari 12 hari selanjutnya larva ikan diberi pakan cacing sutra utuh dengan jumlah pakan sebanyak 75 gr setiap kali pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan, selama masa pemeliharaan larva lele sangkuriang diberikan pakan alami dan pakan tambahan. Menurut Mujiman (2000), Pemberian pakan alami disesuaikan dengan ukuran benih. Biasanya efektivitas pertumbuhan benih yang memakan plankton alami berkisar (2–3) minggu sejak ditebar ke kolam. Pakan tambahan diberikan dengan dosis 3% – 5% dari bobot populasi ikan dan diberikan dua sampai tiga kali sehari, pemberiannya dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva, maka lingkungan yang baik harus tetap terjaga. Menurut Lukito (2002), dalam kegiatan pengontrolan kualitas air meliputi pergantian air dengan pengaturan volume air dan penyiponan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan penyifonan bak pemeliharaan larva setiap pagi hari sebelum pemberian pakan dan penggantian air sebanyak 50%. Penyifonan dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang terdapat di dasar bak pemeliharaan larva. Sedangkan untuk menambah oksigen terlarut dalam bak pemeliharaan larva, air dalam bak pemeliharaan diberikan aerasi secara terus menerus.

Meskipun kondisi ikan dalam kondisi yang baik, selama dalam pemeliharaan, larva ikan lele sangkuriang tetap diberikan perawatan sebagai upaya pengendalian hama penyakit untuk pencegahan. Menurut Lukito (2004), kegiatan pengendalian hama penyakit meliputi pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan memberikan garam sebanyak 3 kg dalam 3,2 m3 air (1 ppt).

Panen Benih Lele
Larva yang telah berumur 21 hari warna tubuhnya tampak kehitaman dan sudah menyebar dipermukaan air, hal ini menandakan bahwa larva siap dipanen untuk langsung dijual atau ditebar ke kolam pendederan yang sudah disiapkan sebelumnya. Pemanenan larva atau bibit lele didahului dengan menutup saluran pemasukan air dan membuka outlet. Kemudian pada pipa outlet dipasang seser halus untuk menampung benih. Menurut Prihartono dkk (2000), larva lele sangkuriang umur satu minggu telah siap untuk dipanen. Selama kegiatan pemanenan perlu adanya perlakuan tertentu karena lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang tidak bersisik, tetapi tubuhnya berlendir. Oleh karena tidak bersisik maka tubuhnya sangat mudah mengalami lecet dan luka. Lecet atau luka pada lele sangkuriang dapat disebabkan oleh penggunaan peralatan yang sembarangan, cara panen yang kurang baik dan waktu panen yang kurang tepat.

Larva diangkat atau dipindahkan dengan menggunakan beker glass berukuran 100 ml ke dalam baskom penampungan atau langsung dipacking ke dalam kantong plastik berukuran 40 cm x 60 cm dua rangkap dan telah diisi air sebanyak (4 – 6) liter, kemudian diberi oksigen sebanyak 2/3 dan diikat dengan menggunakan karet gelang. Kepadatan larva per kantong tergantung jarak pengangkutan atau permintaan dari pembeli. Tapi biasanya berkisar antara (15.000 – 30.000) ekor larva dalam setiap kantong. Setelah packing, benih siap dikirim ke tempat yang dituju.

Sebelumnya : Pemijahan Lele Sangkuriang Secara Buatan

Bersumber dari livebeta.kaskus.us dengan perubahan
Gambar: leleppalhidayah.blogspot.com

Pemijahan Lele Sangkuriang Secara Buatan

Dalam usaha budidaya atau beternak lele, proses pemijahan adalah proses penting untuk menghasilkan bibit lele yang baik. Proses pemijahan lele kini telah berkembang dengan cara pemijahan lele secara buatan (Induced Breeding). Berikut adalah proses dalam pemijahan buatan pada lele sangkuriang.

Pemilihan Indukan
Umur induk betina lele sangkuriang siap dipijahkan berumur > 1 tahun, massa (0,7 – 1) kg dengan panjang standar (25 – 30) cm, sedangkan induk jantan antara lain yaitu berumur > 1 tahun, massa (0,5 – 0,75) kg, dengan panjang standar (30 – 35) cm. Induk betina yang sudah matang gonad, secara fisik ditandai dengan perut yang membesar dan lembek, tonjolan alat kelamin membulat dengan warna merah keungu-unguan dan tampak membesar, bila dilihat secara kasat mata warna telur terlihat hijau tua bening atau coklat kehijau-hijauan, tulang kepala agak meruncing, gerakannya lamban. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna tubuh yang lebih mencolok dari betina yaitu terlihat kemerah-merahan pada bagian sirip punggung (dorsal), dengan bentuk genital yang meruncing dan memanjang melebihi ujung sirip anal yang letaknya berdekatan dengan anus, tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding induk betina, perut tetap ramping dan gerakannya yang lincah. Jika diurut secara perlahan pada bagian kelaminnya, akan mengeluarkan cairan putih susu yang kental, cairan itulah yang dinamakan sperma.

Lele sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan massa minimal 500 gram. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah dengan kemampuan memijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Tanda-tanda induk jantan yang telah siap memijah diantaranya alat kelamin tampak jelas (meruncing), perutnya tampak ramping, jika perut diurut akan keluar spermanya, tulang kepala agak mendatar dibanding dengan betinanya, jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi dari biasanya. Sedangkan untuk induk betina alat kelaminnya bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar, tulang kepala agak cembung, gerakannya lamban, warna badannya lebih cerah dari biasanya.

Penyuntikan Hormon
Pemijahan buatan menggunakan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1 : 3 (1 induk jantan, 3 induk betina). Pemijahan buatan dilakukan dengan penyuntikan hormon perangsang (ovaprim) yang bertujuan untuk mempercepat proses ovulasi pada induk betina. Dosis hormon ovaprim yang digunakan adalah 0,2 ml/kg induk ikan yang diencerkan dengan menambahkan larutan Sodium Chloride 0,9% untuk seluruh jumlah induk ikan. Metode pemijahan dengan cara induce breeding. bila menggunakan ovaprim dosisnya 0,3 ml/kg induk; streeping, induk jantan dan induk betina pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah (10-12) jam dari penyuntikan, induk betina siap di-streeping.

Waktu antara penyuntikan dengan ovulasi yaitu (10 – 12) jam tergantung suhu inkubasi induk (suhu selama praktek 23 derajat Celcius). Penyuntikan dilakukan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB sehingga proses pengeluaran telur (streeping) dapat dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB hal ini bertujuan agar hasil streeping yang dihasilkan dapat maksimal, karena suhu air pada pagi hari relatif stabil sehingga tingkat stress yang ditimbulkan pada induk relatif kecil dan untuk mempermudah mengamati ovulasi. Penyuntikan dilakukan 1 kali secara intramuskular, yaitu penyuntikan pada bagian otot punggung induk lele sangkuriang.

Streeping dan Pembuahan
Pada selang waktu (10–12) jam setelah penyuntikan dilakukan pemeriksaan terhadap induk betina dan dinyatakan ovulasi. Setelah itu, segera dilakukan penyediaan cairan sperma. Penyediaan cairan sperma dilakukan dengan pengambilan kantong sperma dengan jalan pembenahan. Induk jantan dibedah dengan menggunakan gunting dari arah genital ke arah kepala, kemudian kantong sperma diambil dan dibersihkan dengan menggunakan kertas tissu. Sperma dikeluarkan dengan cara menggunting kantong sperma pada bagian sisinya, lalu diperas dan diencerkan dengan menggunakan larutan Sodium Chloride 0,9%. Perbandingan yang digunakan yaitu 250 ml Sodium Chloride 0,9% untuk sperma yang berasal dari 1 ekor induk jantan.

Setelah larutan sperma siap, dilakukan pengeluaran telur dengan cara pengurutan. Pada bagian kepala dipegang dengan menggunakan kain lap agar tidak licin, kemudian bagian perut diurut dari dada ke arah genital secara perlahan-lahan (Streeping). Telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik yang bersih dan kering.

Sperma yang telah tersedia dicampurkan dengan telur dan diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah teraduk merata tuangkan air secukupnya kemudian digoyang-goyangkan lagi secara perlahan. Pemberian air diperlukan untuk mengaktifkan sperma karena saat dalam larutan fisiologis sperma belum aktif, membuka mikrofil pada telur ikan, dan untuk membersihkan telur dari sisa-sisa sperma yang tidak aktif/mati.

Ovulasi adalah puncak dari kematangan gonad, dimana telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara dipijit pada bagian perut (streeping). Induk jantan diambil spermanya melalui pembedahan. Pencampuran telur dan sperma dilakukan dengan menggunakan bulu ayam sampai sperma dan telur tercampur merata. Untuk meningkatkan pembuahan, maka telur dan sperma dapat ditambahkan dengan garam dapur sebanyak 4000 ppm sambil diaduk dan ditambahkan air sedikit demi sedikit. Setelah tercampur kemudian dilakukan pembersihan dengan penggantian air sebanyak (2-3) kali. Telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan dengan ukuran telur yang terlihat lebih besar dan berwarna hijau tua, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih.

Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan pada hapa berukuran (2x1x0,2) m yang dipasang pada bak persegi panjang berukuran (4x2x0,8) m yang sebelumnya telah diisi air setinggi 50 cm. Kemudian hapa diberi pemberat berupa besi behel ukuran 5 mm, berbentuk persegi panjang seperti dasar hapa. Hapa penetasan dialiri air secara terus menerus dengan debit air 40 ml/detik, selain itu juga bak penetasan diberi aerasi sebagai penyuplai oksigen.

Sebelum telur ditebar, terlebih dahulu dilakukan pencucian telur dari sisa sperma. Telur ditebar secara merata di dalam 4 hapa dengan padat tebar sekitar 156.818 butir/hapa dan menetas sekitar (30–36) jam setelah pembuahan pada suhu (23–24) derajat Celcius.

Selanjutnya: Pemeliharaan Larva dan Panen Bibit Lele

Bersumber dari livebeta.kaskus.us dengan perubahan
Gambar : ayobertani.wordpress.com, bagus72.wordpress.com, sangkuriangs.blogspot.com

Minggu, 01 Januari 2012

Pemeliharaan dan Budidaya Ikan Belida

Ikan belida yang termasuk dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau) adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk tubuh yang unik, sekilas mirip dengan black ghost. Ikan Belida selain bisa di jadikan ikan konsumsi juga dapat dijadikan ikan hias karena bentuk tubuhnya yang unik. Ikan ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti Ikan Belida, Ikan Lopis, dan Ikan Pipih. Berikut Ini beberapa cara dan tips dalam memelihara dan budidaya ikan belida.

Kolam/Tempat Pemeliharaan
Ikan Belida dewasa berukuran 1,5-7 kg, oleh karena itu ikan ini butuh area yang cukup luas dengan oksigen yang cukup. Disarankan untuk menggunakan kolam yang besarnya kira-kira 2 x 1,5 meter atau akuarium yang cukup besar dan berikan ketinggian air 30-45 cm. Dengan suhu rata-rata antara 20-30. Usahakan untuk menggunakan sistem air mengalir.

Pisahkan Ikan belida kecil dengan ikan belida yg besar karena ikan karnivora ini dapat memiliki sifat kanibal.

Makanan ikan belida
1. Ikan
Berikan ikan ikanan yang lebih kecil daripada mulutnya atau hampir sama contoh ikannya: ikan mas,anakan ikan lele(pilih lele dumbo/lele hitam lainnya, jangan beri pakan dengan lele lokal, karena lele lokal memiliki patil yang lebih tajam daripada patil lele hitam lainnya).

2. Udang
Berikan udang udangan yang lebih kecil daripada mulutnya atau hampir sama contoh udangnya : udang kali,udang hantu/udang dipasar yang telah dipotong kecil-kecil.

3. Kodok
Berikan kodok/katak yang lebih kecil daripada mulutnya atau hampir sama. Pemberian pakan berupa katak/kodok hanya untuk belida dewasa.

Budidaya
Sebelum melakukan budidaya, anda harus terlebih dahulu mengetahui jenis kelaminnya.Belida Betina memiliki sirip perut relatif pendek dan tidak menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk bulat. Ketika birahi (matang gonad), bagian perut membesar dan kelamin memerah. Belida Jantan memiliki sirip perut lebih panjang dan menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk tabung, ukuran lebih kecil daripada betina. Jika jantan siap pijah alat kelamin memerah dan mengeluarkan cairan putih (cairan sperma) jika ditekan/diurut.

Telur biasanya diletakkan di batang terendam pada kedalaman hingga 1m. Dalam rekayasa penangkaran, batang bambu atau papan dipakai sebagai tempat penempelan telur. Pemijahan dilakukan pada musim penghujan (di BBAT Agustus hingga Maret). Dalam sekali pemijahan, seekor betina rata-rata menghasilkan 288 butir telur, meskipun dapat menghasilkan hampir dua kali lipat dari jumlah itu. Derajat pembuahan berkisar 30-100 %. Derajat penetasan 72,2% dan sintasan (survival rate) larva adalah 64,2%. Larva menetas sekitar 72-120 jam (3-5 hari) pada suhu air 29-30 C.

Larva bersifat kanibal sehingga perlu perlindungan. Benih berusia 3 hari sudah mulai dapat makan udang artemia. Benih berusia satu bulan sudah dapat dideder di akuarium, dan satu bulan kemudian siap dideder di kolam. Ikan dengan ukuran 15cm siap untuk pembesaran.

Dari berbagai sumber

Kamis, 10 Maret 2011

Peluang Usaha Budidaya Lele dan Gurami Saat ini

Ikan lele dan gurami merupakan komoditas ikan air tawar yang memilikibeberapa keunggulan, seperti teknologi pembenihan dan pembesarannyatelah dikuasai dan mudah diterapkan, telah berkembang di masyarakat dihampir seluruh wilayah Indonesia, bernilai ekonomis, dapat dilakukandalam skala rumah tangga sampai industri serta memiliki pasar lokalmaupun pasar ekspor yang sangat potensial.
Potensi lahan untukpengembangan budidaya ikan lele dan gurami berupa lahan darat masihsangat luas, mencapai sebesar 2,07 juta Ha dan baru dimanfaatkansebesar 361.971 Ha atau 17,47% dari total potensi tersebut.

Perkembanganproduksi ikan lele selama 5 tahun terakhir menunjukkan hasil sangatsignifikan yaitu sebesar 21,82% per tahun dari 69.386 ton pada Tahun2005 menjadi 145.099 ton pada Tahun 2009, begitu pula dengan guramiselama 5 tahun terakhir menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 18,63%per tahun, yaitu dari 24.052 ton pada Tahun 2005 menjadi 46.452 tonpada Tahun 2009.

Proyeksi produksi ikan lele nasional selama2010-2014 sebesar 450 % atau rata-rata meningkat sebesar 35% per tahunyakni pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton meningkat menjadi 900.000 tonpada tahun 2014. Sementara proyeksi produksi ikan gurame selama2010-2014 sebesar 127% atau rata-rata meningkat sebesar 5% per tahunyakni sebesar 40.300 ton pada tahun 2010 meningkat menjadi 48.900 tonpada tahun 2014.

Jenis ikan lele yang dibudidayakan danberkembang di wilayah Indonesia adalah lele dumbo, lele sangkuriang,lele afrika, lele piton dan lele paiton, sedangkan ikan gurami yangdibudidayakan di masyarakat umumnya gurami paris dan gurami swang.

Sentrapengembangan budidaya ikan lele tersebar di hampir seluruh Indonesia,terutama di Propinsi Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Banten, Jabar,Jateng, DI Yogyakarta, Jatim dan Kalbar. Sedangkan sentra pengembanganbudidaya ikan gurami terkonsentrasi di Lampung, Sumsel, Sumbar, Jabar,Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta.

Sumber benih ikan lele umumnyaberasal dari Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Bogor, Sukabumi,Subang, Indramayu dan Cirebon), Jawa Timur (Kab.Tulung Agung, Blitar)dan dari kawasan budidaya ikan air tawar sekitarnya, sedangkan sumberbenih ikan gurami terkonsentrasi di Propinsi Jawa Tengah (Kab.Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara) dan di Propinsi Jawa Barat(Kab.Bogor, Tasikmalaya dan Ciamis) serta telah memanfaatkan sumberplasma nutfah ikan gurami di perairan umum.

Induk leleSangkuriang yang beredar di masyarakat merupakan induk unggul hasilperbaikan genetik dari BBPBAT Sukabumi, dan saat ini sedang dilakukanperekayasaan untuk menghasilkan induk lele sangkuriang generasi kedua.Untuk induk gurami, umumnya berasal dari hasil pembesaran pembudidayaberdasarkan kriteria fisik, dan saat ini sedang dilakukan pemuliaaninduk di pusat pengembangan induk (BBPBAT Sukabumi, BPBIATMuntilan-Jateng, BPPBAT Singaparna-Jabar) dalam tahap menghasilkancalon induk unggul (F0).

Budidaya ikan lele umumnya menerapkansistem monokultur di kolam tanah, bak semen, dan yang saat ini banyakberkembang adalah kolam terpal dengan padat penebaran antara 100-200ekor/m² dengan ukuran benih 7-9 cm. Bahkan budidaya ikan lele dapatdilakukan di daerah marginal (seperti di Kab.Gunung Kidul) danmemberikan hasil yang memuaskan, sehingga dimungkinkan dikembangkansecara massal. Saat ini terdapat pula kawasan pembudidayaan lele denganpola MINAKERA (Mina Kebun Rakyat) dengan pola pengembangan polikulturikan lele, gurami dan nila.

Budidaya ikan gurami umumnyadilakukan di kolam tanah secara tradisional baik monokultur maupunpolikultur dengan ikan nila dengan ratio jumlah gurami dibanding nilasebesar 3 : 1 atau dengan pola mina padi. Saat ini berkembang pulabudidaya gurami kolam dalam dengan kedalaman 3-4 meter.

Dalamusaha budidaya ikan gurami terdapat 8 segmen usaha yang telah terbuktimemperluas peluang usaha dan memberikan keuntungan bagi pembudidaya.Tetapi dari 8 segmen tersebut terdapat 2 segmen yang tidak banyakdilakukan oleh pembudidaya yaitu segmen untuk ukuran 12 dan 22 cm.

Pemberianpakan tambahan berupa pelet telah memasyarakat baik untuk budidaya lelemaupun budidaya gurami. Saat ini terdapat pembudidaya di KabupatenBanjarnegara yang menghasilkan pakan buatan untuk gurami dengankomponen bahan baku seperti ikan rucah (70%) dan bahan lain yang telahdifermentasi seperti : tepung kecambah jagung, ampas tahu, bungkilkelapa, mie (BS), roti (BS), bekatul dan ekstrak bahan alami seperti :kangkung, jahe, kunyit, bawang putih, yang menghasilkan pakan dengankandungan protein 32%, serat kasar 18% dan air 17%.

Pembuatanpakan berbahan baku lokal berupa limbah hasil pertanian (kulitkacang-kacangan, bonggol jagung) yang difermentasikan dengan penambahanbahan herbal.

Pemberian pakan tambahan berupa dedaunan seperti :daun turi, daun singkong, kleresede/cebreng, daun pepaya, lamtoro padabudidaya lele telah mulai berkembang. Demikian juga pemberian pakantambahan dedaunan pada budidaya gurami dengan jenis dedaunan bervariasiseperti daun senthe, kangkung maupun azola.

Penerapan CBIBsebagai panduan teknis untuk melakukan budidaya yang baik dan benardalam kerangka penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan belumterlaksana secara baik. Saat ini baru terdapat 11 pokdakan lele dan 10POKDAKAN gurami yang telah memperoleh Sertifikat CBIB.

Jaringanpasar telur dan benih gurami telah terbentuk, dengan sentra produsentelur gurami di Banyumas, Banjarnegara, Bogor dan Tasikmalaya denganwilayah distribusi meliputi : Kab. Blitar, Tulung Agung, Pantai UtaraJawa (Cirebon, Indramayu), Nganjuk, Klaten, Sragen, dan DI Yogyakarta,Kalsel, Kalbar, Lampung dan Jambi. Bahkan, diperoleh informasi adanyaekspor benih gurami dari Sumbar, Riau ke Malaysia.

Jaringanpasar ikan lele konsumsi sejak Tahun 2008 sampai pertengahan Tahun 2010telah diekspor dari Propinsi Jawa Timur yaitu 523,9 ton pada Tahun2008, 337,3 ton pada Tahun 2009, dan 462,6 ton pada Tahun 2010 (smp blnAgustus), dengan negara tujuan ekspor Cina,Vietnam, Korea dan UniEropa. Sementara jaringan pasar ikan gurami konsumsi banyak terdapat diJakarta yaitu sebesar 22,5 ton/hari dengan pasar utamanya adalahrestoran dan swalayan.

Diversifikasi produk olahan khususnyauntuk lele olahan sudah mulai berkembang, terbukti telah banyakindustri rumah tangga yang telah menghasilkan produk seperti : abon,nugget, keripik kulit, tulang dan sirip, sale/asap, bakso, danlain-lain.

Source : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Jumat, 22 Oktober 2010

Menetaskan Telur Ikan Gurami

Banyak peluang usaha yang dapat dikembangkan dari Gurami. Sampai siap konsumsi (7-8 ons/ekor), ikan ini harus menjalani masa pemeliharaan selama 1,5 tahun. Masa pemeliharaan yang panjang inilah yang membuka peluang usaha seperti penetasan telur. Bisnis Gurami telah tersegmentasi. Ada petani yang menjual telur, menjual bibit, membesarkan hingga ukuran konsumsi hingga pembesaran untuk indukan.
Penetasan telur gurami merupaka peluang usaha yang cukup menguntungkan. Selain modal yang dibutuhkan tergolong kecil, lahan yang dibutuhkan pun relative jauh lebuh sempit daripada untuk pembesaran.

Harga telur gurami saat ini berkisar Rp 40-60 per butir telur. Untuk penetasan harus disiapkan tempat yang bisa berupa ember plastic, bak semen atau akuarium. Tempat penetasan tadi diisi air dengan kedalaman 15-20cm. Kemudian masukkan telur gurami dengan kepadatan 4-5 butir per cm2  luas permukaan air. Kepatan ini berdasarkan sifat telur yang mengamabang.

Setelah enam hari, telur-telur tersebut akan menetas dan telur yang tidak menetas harus segera dipindahkan agar tidak mencemari air. Sampai hari ke 12, larva gurami belum membutuhkan makanan. Setelah lewat 12 hari (dari hari bertelur) larva tersebut dipindahkan ke bak pendederan lalu diberi pakan.