Pada umumnya orang menganggap bahwa anjing mirip dengan manusia dalam hal berpikir, dan bertindak langkah demi langkah dalam menyesuaikan pekerjaannya, seperti yang terlihat pada saat ekor anjing pemburu yang membawa hasil buruan dan berusaha mencari jalan keluar dan setelah ditemukannya sebuah lubang pada pagar kawat, maka mula-mula dia melepas hasil buruannya kemudian melewati sisi lubang yang lain.
Tetapi para psycholog hewan berpandangan bahwa tidak ada anjing yang meloncat dari posisi yang meragukannya, karena itu berlawanan dengan nalurinya. Morgan berpendapat tentang perilaku hewan tidak boleh diterangkan dengan suatu proses psychis yang tinggi bila proses yang lebih rendah dalam seluk beluk psychologi masih dapat menerangkannya. Jadi menurut Morgan kita tidak boleh menerangkan perilaku hewan dari segi intelegentia, bila hal itu dapat diungkapkan sebagai suatu sikap terarah dari suatu naluri. Ini tidak berarti bahwa anjing tidak memiliki suatu intelegensi namun definisi intelegensinya berbeda dengan manusia.
Pada manusia arti intelegensi ialah suatu komplek dari tanda-tanda psychis, yang sebagian berhubungan satu dengan yang lain, sebagian berbeda dengan satu dengan yang lain, dan sebagian yang satu bergabung dengan yang lain, seperti daya pikir, daya ingat, perhatian, pandangan, pengertian dan lain-lain.
Sedangkan intelegensi pada hewan kurang kompleks dari pada manusia, karena naluri lebih dominan, dengan tidak adanya pengertian dan daya pikir. Orang-orang yang biasa bekerja dengan anjing menganggap intelegensi anjing itu identik dengan kesanggupannya untuk menjalankan perintah.
Definisi umum tentang intelegensi hewan masih belum ada, karena tergantung pada pandangan-pandangan subyektif para psycholog hewan. Bierens de Haan mengatakan bahwa pada umumnya para psycholog hewan mengartikan intelegensi hewan sebagai daya merubah perilaku yang di dapat sejak lahir atau mempengaruhi dengan pengalaman-pengalaman semasa hidup.
Menurut Fischel intelegensi adalah tercapainya tujuan pada derajat prestasi yang terarah dari seluruh pembawaan ( ciri ) phisik yang bersandar pada pengalaman. Anjing tidak saja belajar dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan, tapi juga dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
Hukuman-hukuman yang di dapat menimbulkan perasaan tidak enak sehingga membuatnya meninggalkan perbuatan-perbuatan tertentu, sebaliknya perasaan-perasaan menyenangkan akan timbul karena kata-kata yang ramah dan memuji, kasih sayang, hadiah maupun pujian yang menyebabkan anjing melakukan perbuatan-perbuatan tertentu meskipun menimbulkan kepayahan atau kejenuhan.
Anjing yang satu lebih cepat menerima pelajaran dan lebih cepat mematuhi suatu larangan dari pada anjing yang lain. Hal ini tidak boleh di anggap berbanding lurus atau sama dengan intelegensinya, karena anjing yang satu atau ras yang satu secara alami lebih keras, lebih kepala batu dan lebih meneruskan keinginannya meskipun dilarang. Meskipun anjing dapat menangkap pelajaran dengan cepat, namun anjing tidak mempunyai pengertian baik pada yang abstrak ( patuh, waktu, baik, jahat ) maupun yang konkrit ( anjing, kucing, orang ).
Berdasarkan pengalamannya, anjing membedakan tindakan-tindakan karena mendapat hadiah atau hukuman ( tindakan-tindakan yang menghasilkan perasaan senang atau tidak senang ), manusia dan hewan yang disenangi atau di musuhi, yang dapat dimakan dan sebagainya. Setiap macam anjing mempunyai intelegensi yang berbeda-beda.
Anjing merasakan setiap rangsangan yang di terima dari indera ; setelah rangsangan berhenti masih dirasakan dalam bentuk suatu dengung suara, bekas rasa pada mulut atau bayang-bayang penglihatan. Terlepas dari bagaimana rumitnya meneliti intelegensi pada anjing, definisi anjing yang pandai ialah anjing yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan pawangnya, yang berarti anjing dapat mengerti setiap perintah yang diberikan pawang dan melaksanakannya. Jadi di sini di butuhkan adanya saling pengertian tentang keinginan, kebiasaan, dan kemampuan masing-masing pihak baik anjing maupun pawangnya.