Senin, 20 Juni 2011

budidaya ikan patin




Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air. 1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik. Perlakuan dan Perawatan Bibit Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen dan dalam karamba. Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya. Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya. Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.
Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel). Pemeliharaan Kolam dan Tambak Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya. Hama Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. 
Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Penyakit Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.