Minggu, 27 November 2011

Mengenal Ternak Enthok

Kalau kita sering jalan-jalan ke pasar burung, pasar tradisional, atau tempat pemotongan unggas, seringkali kita jumpai ternak enthok. Ternak yang bernama latin Chairina Moschata, atau sebutan lain seperti Muscovy Duck,Barbary Duck, itik manila ini memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita karena memang salah satu ternak lokal yang lebih dimanfaatkan sebagai penghasil daging yang cukup potensial. Keberadaannya ada sellau di sekitar kita, akan tetapi kita belum mampu mengangkat citranya dan mengusahakannya secara lebih professional.

Pangsa pasar enthok bisa dikatakan cukup baik untuk saat ini terutama untuk daerah-daerah yang terkenal dengan warung atau rumah makan yang menyajikan menu kuliner andalan dari daging enthok. Misalnya di daerah Kudus terkenal dengan masakan sweeke enthok, di Indramayu terkenal dengan masakan pedesan enthok, di Tambak-Banyumas terkenal dengan masakan sate dan gule bebek (yang sebetulnya adalah sate dan gule enthok), di Klaten terkenal dengan masakan rica enthok, di Jogja terkenal masakan slenget (semur enthok), demikian juga kebanyakan bebek goreng atau pecel bebek pada warung pecel lele Lamongan tepi jalan di banyak kota sebetulnya adalah enthok goreng. Sementara itu di Tegal juga terkenal dengan masakan kupat blengong, ketupat yang disajikan dengan daging dari blengong atau brati, yaitu hasil persilangan antara enthok dengan itik petelur (tiktok).

Untuk lebih menyakinkan anda bahwa peluang beternak enthok masih cukup menjanjikan, berikut akan kami berikan gambaran sisi kelebihan dan kekurangan dalam beternak komoditi yang satu ini :

Sisi kelebihan :
  • Tingkat konsumsi pakan enthok lebih sedikit dibandingkan dengan itik, tapi kalau dihitung konsumsi pakan total sampai umur panen (dengan asumsi berat sama antara enthok vs itik) maka bisa dikatakan hampir sama juga.
  • Moment tertentu seperti lebaran kemaren harga enthok terutama enthok jantan bisa tembus di harga Rp 120.000/ekor, padahal pada hari-hari biasa paling bisa laku antara Rp 60.000 - Rp 75.000/ekor nya
  • Daging enthok lebih tebal sehingga pada waktu dimakan lebih terasa dan aroma dagingnya juga tidak setajam daging itik
  • Pemasaran yang mudah, karena hampir setiap pedagang/pengepul keliling atau juga pasar tradisional mau menerima enthok
  • Hasil sampingan beternak enthok adalah bulunya yang bisa dipakai shuttle cock (40-50 hari sekali dicabuti)
  • Dari segi penyakit enthok lebih kuat dan tahan daripada ayam
  • Enthok merupakan pengeram terbaik saat ini, sehingga apabila anda mempunyai telur yang pada saat pengeraman di tinggalkan induknya, atau kejadian induknya mati mendadak maka telur tersebut bisa dititipkan pada enthok.


Sisi kekurangan :
  • Laju pertumbuhan enthok lebih lambat dibandingkan dengan itik sehingga panennya juga lebih lama.
  • Bibit enthok (DOD) memang lebih susah didapat karena masih mengandalkan pengeraman secara alamiah, sehingga kadang umur DOD yang tersedia juga beragam antara 1-4 hari
  • Harga DOD enthok jauh lebih mahal dibandingkan dengan DOD itik
  • Pada umur 1-10 hari (umur dod) tingkat kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan itik, mortalitas masih dianggap baik apabila tidak lebih dari 10%


Enthok termasuk dalam kelas burung yang mempunyai ukuran sedang sampai agak besar. Berat enthok jantan umur 6 bulanan bisa mencapai 3 kg, sedang yang betina 2 kg pada pemeliharaan ekstensif (umbaran). Sedangkan pada peliharaan secara intensif (terkurung) berat yang jantan bisa mencapai berat 5 kg dan yang betina 3 kg pada umur yang sama. Warna bulu enthok dominan putih semua atau dominan hitam sedikit putih atau kombinasi yang seimbang antara putih dan hitam. Enthok memiliki tonjolan kulit berwarna merah disekitar paruh yang biasa disebut karankula. Bentuk paruh gemuk tapi pendek, warna putih agak kemerahan. Kaki pendek dan gemuk, serta terdapat selaput renang diantara jari dengan warna abu-abu kehitaman. Ekor pipih, mendatar dan agak lebar.

Meskipun pandai terbang, enthok peliharaan hampir tidak pernah terbang jauh. Tapi jangan sekali-kali anda sesudah menyembelih lantas membiarkan begitu saja karena bisa jadi enthok yang telah anda sembelih hilang entah ke mana. Enthok hidup secara berkelompok, kalau berjalan terlihat nyantai, tidak pernah terlihat tergesa-gesa. Gerakan ekor bergoyang ke kanan dan ke kiri untuk mengimbangi tubuh (megal-megol=jawa) sehingga terlihat atraktif. Pada pemeliharaan ekstensif di perdesaan enthok jarang dikandangkan sehingga tidurnya pun disembarang tempat seperti di bawah pohon, di bahwa pohon pisang, di emperan rumah atau tempat lainnya. Enthok dibiarkan hidup bebas berkeliaran mencari makan sendiri di sungai-sungai, di sekitar saluran air, dan areal persawahan. Pakan alami enthok berupa aneka siput, cacing, serangga air, yuyu kecil dan pucuk-pucuk tumbuhan (rumput dan lain-lain). Pada pemeliharaan semiintensif, enthok cukup diberi pakan dedak dicampur sisa-sisa makanan kita atau limbah dapur.

Enthok tidak berisik (mengeluarkan suara), tidak seperti itik terutama itik petelur. Enthok betina mengeluarkan desisan dan desahan ketika sedang berjalan. Enthok jantan kadang-kadang mengeluarkan desisan keras sambil menggerak-gerakkan kepalanya maju mundur (nyosor=jawa), untuk memperingatkan atau mengusir pengganggu. Enthok betina mampu bertelur hingga 15 butir bahkan lebih, kemudian mengerami telurnya selama 5 minggu. Periode mengeram enthok bisa dimaksimalkan sampai 2-3 kali. Enthok memiliki sifat ‘ngambek’ kalau telurnya diambil atau ketika pada waktu mengeram terganggu. Semoga bermanfaat.

Sumber : www.sentralternak.com