Dalam suatu riwayat, dikisahkan di Negara antah berantah, ada seekor gajah yang bertubuh besar dan kekar. Gajah tersebut memiliki sifat yang jelek yaitu rakus dan sombong, sehingga dia tidak disukai oleh sesama gajah apalagi oleh penghuni hutan lainnya. Sifat jelek lainnya adalah dia selalu mementingkan diri sendiri, dan tidak mau mengindahkan sesama penghuni hutan lainnya.
Dalam mencari makan dia tidak mau berbagi, dia selalu mendapatkan areal rumput yang hijau dan segar, sedangkan kelompok gajah lainnya hanya mendapatkan sisanya. Penghuni hutan lainnya tidak bisa mencegah keinginannya, mereka tidak berani untuk melawan, karena phisik gajah tersebut jauh lebih kuat.
Si gajah tidak puas mencari makan ditempat dia tinggal, dia menjelajah ke manapun dia suka. Pada suatu saat dia masuk ke wilayah tempat tinggal sekelompok semut, si gajah menginjak-injak tempat tinggal semut, sehingga banyak semut yang terluka dan mati. Si gajah tidak memperdulikan jeritan kesakitan dari ribuan semut yang terluka dan sebagian diataranya bahkan mengalami kematian. Semakin banyak semut yang menderita dan mati, maka semakin puas si gajah, karena merasa dirinya lah yang paling kuat.
Akhirnya semut yang selamat, lari tunggang langgang menyelamatkan diri masing-masing dengan mencari perlindungan dibalik batu dan sebagian naik keatas pohon besar yang tidak bisa dijangkau oleh si gajah. Semut-semut yang bersembunyi tidak berani untuk keluar dari persembunyianya karena takut menjadi korban kebiadaban si gajah.
Akan tetapi semut-semut itu harus keluar dari persembunyiannya dan mencari makan, karena kalau terus bersembunyi mereka akan mati kelaparan. Akhirnya mereka berembuk untuk mencari cara mengusir si gajah, bahkan apabila bila perlu membunuh si gajah yang sombong itu.
Ada semut yang mengusulkan meminta bantuan dari penghuni hutan lainnya yang memiliki tubuh yang bisa mengimbangangi kekuatan si gajah, tetapi tidak satu penghuni hutan pun yang sanggup, bahkan hewan pemangsa seperti harimau sekalipun.
Akhirnya ada semut yang mengusulkan menyerang si gajah dengan memasuki telinga si gajah dan menggigit bagian dalam telinga gajah. Usulan ini disetujui dan disusunlah strategi untuk menyerang si gajah. Operasi untuk melumpuhkan si gajah dimulai dengan pengamatan terhadap perilaku gajah, mulai dari kapan dia mencari makan, kapan dia beristirahat dan sebagainya.
Setelah semua data terkumpul maka diutuslah pasukan semut untuk menyerang gajah pada saat si gajah lengah, dipilihlah waktu ketika gajah tidur. Dengan tekad yang membara, dan dengan doa restu dari seluruh umat semut, maka mereka bergerak menuju sasaran yang telah ditentukan. Setelah sampai pada sasaran, komandan pasukan semut mengajak agar semua pasukan semut untuk melakukan doa, meminta perlindungan dari maha pencipta. Setelah itu satu-persatu semut menaiki tubuh si gajah, si gajah tidak merasakan kehadiran pasukan semut, karena dia tertidur pulas setelah kekenyangan menyantap makanan.
Pada akhirnya pasukan semut satu persatu memasuki telinga gajah. Komandan pasukan semut memerintahkan kepada pasukannya untuk menggigit gendang telinga si gajah secara bersamaan. Si gajah terbangun karena merasa kesekitan pada bagian telinganya. Si gajah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan harapan rasa sakitnya berkurang.
Akan tetapi pasukan semut semakin keras menggigit teling si gajah. Karena rasa sakit yang begitu dalam, dan dia tidak bisa berbuat apapun, maka si gajah melampiaskan rasa sakitnya dengan berlari kesana kemari tanpa memperdulikan langkah yang dia tempuh. Sesekali kepala si gajah dibentur-benturkan ke tebing batu. Semakin keras gigitan pasukan semut, semakin kencang si gajah berlari dan semakin keras membenturkan kepalanya ke tebing batu.
si gajah terkapar dengan penuh luka disekujur tubuhnya, dan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir. Bangsa semut dan penghuni hutan lainnya bersorak gembira dan kehidupan kembali normal. Dengan adanya kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi bangsa semut dan penghuni hutan lainnya bahwa pentingnya kebersamaan dan kewaspadaan.
Cerita diatas merupakan suatu ilustrasi tentang keserakahan perusahaan besar yang mengambil porsi usaha-usaha kecil, sehingga usaha-usaha kecil tersebut sakit dan diantaranya banyak yang mati, yang terjadi di negeri kita saat ini. Akan tetapi sesungguhnya. Perusahaan besar tersebut (yang saya ilustrasikan sebagai Seekor Gajah Yang Rakus), ternyata memiliki kelemahan yang kalau diserang dengan bersama-sama, maka dalam waktu singkat akan merugi dan pada akhirnya akan mati mengenaskan karena kerakusannya, Seperti Akhir Cerita Seekor Gajah Yang Rakus.