Selasa, 27 Maret 2012

Memilih Bakalan Perkutut

Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya. Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas (berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya ketika burung berumur lima bulan.

Para pembeli perkutut, baik untuk didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan. Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.

Untuk membedakan perkutut jantan dan betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur). Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara ini.

Setelah bakalan berumur empat bulan, apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam, sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian, yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang betina.

Walaupun kita telah mengetahui bahwa perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.

Bakalan perkutut yang baru berumur beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau booking untuk mendapatkan piyik.

Penggemar perkutut banyak yang memesan anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah (garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.

Bila mau lebih yakin lagi kita bisa membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham, dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.

Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan , show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00 per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.

Membedakan antara burung tangkapan dari alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui, sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran. Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import. kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.

Ciri burung lokal lain bila diperhatikan lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk. Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali. pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.

Hampir semua peternak Lokal maupun Import memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal, pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual biasanya disertai dengan Sertifikat.

Cincin tidak menjamin kalau burung tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi.

Tingginya harga perkutut tersebut tidak jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.

Untuk mengetahui apakah cincin yang melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki. kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat. Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung kelas atas.

Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih kecil, dikenal dengan ukuran 41.

Sumber : http://omkicau.com/hobi-lain/perkutut/

www.jendelahewan.blogspot.com